Breaking News
(Foto : Ilham Teguh)

Catatan Cinta Lansia (21)

Milad Cucu

Oleh : Pipiet Senja

(Foto : Ilham Teguh)

Anno 23 April 2020

Hari ini adalah milad cucuku : Ahmad Zidan Raihan Siregar. “Selamat ultah ya Zidan. Semesta doa untukmu. Maafkan Manini gak bisa jenguk. Karena lagi dirumah saja. Mhuuuuuu Zidan!” Demikian kukirimkan melalui medsos: WA, IG dan FB.

Zidan cucuku yang ke-5 dari sulungku. Sedih sangat rasanya tidak bisa memenuhi janji.

“Kalau Zidan ultah nanti, mau dibelikan hadiah apa?” tanyaku satu hari, selagi jalan jalan di Mall.

“Zidan mau mobilan, Manini. Tuuuh yang kayak itu. Eeeeh, mahal gak itu, Manini?”

Zidan menunjuk sebuah mobil balap di etalase. Kucermati dari balik kaca. Tak tampak harganya.

“Ayo, kita lihat saja berapa harganya,” ajakku menuntunnya masuk toko mainan.

Rolin, cucu ke-2 yang ikut bersama kami memilih menyingkir, melihat lihat mainan di bagian lain. Zidan sudah mengambil mobil yang diincarnya. Kulihat sekilas kini jelas harganya 300 ribu.

“Berapa Manini?”

“Hmm, 300 ribu,

Zidan….”

“Banyak ya, Manini?”

“Iyaaaa…. Kalau 30 ribu mah Manini ada.”

“Haiiish, kan nanti waktu ulang tahun belinya. Yuuuuk kita ke tempat mainan!”

Di tempat mainan bayar satu tiket. Rolin pengawasnya. Manini boleh jalan-jalan sekitar situ sambil nunggu Qania. Rolin asyik dengan tablet barunya. Dia minta dibelikan simcardnya. Betapa sukacitanya dia waktu aku kembali dengan simcard yang dibutuhkannya.

Beberapa saat lamanya Zidan asyik main segala macam. Sampai telepon berbunyi dari nomer Uty, neneknya Qania.

“Kami sudah di depan McD.” Suara bapak bapak, Akung Qania.

“Rolin, Zidan kita makan di depan ya. Qania sudah sampai,” ajakanku disambut teriakan senang kedua cucu.

“Memang sudah lapar juga, Manini,” kata Rolin.

Qania diserahkan kakeknya berikut sekantung plastik, makanan dan cemilan. Bertiga cucuku yang masih bisa kulihat, bercanda dan bermain. Zein dan Zia sudah lama tak jumpa. Dua lebaran tak pernah kulihat mereka. Semoga lebaran kali ini, kondusif dan wabah sudah berlalu kami bisa berkumpul. Aku pikir tak ada salahnya tetap berdoa dan berharap. Jika Allah Swt berkenan, bukankah tiada yang musykil?

Kembali ke Zidan. Manini minta maaf berkali kali. Tak bisa jenguk, belum bisa beri kado yang dijanjikan. Sepeda! Paling kuingat dialog kami terakhir sekitar bulan Februari.

“Manini, tahu gak kenapa Manini jadi tua?” cetusnya begitu menyambutku turun dari Gojek depan rumahnya.

“Gak tahulah. Memang sudah tua kok,” sahutku sambil memeluknya erat erat.

“Begini. Manini kelihatannya makin tua itu karena sering nangiiiiiis!”

“Haaaaaaah? Tahu darimana Zidan?”

“Zidan mimpi. Manini nangiiiiiis mulu, huahahaha!” jawabnya sambil tertawa lucu sekali.

Bikin Manini cengo abiiiiz. Haiiiish, Zidan, Zidan, aya aya wae!

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur