Breaking News
Petani yang bekerja (Foto : Medcom)

ETIKA KERJA

Syatiri Matrais, LC. MA

Petani yang bekerja (Foto : Medcom)

Tubuh kita perlu istirahat, Pikiran kita perlu rehat sejenak. Bukan berarti berhenti berfikir, tetapi relaksasi sejenak dari otot-otot yang tegang karena berfikir, bekerja dll. Bahkan nabi telah mengatakan bahwa bagi tubuh kita ada hak. Maksudnya hak untuk istirahat, relaksasi dan rehat dari kesibukan yang tak pernah usai.

Keseharian manusia dipenatkan berbagai aktivitas, mulai dari merancang teori sampai teknis. Pedagang, misalnya, setiap pagi sudah mengatur pola kerja, promosi dagangan, dan menghitung berapa keuntungan yang akan diraihnya. Petani, mengatur siasat mulai dari tanam sampai panen. Dan profesi lainnya yang disandang manusia, tak luput dari pola pikir kerja agar sukses dan pendapatan bisa maksimal.

Begitulah seterusnya, pola dan rencana kerja manusia. Kepala manusia yang hanya berdiameter kecil seakan seluruh persoalan dunia ada di dalamnya. Lalu apakah dalam pandangan Islam seperti itu?

Ada kata hikmat, “bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya dan bekerjalah untuk akheratmu seakan kamu mati esok hari”. Apakah yang dimaksud berusaha dan bekerja optimal dengan penerapan pola kerja mengolah dan menentukan hasil sendiri? Mari kita elaborasi.

Istirahatkan dirimu dari pengaturan, begitulah yang diungkapkan Ibnu Athaillah dalam Al Hikam

أَرِحْ نــَفْسَـكَ مِنَ الـتَّدْبِــيْرِ، فَمَا قَامَ بِـهِ غَيْرُ كَ عَـنْكَ لاَ تَـقُمْ بِـهِ لِنَفْسِكَ

“Istirahatkan dirimu dari tadbiir (melakukan pengaturan-pengaturan)! Maka apa-apa yang selainmu (Allah) telah melakukannya untukmu, janganlah engkau (turut) mengurusinya untuk dirimu.”

Ada kerangka berfikir agar tidak terjebak pola pikir melampaui batas kemanusiaan. Dua ranah berfikir yaitu kewajiban manusia berusaha dan hak prerogatif Allah menentukan hasil. Manusia boleh mengatur (tadbir) rencana kerja sebagai kewajibannya. Sementara menentukan hasil dari pekerjaan adalah hak prerogatif Allah. Rasulallah bersabda : “At tadbiiru nishful ma-‘isyah. (Mengatur apa yang menjadi keperluan itu sebagian dari hasilnya mencari ma’isah/penghidupan) .

Mengatur (tadbir) rencana kerja yang diajarkan Rasulallah adalah pekerjaan yang dibarengi dengan penyerahan ( tafwidh) kepada Allah. Tugas manusia mencari anugerah Allah, bukan menentukannya. Allah memerintahkan hambaNya untuk bertaburan di bumi mencari anugerah Allah yang telah dihamparkan untuk kehidupan hambaNya. Akhir dari sebuah pengembaraan mencari anugerah adalah urusan Allah. Hasilnya Allah yang akan membalasnya. Tentu saja dengan kadar usaha manusia.

Satu kekeliruan dalam berfikir jika manusia menentukan hasil dari pekerjaannya. Istirahatkan pikiran dan jangan mengkalkulasikan dengan upah sebelum bekerja. Karena akan kecewa jika tidak sesuai harapan yang diinginkan. jika mendapatkan hasil sesuai kalkulasi, jiwanya akan besar dan beranggapan “Inilah hasil kerja kami….”. timbullah sifat besar hati, sombong yang menempel di dada. Corak berfikir seperti ini mulai ke arah liberalis.

Demikian, Etika kerja harus berubah dalam mencari anugerah Allah di muka bumi. Jangan seluruhnya kita pikirkan. Allah tidak mengizinkan hambaNya berfikir tentang bekerja dan mengukur hasil materi yang banyak. Cukuplah posisi diri mengemban amanat, tugas, bekerja dan berusaha semaksimal mungkin. Balasan , upah dan hasil kerja adalah hak prerogatif Allah, biarkan Allah yang membalas. Sang Pemilik Alam jagat raya tidak akan berbuat zalim terhadap hambaNya. Dia akan memberikan upah, balasan dan hasil sesuai kinerja hambaNya dan keseriusan dalam bekerja. Bahkan balasannya lebih dari pekerjaan, jika kasih sayang Allah sudah didapatkan.

Allah SWT berfirman :

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash : 77)

Sebuah etika dalam bekerja untuk mencapai Ridha Allah. Pola kerja yang diterapkan dengan konsep mengatur rencana kerja (tadbir) dengan menyerahkan hasil kerja (tafwid) kepada Allah adalah sebuah kinerja yang layak diterapkan dalam hidup. Keseimbangan dalam pola pikir, sesuai yang digariskan ajaran agama akan mendatangkan pekerjaan yang baik sebagaimana Allah telah berbuat baik pada hambaNya. Wallahu A’lam.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur