Breaking News
Akses jembatan di sungai Jiujiang Yangtze, China ditutup akibat merebak wabah virus korona (Foto : Merdeka)

MENGHADAPI WABAH

Oleh: Inayatullah Hasyim (Dosen Univ. Djuanda Bogor)

Akses jembatan di sungai Jiujiang Yangtze, China ditutup akibat merebak wabah virus korona (Foto : Merdeka)

Suatu hari, Umar bin Khattab hendak mengunjungi kawasan Syam. Saat hampir sampai, Umar dan pasukannya bertemu dengan Abu Ubaidah Al-Jarrah dan sahabat-sahabat Nabi lainnya yang baru saja kembali dari kawasan Syam. Mereka melaporkan kepada Umar, bahwa negeri Syam sedang diserang wabah penyakit, seperti wabah kolera.

Umar tak langsung mengambil keputusan. Beliau bermusyawarah dengan mendengar masukan dari berbagai pihak. Setelah mendapatkan banyak masukan, Umar bin Khattab pun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke kawasan yang terserang wabah itu. Abu Ubaidah al-Jarrah bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah ini berlari dari takdir Allah?”

“Mestinya orang selain engkau yang mengatakan itu, wahai Abu Ubaidah. Benar, (kita) ini sedang berpaling dari (satu) takdir Allah ke takdir Allah yang lain. Tidakkah engkau melihat, seandainya saja engkau memiliki unta dan lewat di suatu lembah dan menemukan dua tempat untamu; yang pertama subur dan yang kedua gersang. Bukankah ketika engkau memelihara unta itu di tempat yang subur, berarti itu adalah takdir Allah. Demikian juga apabila engkau memeliharanya di tempat yang gersang, apakah itu juga takdir Allah?” tanya Umar.

Kisah Umar bin Khattab menghadapi wabah itu mengingatkan kita, setidaknya, tentang tiga hal.

Pertama: Bahwa, Prevention is better than cure. Mencegah adalah lebih baik dari pada mengobati. Umar mencegah pasukannya memasuki Syam yang tengah terjangkit wabah. Nampaknya, keputusan kerajaan Saudi Arabia menutup seluruh pintu masuk umrah dan ziarah didasari pada ijtihad seperti Umar bin Khattab itu.

Jika pun wabah terjangkit, kita tetap punya keyakinan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Maka, bagi mereka yang bergerak di bidang riset anti virus, teruskanlah berusaha agar segera ditemukan penawar atas Covid-19 itu. Rasulallah ﷺ berpesan:

إنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَلَا تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ — رَوَاهُ أَبُو دَاوُد.

“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit bersama obatnya. Dan telah menjadikan pada setiap penyakit ada obatnya. Maka (hendaklah) kalian berobat, dan janganlah berobat dengan hal-hal yang haram” hadits riwayat Abu Dawud.

 Kedua: Kesiap-siagaan menghadapi wabah. Siap siaga adalah ciri sejati seorang muslim. Dalam salah satu ayat, Allah ﷻ berfirman,

وَأَعِدُّوا۟ لَهُم مَّا ٱسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ ٱلْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّه وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ….

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya…” (Qs Al-Anfal: 60).

Ketika menafsirkan penggalan kalimat, وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمْ ( “dan selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;…”) Imam At-Thabari mengatakan, mereka adalah orang-orang Persia. Di zaman ayat itu turun, kekaisaran Persia belum menjadi target perang. Tetapi, Allah sudah mengingatkan untuk siap-siaga kepada selain kafir Quraish.

Maka, Contingency Plan adalah sebuah keniscayaan. Dalam menghadapi wabah virus Corona seperti saat ini, negara harus benar-benar siap dan maksimal.

Sebab, seringkali kita mengatakan, “kalau sudah takdir pasti terjadi”. Ungkapan itu sekilas benar, tetapi cara kita memahami qadha dan qadar Allah keliru. Bukanlah Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga kaum itu sendiri mau merubahnya?.

Berpasrah dengan keadaan tanpa memiliki rencana aksi yang baik adalah sama dengan membiarkan unta masuk ke dalam ladang gersang, padahal ada ladang subur yang dipenuhi rumput di sebelahnya.

Sedemikian pentingnya Contingency Plan itu, Rasulallah SAW bahkan berpesan kepada Sa’ad yang nampak boros dalam berwudhu. Kata beliau ﷺ, “Hematlah (air) walaupun engkau berada di sungai yang mengalir”.

Kesiap-siagaan menghadapi wabah itu harus disertai doa. Imam Ibnul Qayyim berpesan, “Jika panjang atasmu waktu bala (wabah), padahal tak pernah berhenti engkau memohon doa pada Allah, yakinlah bahwa Allah bukan saja hendak menjawab doa-doamu itu, Dia akan memberimu berbagai karunia lain yang bahkan engkau tak memintanya”.

Ketiga: Tawakal. Pada akhir kisah Umar bin Khattab itu, datanglah Abdurrahman bin Auf. Dia kemudian mengatakan, “Saya pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,  “Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya”.

Apa maksud pesan baginda Rasulallah ﷺ itu?

Jika wabah telah terlanjur menyerang dan kita berada di dalamnya, hadapilah dengan segala kekuatan: ikhtiar dan doa. Sebab, jika kita berlari (dan telah terjangkiti), kita bisa menularkan kepada orang-orang lain dan menyebabkan lebih banyak korban.

Maka, janganlah sebagian kita menimbun masker dan kebutuhan dasar lainnya pada saat-saat susah. Islam memerangi al-ihtikar atau menimbun sesuatu benda saat dibutuhkan orang banyak. Bahkan, Rasulallah ﷺ berpesan,

النَّاسُ شُرَكَاءُ فِي ثَلاثَةٍ: فِي الْكَلأِ، وَالْمَاءِ، وَالنَّارِ

“Manusia memiliki (harta) bersama dalam tiga hal; kayu bakar (hutan), air dan api (sumber energi)”.

Maka, barang-barang kebutuhan dasar itu harus diatur oleh negara untuk menjamin ketersedian dan distribusinya.

Presiden telah mengumumkan dua warga Depok Jawa Barat positif terpapar virus Corona (Covid-19). Semoga virus itu tak menjadi wabah yang mengancam seluruh sendi kehidupan bangsa ini. Dan seluruh rakyat siap menghadapinya dengan tetap berpegang teguh pada ajaran agama Allah ﷻ. Amin.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur