Breaking News

SALAM LINTAS AGAMA, SALAM MURTAD

Oleh: Tarmidzi Yusuf

Salut untuk MUI Jawa Timur. Walau hanya himbauan. Beberapa pejabat sangat reaktif. “Marah” karena MUI Jawa Timur mengusik “toleransi”. Toleransi salah kaprah. Mereka menggugat himbauan MUI Jawa Timur yang berani mendobrak kebiasaan pejabat dan tokoh politik. Menganggap remeh masalah aqidah. Cermin bagaimana kualitas keislaman mereka. Sotoy bicara agama padahal mereka tidak mengerti agamanya sendiri. Komentar asbun tanpa ilmu. Mempertontonkan kedunguan tanpa malu. Rasa malu telah hilang. Padahal malu itu bagian dari iman.

“Rasa malu adalah bagian dari iman. Dan iman tempatnya di dalam surga.” (HR. At-Tirmidzi, Al Hakim, Al Baihaqi).

Salam bukan simbol toleransi. Salam adalah doa. Doa kepada Tuhan sesuai agamanya. Kita bisa lihat arti doa yang sering diucapkan oleh pejabat dan tokoh politik.

Salam Agama Hindu: Om Swastyastu artinya ‘Semoga Selamat dalam Lindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa’

Salam Agama Budha: Namo Buddhaya artinya ‘Terpujilah Semua Buddha’

Salam Agama Kristen: Shalom artinya ‘Keselamatan’.

Seperti dituturkan Ustadz Abul Jauzaa Dony Arif Wibowo dengan memperhatikan makna beberapa salam non muslim di atas, kita terlarang mengucapkannya.

Perhatikan dan camkanlah. Dalam salam tersebut mengandung pengakuan kesyirikan yang dilarang keras dalam syari’at Islam, terutama ‘Om Swastyastu’ dan ‘Namo Buddhaya’. Allah berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (Qur’an Surah An-Nisaa’ : 36)

Adapun Shalom merupakan Bahasa Ibrani (שלום) yang aqual dengan kata ‘Salaam’ (سلام).

Kita sangat mendukung bila MUI Pusat mengeluarkan fatwa tentang haramnya salam lintas agama. Semoga MUI Pusat lebih berani dari MUI Jawa Timur dalam menyampaikan kebenaran, Aamiin.

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur