Breaking News
Sufi Modern, dunia dalam genggamannya tapi tidak dalam hatinya. (Foto : ReniSekarOktaviana)

Sufi Moderen (4)

Empat Pilar Sufi Moderen

Oleh: Tabrani Sabirin

Sufi Modern, dunia dalam genggamannya tapi tidak dalam hatinya. (Foto : ReniSekarOktaviana)

 

Pengertian Sufi seperti dalam dialog Syeikh Hasan di Spanyol dengan tamunya dari dari Maroko bisa kita sebut sebaiknya dialog antara Sufi Moderen dengan Sufi Tradisional. Atau bisa juga kita sebut dengan Sufi Kota dengan Sufi Desa.

Pembahasan tentang Sufi dari dua tokoh itu sangat perlu untuk menghadapi kehidupan metropolitan. Karena dalam perjalanan sejarahnya Sufi sudah terperosok kedalam kehidupan pedesaan yang terbelakang tapi penuh dengan rasa dengki, iri hati dan hasad serta rendah diri. Untuk menarik kembali gerbong Sufi ke dunia metropolis maka perlu dirumuskan pengertiannya sebagai mana yang didialogkan dua syeikh sebelumnya.

Tidak mencintai dunia sementara dunia ada dalam genggamannya. Itulah Sufi metropolitan. Boleh juga kita sebut Sufi moderen.

Realisasi dari pemahaman ini adalah Sufi tradisional tidak mau bersentuhan dengan urusan dunia. Mereka hidup dalam kemiskinan dan terbelakang. Sementara hatinya terus menerus mendambakan kehidupan dunia. Begitu pintu untuk meraih kekuasaannya dunia terbuka, maka mereka juga sangat rakus dan tidak amanah.

Adapun Sufi moderen adalah mereka yang yang hidup di kota dengan pergaulan metropolitan. Secara duniawi hidup dengan kekayaan melimpah. Tapi kekayaan tersebut digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat untuk Islam. Terus terang Sufi kota ini tidak masuk dalam aliran terekat tertentu. Dari pagi sampai malam kehidupannya sudah dipenuhi dengan bekerja dan berbisnis dengan menghormati aturan hukum yang digariskan oleh Allah.

Sekian orang yang meraih rejeki diperoleh melalui usaha dan kebijakan dari bisnisnya. Jadi Sufi moderen itu tidak ikut gerbong Sufi tarekat. Juga tidak ikut dalam rombongan wali-wali Sufi, atau imam-imam Sufi. Atau para filosof. Sufi moderen ini membangun sendiri aliran dan tarekat dengan mengikuti para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Empat Pilar Sufi Moderen

Ajaran Sufi moderen sangat terikat dengan empat pilar yang membebaskan:

Pilar pertama, membenarkan terhadap apa yang diberitakan dan atau diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW التصديق فيما اخبر.

Maksudnya adalah seorang akan lapang jalannya menuju sorga kalau dia yakin bahwa apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu adalah suatu yang benar. Selain Islam berarti agama sesat dan batil.

Dalam berbisnis nanti akan kita uji sejauh mana Sufi moderen ini terikat dengan kebenaran ajaran Islam. Dari visi dan misi bisnisnya, pilihan bidang bisnis lalu bagaimana sistim pergaulan dan tata kelola perusahaan yang dimilikinya.

Dengan membenarkan apa saja yang dibawa, diberitakan dan dikerjakan Rasulullah merupakan jalan sorga yang dirintis oleh Abu Bakar yang bergelar Assiddiq. Allahenyebutnya dalam banyak tempat di dalam Al-quran sebagai seorang yang istiqomah dangan ucapan dan perbuatannya dan menjadi teman Rasulullah dalam perjalanan hijrah.

Abu Bakar selalu menjaga dirinya dari memakan yang yang tidak jelas asal usulnya. Jangankan memakan makanan haram, yang tidak jelas asal usulnya saja beliau sangat hati-jati. Suatu ketika dia lupa menanyakan suatu makana kepada budaknya, setelah termakan baru dia ingat, lalu dia tanya pembantunya darimana asal makanan tersebut. Begitu dia ragu tentang suatu makanan dia langsung memuntahkannya sambil memasukkan jarinya ke mulutnya sehingga semua makanan dimuntahkan hingga tidak ada yang tersisa di perutnya.

Abu Bakar juga disebut oleh Allah sebagai sosok yang paling dahulu untuk berinfaq dan bersedekah.

Tasawuf dalam rumusan Abu Bakar adalah التصوف الجد فى السلوك إلى ملك الملوك : tasawwuf adalah bersungguh sungguh di jalan Allah.

 Pilar kedua, agar moderen dan merdeka mengamalkan ajaran Sufi adalah patuh terhadap perintah yang diajarkan oleh Rasulullah. طاعته فيك امر.

Kepatuhan dan keikhlasan hati merupakan pilar penting menjadi hamba Allah. Seseorang boleh saja rajin shalat malam dan ditambah dengan shalat dhuha, tapi shalat tersebut tidak akan mencerahkan jalan hidupnya kalau kepatuhan tidak tampak dalam dirinya.

Loyalitas kepada Nabi Muhammad SAW merupakan syarat untuk memperoleh magfiroh dan ampunan Allah. Tidak akan ada bangunan Islam tanpa adanya kepatuhan loyalitas kepada Nabi Muhammad SAW.

Pilar ketig, adalah menjauhi dan menghentikan apa saja yang dimarah dan dicegah oleh Rasulullah SAW. الإجتناب فيما نهى و زجر.

Mengerjakan perintah agama dan menghentikan dan menjauhi larangan merupakan pilar Islam yang paling kokoh. Tidak akan berdiri agama ini kalau perintah dan larangan tidak ditegakkan.

Pilar keempat, beribadah sesuai yang disyaratkan. Tidak akan diterima suatu ibadah kalau tidak berdasarkan syariat.

Dengan empat pilar ini seseorang siap untuk mengarungi dunia metropolitan dengan jiwa dan pandangan hidup Sufi. Wallahu a’lam.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur