Breaking News
Manokwari Rusuh (Foto : bbc)

Manokwari Rusuh, Jangan Lecehkan Papua!

Manokwari Rusuh (Foto : bbc)

Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior)

 

“Kalau Kami Monyet, Kenapa Suruh Kami Naikkan Bendera”, begitu bunyi salah satu spanduk yang dibawa oleh para pengunjukrasa di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8) kemarin. Mereka lalu membakar ban di jalan-jalan dan Gedung DPRD setempat. Kemarahan warga Papua tersebut, salah satunya, dipicu oleh aksi di Surabaya dan Malang, Jawa Timur, hari Ahad lalu. Waktu itu asrama mahasiswa Papua didemo oleh ormas-ormas kepemudaan karena disangka telah melakukan penghinaan terhadap bendera Merah Putih. “Monyet” adalah salah satu bentuk olok-olokan yang ditujukan kepada saudara-saudara kita dari Papua. Sebuah umpatan yang sangat rasis dan tidak beradab.

Ajaran Islam melarang pemeluknya memanggil dan memberi gelar (mengolok-olok) dengan sesuatu yang buruk dan tidak disukai. Dalam Al-Quran surah Al-Hujurat ayat 11, Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Memanggil seseorang dengan julukan yang jelek, dalam ajaran Islam, tidak diperkenankan. Begitu pula tentang warna kulit, kepintaran, dan kekayaan tidak bisa dijadikan ukuran mulia tidaknya seseorang atau kelompok orang. Hal ini dengan jelas difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Hujurat ayat 13, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Imam Jalaluddin as-Suyuti, dalam kitab “Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul” (Sebab Turunnya Ayat Al-Quran), menjelaskan:

“Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abi Malakah yang berkata, “Setelah pembebasan kota Makkah, Bilal naik ke atas Ka’bah lalu mengumandangkan azan. Melihat hal itu, sebagian orang berkata, ‘Bagaimana mungkin budak hitam ini yang justru mengumandangkan azan di atas Ka’bah! ’Sebagian lain berkata (dengan nada mengejek), ‘Apakah Allah akan murka jika bukan dia yang mengumandangkan azan?’ Allah lalu menurutkan ayat 13 surah al-Hujurat.”

Dalam kitab al-Mubhamaat, Ibnu Asakir menarasikan, “Saya menemukan tulisan tangan dari Ibnu Basyakual yang menyebutkan bahwa Abu Bakar bin Abi Dawud meriwayatkan dalam kitab tafsirnya, ‘Ayat ini turun berkenaan dengan Abi Hindun. Suatu ketika Rasulullah menyuruh Bani Bayadhah untuk menikahkan Abu Hindun dengan perempuan dari suku mereka.’ Akan tetapi mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin kami akan menikahkan anak perempuan kami dengan seorang budak.’ Sebagai jawabannya, turunlah ayat 13 surah Al-Hujurat tersebut.”

Inilah ayat Al-Quran yang agung, yang memandang manusia bukan karena ras, warna kulit, keturunan, kepintaran, dan kekayaan, tapi karena takwanya. Hanya mereka yang bertakwa yang mulia di hadapan Allah Ta’ala. Begitu indahnya ajaran Islam mengatur tata kelola hubungan sosial antar sesama. Dalam berinteraksi, tidak boleh ada yang dilecehkan, apalagi disakiti karena diolok-olok. Islam memberikan perhatian yang dalam atas apa yang diucapkan oleh antar anak manusia.

Bahkan, dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Berkatalah yang baik atau kalau tidak bisa, sebaiknya diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

About Redaksi Thayyibah

Redaktur