Breaking News

Hingga Hidayah Menjemput sang Pedang Allah

thayyibah.com :: Namanya Khalid, panglima Islam yang satu ini dijuluki pedang Allah. Ia merupakan panglima perang yang tiada bandingnya sepanjang zaman. Gerangan apa yang sepadan? Lantaran di 100 kali perang, ia tidak pernah sekalipun mengalami kekalahan.

Sejak kecil, putra dari bangsawan dan orang terkaya di Makkah ini memang sudah dilatih kemahiran maupun kesenian berperang, tidak cukup dengan itu Khalid jua salah satu pegulat terunggul di kalangan pemuda Quraisy. Sejak kecil pula Abu Sulaiman (panggilan akrabnya) mengenal senjata-senjata perang, oleh karena itu tidak heran di masa jahiliyah orang-orang Quraisy mengamanahkan al-Qubbah kepadanya. Amanah untuk menyiapkan peralatan-peralatan perang yang diperlukan.

Perjalanan keharibaan hidayah Khalid cukup berliku. Di masa jahiliyahnya Khalid merupakan pemuda Quraisy yang sangat memusuhi Islam. Dialah komandan pasukan yang memimpin serangan balik Quraisy sehingga kaum Muslimin mengalami kekalahan di Uhud, bulan Syawal tahun 3 H. Ia juga komandan pasukan yang hampir selalu terlibat peperangan bersama kaum Quraisy (Ibnu Hajar Al-Asyqalani, Al-Ishabah) untuk memerangi kaum Muslimin.

Bahkan menjelang peristiwa Hudaibiyah, ia telah bersiap-siap menyergap rombongan kaum Muslimin yang hendak umrah ke Baitullah, padahal kala itu Rasulullah dan kaum Muslimin tiada niatan untuk berperang. Namun Al-A’innah yang satu ini begitu keheranan, lantaran taktiknya terbaca oleh Rasulullah. Ia berbisik kepada dirinya sendiri “orang ini (Rasulullah) ada yang memberi tahu”. Putra dari tokoh Quraisy Walid bin Mughirah dan Lubabah binti Harits (Tarikh Ath-Thabari) ini keheranan karena pasukannya sendiri saja belum tahu apa taktiknya, sedangkan Rasulullah sudah tahu.

Nampak dari sini Khalid mulai dibuka mata hatinya, merasakan mukjizat maupun keajaiban Rasulullah. Mukjizat memang berfungsi sebagai penggugah tabir dari pikiran dan jiwa-jiwa ingkar yang tidak mau beriman kepada RasulNya. Sebuah pandar untuk gelapnya jiwa.

Kejadian-kejadian di seputar peristiwa perjanjian Hudaibiyah memang begitu membekas dalam jiwa-jiwa Quraisy, tidak terkecuali bagi pria yang lahir 40 tahun sebelum hijriyah ini (Adz-Dzahabi, Siyar ‘alamin Nubala). Peristiwa Hudaibiyah memang menjadi hujjah kemahiran komunikasi dan diplomasi khas Rasulullah.

Sesudah peristiwa Hudaibiyah, ada peristiwa Khaibar dan umrah Qada, pada tahun 7 H. Di situlah Khalid sebagai seorang yang mumpuni dalam bidang militer, politik, dan wawasan telah merasakan, kian hari bangsa Arab kian simpatik dengan agama Muhammad. Ia yakin tidak lama lagi Muhammad akan menjadi pemimpin seluruh bangsa Arab. Ia menyingkir dari Makkah waktu kaum Muslimin berumrah Qada akhir tahun ketujuh H. Padahal waktu itu Rasulullah, menanyakan kabar Khalid, “Jika ia (Khalid) menemui kami, maka kami akan memuliakannya” (Sirah Ibnu Hisyam). Di benak Khalid waktu itu, Rasulullah merupakan figur yang sangat memusuhi dirinya dan hendak memburunya.

Hanya dalam tiga bulan sejak masuk Islam di bulan Safar tahun 8 H (Maghazi Al-Waqidi), pada bulan Jumadil Awwalnya figur yang satu ini sudah bisa dipercaya menjadi seorang panglima Islam di perang Mu’tah yang legendaris itu. Padahal sebelumnya, panglima Islam yang di seluruh karir militernya tidak pernah kalah ini merupakan tokoh yang sangat memusuhi Islam. Dia lah tokoh kunci di balik kemenangan Quraisy Makkah waktu perang Uhud, yang memanfaatkan kelengahan para pemanah Muslim.

Ilustrasi: Khalid bin Walid

Ya, cukup tiga bulan setelah ia masuk Islam bersama dua sahabatnya Amr bin Ash dan Utsman bin Thalhah, Khalid langsung bisa memimpin kaum Muslimin di saat-saat kritis. Faktor tarbiyah dari Rasulullah sangat berperan di sini, di samping bakat serta kharismanya sebagai pemimpin militer yang luar biasa. Jika umat Islam sampai kalah perang Mu’tah saat itu, bukan hanya pamor Madinah yang akan merosot tapi juga sangat mungkin terjadi pembantaian massal.

Dalam kitab Maghazi Al-Waqidi serta diriwayatkan pula oleh Al-Baihaqi, rival gulatnya Umar bin Khattab ini merupakan sosok yang sejak lama Rasulullah idamkan bisa menerima Islam, karena tidak pantas tokoh sepandai dan sehebat dirinya menolak Islam. Kemampuan Khalid sangat berguna untuk meninggikan Kalimatullah dalam Jihad fii sabilillah.

Pantaslah, ketika Rasulullah mengetahui perihal kecamuk pertempuran Mu’tah, serta-merta beliau bersabda kepada khalayak Madinah, “Bendera (komando) kini diambil oleh salah satu pedang Allah, sehingga Allah memenangkan kaum Muslimin atas mereka (Byzantium)” (HR Al-Bukhari). Sosok yang dimaksud tidak lain adalah Khalid bin Walid sang ‘Pedang Allah yang Terhunus’, di mana saat dirinya hendak masuk Islam, Rasulullah sampai menyatakan, “Makkah telah memberikan jantung-jantung hatinya kepada kita” (Munir Al-Ghadban, Manhaj Haroki; Ibnu Abdil Barr, Al-Isti’ab). []

Ilham Martasyabana
Pegiat Sirah Nabawiyah

About A Halia