Oleh: Davy Byanca Revolusi bukanlah tabu untuk dibicarakan. Bangsa ini lahir dari pikiran revolusi anak bangsa pada zamannya. Darah mereka tertumpah dengan harapan anak cucunya kelak bisa hidup adil makmur dan sejahtera. Kenapa kalian alergi dengan kata revolusi? Bukankah revolusi juga bisa lahir dari secangkir kopi. Tapi, jangan pulak kita ciptakan revolusi demi mendapatkan secangkir kopi, atau puluhan ribu hektar ...
Read More »Redaksi Thayyibah
Mengasah Mata Batin
Oleh: Davy Byanca Seorang pelukis, Paul Gaugin berkata, “Saya menutup mata supaya bisa melihat.” Ungkapan ini sangat menarik. Bahasa yang acap saya gunakan dalam pelatihan adalah ‘mata batin’. Dalam setiap pengambilan keputusan atau saat akan mencari rekan bisnis, upayakan untuk menggunakan mata batin. Agar terjalin komunikasi indah dengan menggunakan bahasa batiniah atau komunikasi antar hati. Komunikasi yang terjalin karena adanya ...
Read More »Dalam Tidur Panjangnya…
Oleh: Davy Byanca Jendela masih asyik bercakap-cakap dengan halaman. Dalam mimpi di pagi itu, ribuan orang mengelu-elukan si Pandir. Berkhutbah tentang janji-janji dan janji. Lalu ia membujuk orang-orang untuk kerja dan hidup sederhana. Ibarat hitam dan putih sahaja. Waspadalah! Orang-orang saling menyapa dalam rupa manusia. Tapi di tubuh mereka tak ada siapa-siapa melainkan segumpal otak beku kerana tak pernah dipakai. ...
Read More »Perasaan Tak Berdaya
Oleh: Satria Hadi Lubis Hari-hari ini banyak suami, istri, orang tua dan anak yang merasa tak berdaya ketika keluarganya diserang virus Covid 19. Apalagi jika sampai orang yang dicintainya itu meninggal dunia tanpa mampu berbuat apa-apa. Sudah berusaha untuk mematuhi protokol kesehatan dan mendekatkan diri kepada Allah tapi masih kena juga. Sungguh ini adalah musibah yang membuat kita merasa tak ...
Read More »Tukang Bubur Tagih Utang Yusuf Mansur
Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior) Peristiwanya terjadi pada Rabu (23/7) malam pekan lalu. Pasangan suami isteri Luluk-Icha bertandang ke rumah Yusuf Mansur di kawasan Ketapang, Cipondoh, Tangerang, Banten. Ketika mereka tiba, Yusuf Mansur sudah didampingi oleh dua orang pengacara dan seorang asisten mereka. Kepada pasangan Luluk-Icha, para pengacara tersebut memperkenalkan diri dan “kebetulan” ada keperluan lain dengan Yusuf Mansur. Pertanyaannya, ...
Read More »Tangisan Anas bin Malik Tatkala Matahari Naik
Oleh: Akmal Burhanuddin Nadjib Dalam sebuah riwayat diceritakan, bahwasanya Anas bin Malik رضي الله عنه menangis tak terbendung tatkala mengingat pembebasan Kota Tustar di Persia. Tustar adalah salah satu kota penting di Persia yang dikelilingi benteng dan telah dikepung oleh pasukan kaum muslimin selama lebih dari satu setengah tahun. Dengan izin Allah, kota tersebut berhasil dikuasai dan pasukan muslimin mendapatkan ...
Read More »Bahagia itu, Saat Memberi
Oleh: Davy Byanca Setiap orang pasti ingin bahagia. Aristoteles mengatakan bahwa tujuan akhir setiap tindakan manusia adalah kebahagiaan. Apa pun –katanya, kebahagiaan selalu menjadi target yang dituju oleh setiap orang. Lucunya, banyak yang terjebak dengan mitos : punya lebih banyak, akan membuat kita lebih bahagia. Faktanya, banyak orang yang kaya tapi jiwanya kering, tak tahu apa makna bahagia. Aku pernah ...
Read More »Penghianat dan Pembela
Oleh: Akmal Burhanuddin Nadjib An-Nashir Yusuf, cucu dari Shalahudin Al-Ayyubi, bersekutu dengan Tatar dan pasukan Salib menghadapi kaum muslimin. Melalui tangannya kehancuran Daulah Ayyubiyah. Sebaliknya terjadi dengan Baraka Khan, sepupu Hulagu Khan, komandan pasukan Tatar. Setelah ia masuk Islam dan bersekutu dengan pasukan kaum Muslimin menghadapi pasukan Tatar. Pengkhianatan bisa jadi datang dari anak-anak, dan kemenangan mungkin datang dari musuh. ...
Read More »Kekuatan Tombak
Oleh: Salim A. Fillah Apa yang paling ditakuti pasukan Belanda dari laskar Jawa? Mayor Francois Ridder De Stuers, ajudan sekaligus menantu Jenderal Hendrik Merkus De Kock sang Panglima Perang Jawa mencatat dalam memoarnya : tombak. “Mereka menyerang kavaleri kita dengan tombak-tombak panjangnya. Gerakan mereka begitu mantap dan tertata. Tombaknya dihantamkan ke leher kuda para perwira kita sehingga hewan itu terkejut. ...
Read More »Neraca Bersama
Oleh: Salim A. Fillah Begitu kita berkeluarga, berbagai neraca dalam timbangan perasaan, fikiran, sikap, dan tindakan, berubah secara mendasar. Pertama-tama, “aku” dan “kamu” telah menjadi “kita”. Dari yang dulunya “keinginan” yang bisa serta-merta kita wujudkan bila ada kemampuan, menjadi renungan panjang dan doa-doa. Hatta sekedar melihat makanan kesukaan yang dulu sampai diburu, dibeli, dan dinikmati, kini ia jadi tanda tanya ...
Read More »