Breaking News
(Foto : cicalengka)

SEDAN TUA

Oleh : Ustadz Satria Hadilubis

(Foto : cicalengka)

Sepasang suami istri sedang mengendarai sedan mereka di jalan raya. Memang bukan mobil baru, hanya keluaran 90-an. Tetapi masih cukup baik untuk digunakan.

Pada suatu persimpangan, sang suami melihat seorang pemuda dari arah berbeda juga mengendarai sedan dgn merk yang sama. Tetapi produksi tahun terbaru dan sangat mulus.

Sang suami bergumam dalam hati, “Andaikan saja mobilku seperti pemuda itu.”

Setelah berjalan lagi, giliran sang istri melihat sedan hitam sedang parkir di tepi jalan. Kemudian ia mengamati seorang kakek keluar dari mobil itu dan membukakan pintu sebelahnya untuk seorang nenek yang duduk di sampingnya.

Kali ini sang istri terbetik dalam hati, “Seandainya saja suamiku seromantis kakek itu, sudah tua tetap membukakan pintu mobil untuk istrinya.”

Ternyata, jika dua kisah ini diceritakan dari sudut pandang berbeda, sebuah pelajaran berharga bisa kita dapatkan. Rupanya si pemuda pertama yang sedang mengendarai sedan mahal juga melihat pada suami istri ini.

Pada waktu yang sama ia pun bergumam dalam hati, “Andaikan saja aku seperti bapak itu, walaupun mobil lawas tetapi milik sendiri. Daripada mobil terbaru seperti ini tapi aku hanya sopir.”

Begitu pula si kakek bersedan hitam, tanpa sengaja ia juga mencuri pandang kepad suami istri ini. Pada saat itupun ia terbetik dalam hati, “Seandainya saja pintu mobilku tidak rusak seperti mobil ibu itu, pasti aku tidak perlu repot-repot harus membuka dari luar.”

Nah, betul kan sebuah pelajaran! Terkadang manusia melihat rumput tetangganya selalu lebih hijau, tanpa mereka sadari sebenarnya tetangganya justru menginginkan rumput mereka.

Kita hanya perlu meyakini bahwa Allah telah mengatur nikmat kepada setiap hamba dgn sangat adil.

Perasaan kecewa itu datang bukan disebabkan kurangnya nikmat, tetapi karena kurangnya bersyukur.

Mari kita mengingat Ibunda Fatimah binti Rasulullah, anak seorang Nabi dengan pakaian yang memiliki dua puluh tambalan! Bandingkan dengan kita yang memiliki dua puluh pakaian tanpa tambalan satupun.

Sahabat yang mengetahui keadaan keluarga Rasulullah seperti itu menangis melihatnya. Padahal di sisi lain Ibunda Fatimah merasa dialah orang paling beruntung di dunia karena nikmat Allah yang ia terima selama hidupnya.

Maka pantaslah jika dalam riwayat Bukhari, Rasulullah memberi gelar istimewa kepadanya sebagai : “Pemimpin perempuan-perempuan mukmin di dalam surga.”

Semoga kita dimampukan untuk selalu menjadi hamba yang mampu selalu bersyukur.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur