Istilah “nyinyir” kini booming. Sedikit-sedikit, ada saja warganet yang menulis ungkapan bernada sarkatis, kritik super pedas, atau ironi teramat menyayat hati, mengomentari berbagai peristiwa dan tokoh yang viral di jagat maya.

Sebagai muslim, apakah kita boleh berkomentar nyinyir terhadap sesuatu?

Jika kita bertanya kepada akal dan nurani, tentu kita akan mengatakan akhlak karimah seorang muslim tidak mengizinkan untuk membuat sensasi, menggosipkan keburukan orang lain (apalagi jika dia adalah saudara sesama muslim), menjelek-jelekkan, apalagi memecah-belah persatuan umat. Apalagi, kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang memprovokasi, kotor, dan sama sekali tidak mencerminkan perilaku seorang muslim.

Ketika seseorang berbuat kezaliman, seorang muslim memang wajib menegur. Tapi dengan cara yang santun, yang jika kita yang menjadi objeknya maka kita pun tak akan tersinggung saat ditegur. Dan akan menjadi mulia jika dikatakan langsung kepada si pelaku tindakan zalim. Di zaman kini, kita bisa menggunakan direct message. Teguran boleh berulang, tapi kesantunan tidak boleh berkurang. Keras isinya, namun tetap lembut penyampaiannya. Selanjutnya, serahkan kepada Allah Swt.

Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang beriman bukanlah yang gemar melaknat, bukan orang yang gemar mencemarkan nama baik orang lain, bukan orang yang berbicara buruk, dan bukan orang yang berbicara kotor.” (HR. Ahmad)

Artikel: muslimah.co.id