Breaking News
Jahe yang menghangatkan (Foto : dream)

Jahe

Oleh: Cak Choirul

Jahe yang menghangatkan (Foto : dream)

 

Pernahkah kita bersukur atas sebuah nikmat? Mungkin sudah pernah berkali-kali tetapi tidak pernah kita hitung atau lupa bersukur? Itu semua kembali kepada Anda. Padahal Tuhan telah berjanji akan menambah nikmat berlipat bila kita pandai bersukur, tetapi sebaliknya bila kita ingkar nikmat maka Tuhan akan melaknat.

Pagi ini, Ahad 8 September 2019, Gyongyos kota berjarak 80 kilometer di timur laut Budapest Hungaria masih diselimuti kabut pada pukul 05.00 atau sekitar pukul 10.00 waktu Indonesia. Udara masih terasa dingin mencapai 10 derajat celcius, apalagi beberapa menit sebelumnya, badan dibasuh air wudu untuk salat subuh, suhu dingin kian terasa menusuk.

Namun demikian, aku harus mengucapkan alhamdulillah, Tuhan telah memberikan jalan keluar mengatasi rasa dingin. Apa itu? Selepas salat subuh dan melakukan gerakan ringan yoga, aku mengetik sebentar di laptop selanjutnya ke dapur untuk mencari isi perut agar tidak terlalu lapar.

Mataku menoleh ke beberapa penjuru dapur: ada telur ayam negeri, royco rasa ayam dari Indonesia, indomie beragam rasa, supermie, mie sedap, minyak goreng terbuat dari bunga matahari, serta sejumlah perlengkapan memasak.

Semua pemandangan itu, bagiku, tak menarik. Sebab membuatku repot harus memasak atau setidaknya memanasinya di atas kompor. Aku hanya tertarik pada minuman penghangat yakni jahe cair yang dibawa temanku dari Indonesia.

Aku sangat yakin lirikan mataku ke setumpuk jahe di laci dapur adalah jalan Tuhan untuk menghangatkan tubuhku yang mulai merinding akibat dihajar hawa dingin Hungaria. Untuk itu, aku tak terlalu lama berpikir, tanganku bergerak mengucurkan air kran siap minum di dapur. Berikutnya, jahe cair itu kucampur dengan air kran panas dan srupuuuutt….!!

About Redaksi Thayyibah

Redaktur