Oleh: Davy Byanca Tahu gak? Dengan memeluk punggungmu, kupastikan kau tidak akan ditikam dari belakang, bahkan oleh tangan masa lalu yang tak nampak. Dalam lirih kuberkata, “semoga hatimu mengerti mengapa aku tiada henti memberi nafas kehangatan.” Tahu gak? Senja kemarin, dari seberang jalan, di mana kita pernah berdiri. Kulihat lautan berdoa dalam harunya biru, “semoga pantai mengerti, mengapa aku tak ...
Read More »Essai
Kibarkan Bendera Putih, Kawan
Oleh: Davy Byanca Aku bukan Rumi, Hafiz, Kahlil Gibran, Nizar Qabbani atau Rendra penyair legendaris itu. Aku hanyalah lelaki tua dari ujung timur Nusantara. Bodoh, tidak -atau katakanlah belum, mengerti apa-apa, soal narasimu. Tubir hatiku terketuk begitu saja. Menyaksikan kebijakan demi kebijakan. Teriakan dan bentakan, jerit tangis emak-emak, rintihan pedagang kecil menunjukkan kepanikan itu ‘telah terjadi’. Pokoknya tak boleh ada ...
Read More »Revolusi Cinta
Oleh: Davy Byanca Revolusi bukanlah tabu untuk dibicarakan. Bangsa ini lahir dari pikiran revolusi anak bangsa pada zamannya. Darah mereka tertumpah dengan harapan anak cucunya kelak bisa hidup adil makmur dan sejahtera. Kenapa kalian alergi dengan kata revolusi? Bukankah revolusi juga bisa lahir dari secangkir kopi. Tapi, jangan pulak kita ciptakan revolusi demi mendapatkan secangkir kopi, atau puluhan ribu hektar ...
Read More »Dalam Tidur Panjangnya…
Oleh: Davy Byanca Jendela masih asyik bercakap-cakap dengan halaman. Dalam mimpi di pagi itu, ribuan orang mengelu-elukan si Pandir. Berkhutbah tentang janji-janji dan janji. Lalu ia membujuk orang-orang untuk kerja dan hidup sederhana. Ibarat hitam dan putih sahaja. Waspadalah! Orang-orang saling menyapa dalam rupa manusia. Tapi di tubuh mereka tak ada siapa-siapa melainkan segumpal otak beku kerana tak pernah dipakai. ...
Read More »Menangislah
Oleh: Davy Byanca Rumi berkata, biarkan matahari kecerdasanmu terus-menerus terbakar. Biarkan matamu, seperti awan, kemilau, kerana airmata yang keluar. Menangislah seperti rengekan bocah. Jangan makan rotimu, Kerana roti jasmanimu akan, Mengeringkan air ruhanimu. Bersyukurlah bila kita mudah menangis. Kerana terkadang, kita butuh menangis. Untuk membersihkan hati. Bekal di mata Allah adalah bekal cinta di kedua mata yang menangis. Notes: ...
Read More »Sumur Pak Konyol
(Sebuah Cerita Mikro) Oleh: Doni Riw Alkisah, Pak Konyol punya sebuah sumur di belakang rumah. Konon dia tidak bisa menimba airnya. Oleh karena itu, dia memanggil Pak Feripto tukang timba dari kampung Mrika. Tapi aneh, Pak Feripto bukan digaji sebagai tukang timba, melainkan membawa pulang air yang ditimbanya sebagai harta mereka sendiri. Masa timba Pak Feripto terus diperpanjang oleh Pak ...
Read More »Fatwa Anjing Pak Kiyai
Terkadang rusaknya agama bukan karena tak ada lagi yang memahami atau mengetahuinya. Tapi justru datang dari orang-orang yang lebih faham. Namun karena desakan kebutuhan duniawi, maka ia rela mengorbankan ajaran agama demi tercapainya ambisi walaupun harus menyesatkan orang banyak. Seperti yang terjadi di Kampung Situ Gunung. Siang itu kampung Situ Gunung lagi heboh. Ada seekor anjing mati. Tapi yang bikin ...
Read More »Prabu Salya Gugur dan Penyakit Aneh itu Hilang
Nun, di arena Kuruksetra tampak ribuan manusia menggelepar. Mereka serempak batuk-batuk sambil memegang dada yang panas dan kepala yang tiba-tiba menjadi pusing, lalu ambruk di tanah. Prabu Salya tersenyum menyaksikan kejadian yang mengerikan itu. Tujuannya adalah menunggu lawan seimbang yang akan dimajukan oleh pihak Pandawa. Pun, ajian pamungkasnya itu dikeluarkan semata-mata untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dia tahu bahwa ajian Candrabirawa ...
Read More »Orang Bilang Aku Radikal
Oleh : Pipiet Senja Aku (kanan) dan Tien Sumartini dalam sebuah aksi di Jakarta beberapa waktu lalu.Tiba tiba saja ada bom di sebelahku Bom itu lantas berwujud makhluk Berhati kodok dan berotak cebong Semula kubiarkan saja apa maunya Dia tebar pesona Selfian di mana mana Ngevlog dan viral semaunya Seliweran di semua akunku. Tiba tiba saja dia berubah ...
Read More »Munajat Dalam Kesendirian
Oleh : Syatiri Matrais Robbiii…… Tubuhku lemah dengan sedikit sentuhan wabah Jiwaku rapuh karena sifat gegabah hatiku kosong, karena dosa emosiku takut mendengar berita batinku nelangsa tanpa arah. Diriku tak guna, kalau ternyata semua hampa Setiap saat diri ini angkuh, sombong tanpa kuasa bagai raja tanpa singgasana bagai permaisuri tanpa mahkota Dibuai sesaat dengan kenikmatan namun lupa tempat keabadian. ...
Read More »