Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior) Maraknya para investor membawa masalahnya ke ranah hukum, bermula dari mereka mencari keadilan. Investasi-investasi yang pernah dihimpun oleh Yusuf Mansur, mulai dari batu bara, patungan usaha, patungan aset6, VSI (cikal bakal Paytren), Condotel Moya Vidi, Tabung Tanah, Umroh Treni, dan sebagainya, tidak ada yang tidak bermasalah. Nasib investasi tidak pernah jelas, meminta pengembalian uangnya berliku ...
Read More »Redaksi Thayyibah
DINAR-DIRHAM DI NEGERI KAPITALIS
Oleh: Doni Riw Negara Kapitalis sudah menetapkan Fiat Money (Uang Kertas) sebagai alat tukar yang sah dilindungi undang-undang. Karenanya, membuat mata uang lain secara pribadi di dalam Negara Kapitalis adalah melanggar hukum. Pelakunya bisa dijerat dengan sistem hukum negara sekuler kapitalis yang bersangkutan. Begitulah mengapa membuat mata uang Dinar-Dirham di negara Kapitalis berakibat tindakan hukum. Tentu saja membuat mata uang ...
Read More »Zaim Saidi Memang Bukan Permadi Arya
Oleh: Ady Amar Generasi pertengahan 90-an awal pasti mengenal nama Zaim Saidi, bahkan akrab dengan namanya. Zaim memang penulis produktif. Hal-hal sederhana di tangannya menjadi sesuatu, saat itu diungkap dalam tulisan. Zaim Saidi menulis kolom dan opini, setidaknya di Tempo, Koran Tempo, dan HU Republika. Tulisannya selalu dinanti, tulisan ringan tapi tetap powerfull. Zaim penulis buku produktif. Tidak kurang 15 ...
Read More »Dinar, Uang Fiat dan Fir’aun
Oleh: Ronny P Sasmita Zaim Saidi, penggagas pasar Muamalah di Depok ditangkap. Berdasarkan aturan moneter hari ini, saya memahami mengapa beliau ditangkap. Aturan di Indonesia hanya mengikut aturan moneter internasional yang ditetapkan oleh IMF, Bank of International Settlement (BIS), dan bank dunia, yang dibelakangnya semua ada The Fed sebagai master mind, si raja tega riba penguasa dunia. Hahahha. Apa aturannya, ...
Read More »SEBENERNYA SAYA ITU PINTER, TAPI…
Oleh: Gus Nur Beberapa hari lalu saya butuh duit cash. Minta istri ambil di ATM. “Dik, tolong ambilin uang, sudah tak transfer ke rekeningmu. Belikan paket data sekalian, darurat soalnya”. “Yes honey”, she says and then go on. Beberapa saat kemudian kembali dan laporan. “Mas, saldo ATMnya kosong. Sebelahnya juga kosong. Jadi tak pinjami uang jatah arisan ini saja dulu. ...
Read More »KATA-KATA HILANG MAKNA
Oleh: Imam Suhardjo Aku ingat sahabatku yang tlah pergi Almarhum Mahadi Mantan anggota dewan mantan menteri Yang hidup biasa-biasa saja Yang ngomong apa adanya Dulu dia pernah berkata: “Sepi ing gawe, rame ing televisi”. Kini semakin nyata: Rame ing pernyataan, sepi ing kenyataan Banyak tokoh teriak: aku pancasila Ditabraknya tatabahasa, teriak seenaknya Tetiba aku takut Pancasila kehilangan ...
Read More »Jagalah Alquran, agar Predikat “Baik” Melekat pada Kita
Oleh: Gus Nur Nggak terasa sudah satu tahun saya dan beberapa teman sama-sama mencari Ummi, eh mengaji pake Metode Ummi. Walopun nggak lulus-lulus, tapi Alhamdulillah diberi keistiqomahan dan sehat sehingga bisa memperbaiki ilmu Alquran. Allah telah berjanji pada QS Al-Mujadalah 11: يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan ...
Read More »Niccolò Machiavelli
Oleh: Setiardi Renorn Saya harus berterima kasih pada Kampus UGM, Yogyakarta. Saat mulai kuliah 1989, saya mendapat habitat yang baik dalam menjelajahi pelbagai khasanah pemikiran dunia. Saat itu salah satu buku yang sangat populer di kalangan mahasiswa yakni ‘100 Tokoh Paling Berpengaruh’ karya Michael H. Hart. [Buku lain yang ketika itu ngetop yakni ‘Megatrends 2000’ karya John Naisbitt]. Saya membeli ...
Read More »SENDIRIAN
Oleh: Salim A Fillah “Sungguh engkau memiliki teman yang banyak sekali”, ujar seseorang kepada Sayyidina ‘Ali. “Tunggulah nanti”, jawab beliau Radhiyallahu ‘Anhu, “Di saat aku tertimpa bencana, barulah aku dapat menghitung mereka yang sejati.” Menjadi tabiat sebagian manusia, bahwa mereka suka memeroleh keuntungan, dan tak rela mendapatkan kerugian; ringan untuk berbagi kebahagiaan, tetapi enggan untuk ambil bagian dalam kenestapaan; serta ...
Read More »Kudeta Partai
Oleh: Setiardi Reborn 1996. Saya baru masuk Jakarta, menjadi wartawan. Profesi wartawan ketika itu sungguh membanggakan. Ini cita-cita lama sejak di bangku kuliah dulu. Itu sebab saat awal kuliah saya telah aktif di pers kampus. Saya menjadi wartawan di Jakarta ketika politik Indonesia memanas. Rejim Orde Baru saat itu tak menyukai Partai Demokrasi Indonesia [PDI] yang dipimpin Megawati Sukarnoputri. Maklumlah, ...
Read More »