Breaking News
Ilustrasi kartun proses hijrah muslimah

Dulu dan Kini

Ilustrasi kartun proses hijrah muslimah
Ilustrasi kartun proses hijrah muslimah

thayyibah.com :: Alhamdulillaah, segala puji bagi Alloh atas nikmat-Nya yang tak terhitung banyaknya, atas nikmat yang bahkan tanpa kita minta Dia selalu memberi. Diri ini sedang benar-benar haus, ya haus, haus ilmu. Sudah lama diri ini tidak serius menimba ‘ilmu-Nya—yaa Rabbi, ampuni—. Ya, diri ini sudah lama sekali tidak serius membaca buku, lalai. Pun ketika memutuskan untuk menunda baca buku, terkadang muncul entah secuil atau segabah ‘penyesalan’. Seperti sebelum-sebelumnya, sebelum libur kuliah semester ini, sudah kumantapkan hari libur kuliah ini kumanfaatkan untuk lebih banyak birrul walidain (berbakti kepada orang tua) serta membaca dan mengaji buku-buku yang terabaikan di lemari, mohon do’akan mudah-mudahan sebelum hari libur berakhir sudah tuntas kubaca ilmu-ilmu ini. Dan semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang haus, haus akan ‘ilmu, untuk kemudian meng’amalkannya.
PERPISAHAN

Teringat kutipan ustaz Salim A. Fillah dalam Saksikan bahwa aku seorang muslim,

“PERPISAHAN memang menyakitkan. Tetapi niscaya. Dan kadang berakhir indah. Pada beberapa hal, keindahan itu juga niscaya. Seperti perpisahan seorang mukmin dengan dunia. Ia menuju syurga.  Seperti perpisahan para pentaubat dengan ma’shiatnya. Ia menghapus dosa. Seperti perpisahan seorang pengikrar syahadat dengan jahiliah, ia membangun kehidupan baru.”

Dulu, ketika baca saat sampai di kalimat itu, sontak saya terdiam, hening, ingatan memaksa membayangkan masa lalu, dan beberapa saat kemudian langsung berkata nurani ini “Good Bye, Jahiliahku!”—Jauhi saya dari kebodohan ya Robb—

Oh ya! Di awal buku yang sama, ada kutipan atsar dari Al-Faruq alias Abu Hafsh alias ‘Umar ibn Al Khaththab—salah seorang sahabat Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam yang juga khalifah kedua Islam, setelah Abu Bakar Ash Shiddiq—

Begini katanya,
“Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu persatu, manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal jahiliah.”
Ah, jadi optimis, jadi tersenyum kembali saya dibuatnya^^

DULU

Mungkin di antara Anda ada yang merasakan hal yang sama seperti saya, yang merasa telah Alloh kehendaki hidayah-Nya sampai kepada kita—segala puji hanya bagi Alloh Tuhan semesta ‘alam—. Saya beranggapan titik balik ini bermula dari kampus yang saya banggakan dengan segala kekurangan yang terdapat di dalamnya. Jadi, setelah resmi menjadi mahasiswi di kampus ini pada tahun 2012, saya biasa ke kampus dengan gaya yang menurut saya keren—celana jeans, kaos/kemeja, sepatu kets ,dan dilengkapi dengan kerudung saringan tahu—, tapi ada yang beda dengan suasana di kampus B ini, kampus yang saya singgahi untuk menuntut ‘ilmu, di sini adeeem banget, baik dari orang-orang di dalamnya maupun lingkungannya. Di sini, banyak akhowat (red. saudari perempuan jamak) yang kerudungnya menjuntai hingga menutupi dada, ramah, dan juga akrab dengan sahabat-sahabatnya atau kakak-kakak dan adik-adiknya. Dulu sih biasa aja, bahkan sempet kurang suka atau mungkin ‘takut’, silakan jika mau mengatakan saya ‘penentang’ atau sejenisnya, mungkin memang seperti itu adanya. Ibu saya berkerudung cukup lebar, dan dapat dikatakan saya ini ‘penentang’, gak suka, berpikiran bahwa mama terbawa ‘arus’ yg kurang benar—astaghfirullah ampuni hamba-Mu ini yaa Robbi—sungguh masih kosong hati ini akan keimanan dan kosong akal ini akan ‘imu-Nya. Jelas-jelas sudah Alloh tegaskan dalam surat cinta-Nya,

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”….. (QS Al-Ahzab : 59)

Yaa, Dia lah, Alloh sudah berjanji memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki. Melihat dan mengamati sekeliling yang menggunakan kerudung saringan tahu—begitu saya menyebutnya—, yang sama dengan saya, sering bergumam dalam hati ‘ckck, hmm ternyata pake yang kaya gini ini berkerudung tapi kayak gak pake kerudung yaa’, melihat sekitar yang men-double kerudungnya, bergumam dalam hati ‘ih, apa gak ribet yaa double2 kaya gitu’. Seiring berjalannya waktu di satu kesempatan saya mencoba-coba sendiri men-double jilbab kala akan ke kampus, males sehingga gak pake uji coba sebelumnya, ‘ternyata gampang juga bikinnya, gak tembus pandang, yaa meski gak rapi-rapi banget, atau mungkin gak rapi sama sekali’. Mencoba istiqomah namun ternyata usaha masih kurang, untuk yang kedua kalinya dan beberapa kali selanjutnya, untuk menggunakan itu, tak semudah yang pertama kali saya coba, sering kali lebih berantakan, jadi males lagi pakenya, astaghfirullah.

Selanjutnya, teringat dan sudah tau namun belum meng-’amal-kan, yakni agar berbusana tidak menyerupai pria, tentu Anda sudah terbayang, yaa betul, ROK, salah satunya ROK, yaaa rok, kebanyakan perempuan di kampus mengenakan bawahan rok, ada juga yang sekaligus mengenakan gamis, mereka semua tampak anggun, sungguh. Tidak ada rok yang kumiliki saat itu kecuali rok sekolah, butuh waktu lebih lama untuk ‘sadar’ agar segera mengenakan rok, maklum bisa dibilang saya ini cukup keren. Namun, pada suatu minggu kala itu ketika kami pergi sekeluarga, saya memutuskan untuk minta dibelikan rok oleh orang tua. Tidak lama setelah mendapatkan rezeki yang Alloh berikan melalui kedua orang tuaku itu, aku mengenakannya di kampus, tanpa paksaan dari siapapun selain gejolak dalam hati yang terdalam, berangkat dengan perasaan campur-campur, campuran antara kurang PD dan bayangan digodain temen-temen sudah menghantui pikiran ini.

Berlalu sudah hari-hari itu

Selanjutnya, semakin ke sini, Alloh memantapkan hati ini untuk men-syar’i-kan penampilan ini—semoga Alloh istiqomahkan kita semua dan senantiasa melimpahkan hidayah-Nya kepada kita hamba-Nya yang merindukan Jannah-Nya—ditambah dengan kehadiran teman-teman yang kiranya Alloh limpahkan hidayah-Nya jua kepada mereka, yang membuat semangat ini kian menggelora untuk ‘berhijrah’

Akhirnya, namun tiada akhir—alhamdulillaah—Alloh senantiasa membuat diri ini bersemangat, bersemangat mencari ilmu-Nya, seperti apa sebenarnya Islam itu, meskipun sebenarnya saya sudah ber-Islam sejak dalam kandungan mama saya, astaghfirullah.

Kawan-kawan sungguh agama ini indah sekali dengan segala kelebihannya. Jika ada yang ganjal dengan seorang yang beragama Islam, sesungguhnya ada yang salah dengan orang tersebut, bukan dengan Islam-nya!

Menilik kehidupan di kampus, ternyata dikenal juga ‘lembaga dakwah’ ,”idihh berat bangeeet, (masih takut) nggak deh cukup aja kaya gini dulu, dakwah entar aja”…… Yaa begitulah dahulu,

KINI

Tapi, kini—alhamdulillaah—saya tersadarkan bahwa saya ini wajib berdakwah (mengajak), KITA ini wajib berdakwah, berdakwah sesuai kemampuan dan pemahaman, dan sadar bahwa makna dakwah gak sesempit yang saya pikirkan dahulu, ngajak temen sholat aja insyaaAlloh sudah terhitung dakwah.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Alloh….” (QS Ali-‘Imron : 110)

Hmm, jika dakwah hanya tugas atau kewajiban aktivis lembaga rohis, berarti saya gak perlu berdakwah seharusnya, ya saya belum pernah tergabung dalam lembaga rohani Islam baik di sekolah apalagi di kampus, tapi insyaaAlloh demi jiwa yang berada dalam genggaman-Nya, saya—dan kita semua—senantiasa berdakwah dengan raga, harta, bahkan nyawa hingga maut menjemput, dan hanya ada dua pilihan: hidup mulia atau mati syahid. Alasannya satu: perintah dari Robb kita….

Robbi, izinkan kami menjadi Muslim sejati,
Ust. Fathi Yakan dalam Komitmen Muslim Sejati mengatakan bahwa ada lima Karakter Muslim sejati: Saya harus meng-Islam-kan ‘aqidah, meng-Islam-kan ‘ibadah, meng-Islam-kan akhlaq, meng-Islam-kan keluarga dan rumah tangga, mengalahkan hawa nafsu saya, dan yakin masa depan adalah milik Islam!

“Tetaplah di sini. Di jalan ini. Bersama kafilah dakwah ini. Seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh. Sebesar apapun pengorbanan untuk menebusnya. Tetaplah di sini. Jika bersama dakwah saja kau serapuh itu, Sekuat apa kau jika seorang diri?” [Syaikhut tarbiyah, K.H (alm) Rahmat Abdullah]

Terakhir, yukkk kita mentoring! ^^
Lingkaran kecil yang dilingkupi suasana ke’ilmuan penuh ukhuwwah^^
“Tetaplah bersama dalam lingkaran persaudaraan. Melingkar adalah mengokohkan daya kekuatan. Melingkar adalah menyulam cinta.” (Salim A. Fillah) Melingkar adalah KITA.

Semoga Alloh menerima taubat kita, mengampuni dosa-dosa kita, semoga Alloh senantiasa mencurahkan hidayah-Nya kepada kita kini dan nanti, dan semoga Alloh senantiasa meng-istiqomah-kan kita semua. (put/thayyibah)

Wallohu a’lam bish showwab.
#MenjemputHidayah
Oleh : VPI

About Lurita

Online Drugstore,cialis next day shipping,Free shipping,order cialis black,Discount 10%, dutas buy online