Breaking News

Give Away Ala ‘Umar

Oleh : Davy Byanca

Sahabat sufiku.
DUNIA SAAT ini dikenal dengan istilah dunia tanpa batas, kejadian yang terjadi di belahan dunia lain, dalam hitungan detik bisa disaksikan oleh jutaan manusia di belahan dunia lain. Semua informasi langsung bisa diakses dengan perangkat teknologi. Itu yang menyebabkan banyak pengusaha konvensional yang gulung tikar, kerana makin banyak orang yang berjualan secara online dengan harga yang lebih murah dibanding harga toko. Para produsen mengalihkan iklan produknya ke media sosial daripada ke media mainstream. Akibatnya gelombang PHK terjadi di beberapa stasiun televisi.

BEBERAPA ORANG yang kreatif menggunakan ceruk pasar media sosial ini sebagai ladang bisnis. Para konten kreator bermunculan, tak perlu sekolah formal untuk itu. Dari konten yang mendidik, yang menjual kesedihan, yang lucu, sampai dengan yang bermuatan sampah, pamer aurat sampai menjajakan dirinya. Semua dilempar ke pasar tanpa sensor, pilihan di tangan Anda. Algoritma berjalan di hp Anda, dia akan menjajakan setiap menit, konten apa yang sering ditonton. Salah satu konten positif yang paling banyak ditonton menurutku adalah yang bersifat eksperimen sosial, ‘give away’ atau yang berkenaan dengan ‘people helping people’; baik yang dibuat oleh konten kreator luar negeri atau anak negeri.

PADA TITIK ini aku bertanya dalam hati: apa niat mereka membuat video seperti ini; adakah tulus membantu agar bisa dijadikan teladan bagi followers ataukah tujuannya agar mendapatkan jutaan followers sehingga memperoleh cuan dari youtube, tiktok, instagram atau facebook. Sebab menurutku, tak perlulah mendokumentasikan setiap kebaikan yang kita lakukan kerana Allah telah menugaskan pekerjaan ini kepada malaikat. Walau kita tahu, sebaik-baiknya manusia -kata Rasulullah saw, adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

SUATU HARI aku membaca postingan di instagram, ‘Jangan jadi orang baik jika ingin dikagumi. Dunia ini bukan milik yang paling benar, tapi milik yang hatinya paling bersih. Kita hanya tamu di atas tanah, maka berbuat baiklah sampai tanah menerima kita dengan baik dan ramah’. Yap setuju oom, dunia tak perlu tahu kamu kerja apa. Yang penting Tuhan tahu kamu tidak curang, kamu amanah, kerana pada akhirnya yang bikin hidup nyaman bukan banyaknya, tapi bersihnya. Lalu apa salahnya jika ada yang ingin berbuat baik, lalu dia share kebaikan itu melalui video? Ya juga sih, kerana antara syiar dengan riya’ itu bedanya tipis banget.

AKU LALU teringat kisah khalifah ‘Umar bin Khaththab ra yang malam hari menyamar dan memikul gandum untuk keluarga miskin yang sedang kelaparan. Beliau secara diam-diam, tanpa pengawalan khusus, untuk memastikan orang tersebut mendapatkan bantuan tanpa diketahui identitasnya. Sungguh beda jauh dengan apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang membagi-bagikan hadiah kepada rakyatnya dengan cara melempar dan dilakukan di bawah sorot kamera televisi. Kerana berbagi menurutku sifatnya sangat personal, cukup disaksikan oleh malaikat dan hanya diri kita serta Allah saja yang tahu.

HORMATKU kepada orang baik di luar sana yang selalu berbagi tanpa harus dijadikan konten. Mengapa kita tak meniru saja kebiasaan yang dilakukan oleh ‘Aisyah, istri Rasulullah saw, yang selalu mengoleskan minyak wangi pada uang atau barang yang akan ia sedekahkan. Dalam kitab Raddul Bala’ bid-Du’a karya Musthafa Syaikh Ibrahin Haqqi, saat ditanya mengapa, ‘Aisyah menjawab. “Sesungguhnya sekeping dirham itu akan sampai ke tangan Allah terlebih dahulu sebelum jatuh ke tangan orang miskin”. Masya Allah ..!

Sekian 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.