Breaking News

Kisah Ustadz Jamal Al Bilad dan Resto Indonesia di Melbourne

Catatan Ilham Bintang

Saya masuk Melbourne awal Mei 2023. Musim dingin. Bebannya pun tambah : selalu merasa lapar. Berdasar pengalaman masakan Indonesia salah satu yang bisa atasi masalah itu. Seperti : Nasi Kapau atau Nasi Ramas Padang. Porsinya besar dan bumbu masaknya berani boros. Coba saja bayangkan ini : rendang, gulai ayam  atau tunjang, dendeng balado, dan goreng ikan tenggiri balado “dikapaukan” : rasanya niscaya maknyus dipadu  dengan sayur nangka.

Namun,  di Melbourne selama tiga tahun pandemi Covid-19 banyak resto Indonesia yang sudah tutup, senasib dengan . usaha lainnya yang terdampak.

Tahun lalu Resto Es Teler 77 sudah tutup. Padahal resto yang  di  lantai tiga Mall Emporium di CBD  Melbourne sangat strategis lokasinya. Pengunjung mal mewah itu pasti melewati. Terkenal dengan Gurame Gorengnya dan Es Telernya tentu saja.

Di CBD, di daerah saya biasa menyewa apartemen di Melbourne, boleh dibilang banyak resto Indonesia. Saya mencatat sekurangnya ada lima. Yaitu “Kata Kita”, ” Nelayan 1″,” Nelayan 2″, “Es Teler 77”, dan “Salero Kito”

Rabu (3/5) siang, Ustadz Jamal Machmud, mengontak saya dari Jakarta. Jamal sahabat saya, pengusaha biro perjalanan umroh dan haji. Jamal menginformasikan akan mampir ke Melbourne untuk liburan sekalian untuk mengantar anaknya pulang ke Adelaide. Nah! ketemu sparring partner seru urusan kuliner. Bangun tubuh Jamal yang subur menjelaskan itu. 

Jamal selalu mengawal jamaahnya bolak balik Jakarta – Saudi. Travelnya  juga melayani tur ke berbagai negara tujuan wisata, di seluruh dunia. Dan, dia terjun langsung pula mengawal turnya.

Tapi statusnya  di media sosial lebih banyak menampilkan cerita  dia bersantap berbagai macam kuliner aneh-aneh seantero jagat. Paling seru saat dia memvideokan cara memasak kambing di dalam tanah.

Jamal dan keluarga menumpang pesawat Garuda direct Melbourne. Tiba Kamis (4/5) pagi. Kami janjian makan siang di Resto Nelayan hari itu. Pasti seru karena masakan Padang bagusnya di santap beramai-ramai.

(Foto-foto : Koleksi Ilham Bintang)

Saya lebih dulu tiba di lokasi. Sesuai janji : Jam 1 siang. Jamal masih dalam perjalanan. Kena macet.

Tapi, tunggu! Waduh! Resto Nelayan ternyata tutup. Entah sejak kapan dan pindah kemana? Tidak ada pemberitahuan di pintunya. Padahal, resto yang menyajikan juga hidangan  Sop Konro khas Makassar ini terbilang cukup ramai pengunjung selama ini. Bukan hanya orang Indonesia, tetapi juga turis asing.

Apalagi, lokasinya memang  strategis, ramai dilewati oleh para pengunjung daerah City. Rasanya tak ada orang Indonesia yang melancong di Melbourne tidak mengenal resto itu. Istri mengusulkan pindah ke resto ” Salero Kito” sebagai pengganti. Yup. Ini malah resto Padang paling favorit. Lokasinya dulu di Komplek Tivoli, juga di jantung CBD Melbourne. Hanya sepelemparan batu dari Resto Nelayan. Tahun lalu “Salero Kito” sudah pindah dari lokasinya sekarang ke 9, Rose Lane Melbourne. Sekitar 10 menit perjalanan ke sana. Resto “Salero Kito” juga kena dampak pandemi. Lama tak berjualan, pemilik gedung memutuskan menutup sekalian lokasi yang jadi tempat  puluhan jenis usaha di situ.

Maka, mumpung  Jamal masih dalam perjalanan, saya arahkan ke “Salero Kito”. Kirim peta lokasi. Beres.

Siang itu kami pun menikmati masakan Padang “Salero Kito” yang saya sebut  Number 1 in Town. Kami menyantap Nasi Rames atau Nasi Kapau Padang yang terkenal itu.

Pemilik “Salero Kita” namanya Ari, asli Minang. Mungkin satu- satunya resto Padang di Melbourne yang pemiliknya urang awak asli. Restonya mempekerjakan mahasiswa / mahasiswi Indonesia.

Saya kenal Ari enam tahun lalu. Kami sering ngobrol. Setiap ke sana dia turun tangan langsung melayani. Tahun ini Ari sekeluarga pulang mudik Lebaran, sehingga tidak sempat bertemu.

Kembali ke kisah Jamal. Ayah 5 anak ini pekerja keras.Jaringannya luas di mancanegara. Tahun 2019 saya dan istri  berumroh dan merencanakan urus sendiri tanpa travel. Jamal tahu dia tidak tega. Ia langsung kontak jaringannya di Saudi untuk menangani handling selama kami di Tanah Suci. Kami dijemput dengan protokol  VVIP, pakai pengawal dan mobil  limousine  menunggu di tangga pesawat. Urusan Imigrasi dan Custom mereka juga tangani, kami tinggal duduk manis di lounge tamu-tamu kerajaan. Stafnya di Mekkah  mengatur perjalanan kami juga ke Madinah dengan kereta cepat : “The Haramain High Speed Railway ” yang waktu itu baru beroperasi.

Sebelum itu, saya ingat, waktu mampir liburan di Turki dari trip Eropa, Jamal juga turun tangan. Kebetulan dia di Turki. Tahu  saya baru untuk pertama kali menginjak Istambul. Jamal  menyediakan mobil berikut guide, tiket pesawat ke Cappadocia dan menginap dua malam di hotel di dalam gua.  Kalau Jamal sukses sekarang, pastilah karena kepeduliannnya kepada sesama kawan turut berkontribusi.

Seperti disebut, Jamal selalu terjun  langsung mengawal turnya di mancanegara, dan juga rutin mengunjungi 42 cabang Al Bilad Universal di seluruh Indonesia.

Maka kita bisa paham mengapa Jamal butuh asupan gizi  makanan yang baik untuk jaga stamina. Oh, iya. Saat berkeliling daerah Indonesia, tinggal menunggu postingan Jamal di media sosial tentang temuan pelbagai makanan khas daerah.

Terdampak Pandemi

Pandemi Covid-19 jelas berdampak pada bisnis perusahaan travel Jamal. Saudi menutup kunjungan umrah sejak 27 Februari 2020. Baru dibuka Desember 2022, itupun dengan berbagai protokol kesehatan yang amat berat dan tidak nyaman bagi jemaah. Tetapi Jamal tidak menyerah, tetap memelihara semangat. Perusahaannya juga memberangkatkan jamaah haji baik reguler maupun Furoda ( calling visa). Pada masa pandemi, apa boleh buat ikut stop dua tahun.

“Setelah pandemi Alhamdulillah sudah memberangkatkan sekitar 4 ribu jemaah,” kata Jamal.

“Ya, resepnya bersabar, Bang,” sahut dia ketika saya tanya.

Jamal hanya  sempat kesal karena pernah ada oknum yang mencatut nama travelnya untuk menipu puluhan jemaah umrah di daerah.

“Untung  pelakunya cepat tertangkap polisi, sekarang sudah dipenjara. Oknum itu perempuan, jahatnya minta ampun. Dia kumpulkan dana jemaah mengatasnamakan perusahaan kami lalu uangnya dibawa kabur,” cerita Jamal.

Itu yang menjadi salah satu alasan ia rutin mengunjungi cabang – cabang Al Bilad Universal. Setelah kejadian itu, Jamal mengimbau  masyarakat supaya mendaftar kepada travel resmi yang memiliki izin resmi dari kementerian agama RI.

“Jangan pernah terpengaruh tawaran  harga murah. Sekarang  harga tiket dan hotel memang sangat tinggi. Bayar visa saja pun tinggi. Sebelum  pandemi visa umroh  sekitar 35 sampai 50 dolar Amerika ( Rp. 500-700.-). Setelah  pandemi  naik menjadi  180 dollar AS. Tiket  sebelum pandemi pesawat full service  sekitar 11 sampai 12 juta PP sekarang tiket pesawat yang full service mulai dari Rp. 15 .900.000 – Rp. 17 juta. Bahkan bisa sampai Rp. 18.500.000,” Jamal mengutarakan.

Singkatnya, jika penawaran harga umrah di bawah atau jauh dibawa kalkulasi Jamal, patut dicurigai itu penipuan. Waspadalah!

Melbourne, 5 Mei 2023

About Redaksi Thayyibah

Redaktur