Breaking News
Abah Abu Muhammad Jibriel (Foto : Pikiran Rakyat)

ASA dan ABAH

Oleh: Salim A Fillah

Abah Abu Muhammad Jibriel (Foto : Pikiran Rakyat)

“Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS 3: 27)

Ya Rabb, di tengah semua sesak, Kaulah yang melegakan nafas harap kami dengan kisah tawakkal ibu yang melarung bayi tercinta. Engkau Maha Kuasa tuk menjaga, membesarkan, serta mendidik Musa justru di Istana Fir’aun durjana. Penguasa lalim membunuh semua bocah yang dicurigai akan menumbangkan kesombongannya. Tapi anak yang tertakdir menenggelamkan keingkarannya justru tumbuh dalam timangan permaisurinya.

Ya Rabb, di tengah segala gelap, Kaulah yang menyalakan pelita hati kami dengan kisah lelaki yang paling jeli menista kitab suci. Walid ibn Al Mughirah namanya, yang menghimpun perundingan tuk menyepakati serangan, bahwa Muhammad ﷺ memang tidak gila, bukan dukun, bukan penyair, tapi yang diucapkannya jelas sihir. Buktinya, ia memisahkan para pencinta dari yang dimesrainya. Meski muslimin harus mencicipi perihnya sabetan di Uhud, rupanya telah lama Dia titipkan “Pedang Allah yang Terhunus” di sulbi Walid ibn Mughirah, memberinya rizqi, menumbuhkan, mendidik, bahkan melatihnya bertempur, di wisma sang musuh Quran.

Ya Rabb, di tengah setiap susah, Kaulah Yang menghibur hati dengan kisah anak yang amat berbakti. Dialah yang menangis tersedu di hadapan Sang Nabi ﷺ  lalu berkata, “Jika engkau hendak membunuh Ayahku, ‘Abdullah ibn Ubay, maka jangan engkau utus salah seorang sahabatmu Ya Rasulallah ﷺ . Sebab Madinah tahu bahwa aku ini anak berbakti, maka pasti aku akan dibakar dendam, lalu kubalas kematiannya dengan membunuh sahabatmu, hingga kafirlah aku karenanya.”

“Tetapi jika engkau benar-benar ingin membunuh Ayahku itu, perintahkan saja aku. Jangan orang lain. Sebab betapapun aku mencintainya, cintaku pada Allah dan RasulNya ﷺ lebih besar dari apapun juga.”

Kepada Allah yang merawat Musa di istana Fir’aun, membesarkan Khalid Saifullah di wisma Walid ibn Al Mughirah, dan menganugerahkan iman ke dada Abdullah ibn ‘Abdullah  ibn Ubay ibn Salul di rumah si gembong munafiq; asa atas negeri ini kami tawakkalkan.

Abah Abu Muhammad Jibriel (baju putih) (Foto : dokumentasi Salim A Fillah)

Selamat jalan Abah Abu Muhammad Jibriel, pengobar asa ‘Rajulun Shalih’. Rahimakallaahu Rahmatan Wasi’ah.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur