Breaking News
Gigi palsu (Foto : olx)

Catatan Cinta Lansia (26)

Mengenang Gipal

Oleh : Pipiet Senja

 

Gigi palsu (Foto : olx)

Anno 5 Mei 2020

Pertama-tama harus dan wajib diucapkan doa dulu, buat Ayla Zia Raisha Siregar. Cucu ke3 yang ulang tahun ke 12 hari ini. Semesta doa untukmu, Zia solehah. Mhuuuua.

Kalau diingat ingat lagi, sepertinya sepanjang perjalanan hayatku banyak nian peristiwa luka. Namun, ternyata banyak juga kejadian geli geli sedap, Sodara. Mulai dari penyakit bawaan, punya suami aneh nyeleneh skizoprenia akut, sering di KDRT, cerai sampai kini menjadi bulan-bulanan Cebi.

Umur 17, dinyatakan tak ada harapan hidup dengan seabreg komplikasi. Sempat sekarat pula, in coma istilah medisnya, selama 21 hari. Sekarat kedua saat akan melahirkan anak pertama. Pilih anak atau ibunya. Cmiiiiiw!

Umur 36 dinyatakan sudah menopause, kemudian gigi depan rontok alias ompong akibat dianiaya. Korban KDRT ceritanya, Sodara. Sejak itulah langganan dokter gigi, berujung harus pakai gigi palsu. Bayangkan, sudah ompong gigi-gigi depan atas dan bawah, saat umur 37!

Demi kenyamanan dan terutama agar bisa mengunyah, terpaksa pakai Gipal alias gigi palsu. Adapun riwayat Gipal ini ngeri-ngeri sedap pula, bah!

Satu-kali Gipal kurasakan bikin ulah. Ketika itu aku pasca dioperasi besar. Limpa dan kandung empedu wajib diangkat. Efek seumur hidup transfusi karena thallasemia. Sekarat juga ceritanya sampai lima hari. Begitu sadar hal pertama yang kuingat tak lain dan tak bukan yaitu: Gipal.

Maksudku sebelum ingat kembali anak dan cucu. Seingatku saat baru eling itu Gipal lupa aku copot. Mendadak otakku yang masih belum jejeg itu, berprasangka. Jangan jangan Gipal loncat dan nyangkut di tenggorokan, pikirku. Buktinya terasa ada yang ganjal dan menyakitkan di tenggorokanku. Aku berjuang segenap kekuatan yang kumiliki pasca incoma.

“Dokter weerrrr, susteeeeer weeeeeer. Tolong ambil gigi palsu di tenggorokku weeeeeeeeeer!” Bukannya cepat dibantu, eh, mereka seperti tak peduli. Lah iyalah, wong suaraku tenggelam di kerongkongan sendiri alias hanya gumam. Anakku datang menenangkan emaknya yang pasti tampak bagai Camat, Calon Mayat.

Anakku paham bahwa emaknya sudah eling. Paham pula kalau emaknya merisaukan Gipal. Dia konfirmasi kepada dokter yang mengoperasiku. Ternyata si Gipal sudah dicopot emaknya sendiri, dan dititip ke dokter. Ternyata oh ternyata yang terasa ganjal itu , karena dipasang alat sonde. Ampuunlah!

Lanjuuuuut! Satu kali aku sedang jadi pembicara di Nanyang University, Singapore. Ketika sedang semangat semangatnya meneror menulis, di hadapan sekitar 500 peserta Seminar Literasi. Mendadak si Gipal bertingkah. Prooooot! Ampuuun, copot sendiri dan jatuh ke ubin dekat kakiku! Aku berlagak batuk sambil kuserahkan mike kepada putriku. Agar menyambungnya. Oya, kami berdua sering duet sebagai pembicara.

Sebenarnya aku lagi cari mantu, seriuuus! Kembali ke laptop. Sementara aku menunduk diam diam mencomot si Gipal kesayangan. Huuuuups, selamat, selamat. Cmiiiw.Aku segera menutup mulut dan memasang Gipal di tempatnya semula. Sampai aku tulis catatan ini sepertinya tak ada peserta yang tahu, urusan Gipal nakal. Kecuali baca bukuku berjudul Orang Bilang Aku Teroris.

Sebenarnya banyak riwayat geli geli gelo urusan si Gipal ini. Mau dengar dongengku sebelum bobo?

Belum lama kejadiannya, beberapa jam silam. Sepulang acara Rocky Gerung di rumah Aspirasi. Saat mau makan rebusan ubi, aku copot si Gipal. Kemudian kumasukkan ke tas setelah dibungkus dengan tisue.

Saat di rumah kulihat ada semut kecil di tas. Jadi kubongkar, kubuang semua yang kuanggap pengundang semut-semut kecil. Dasar sudah Manini, ternyata termasuk si Gipal terbang entah di mana.

Padahal harganya mahal untuk ukuran sakuku. Euleuh meuni tega pisan tah si Gipal nya!

Sejak itu Manini ompong di bagian gigi depan bawah. Mau beli lagi danaku limit, harus fokus berobat jantung, dan saat ngedrakuli tiba. Sedih sekali rasanya. Sebab cucuku Zidan, sepertinya takut lihat neneknya ompong. Buktinya, kalau video call, Zidan akan menutup mukanya. Serius bocah itu ogah lihat Manini. Kepingin mewek gw euy!

Tapi aku kan konon perempuan perkasa, tangguh. Jadi gengsi dong kalau mewek depan cucu. Oooh, najong trilili! Jualan buku hasilnya kutabung. Akhirnya dana cukup kali buat gigi palsu baru. Setelah 6 pekan, Gipal baru pun terpasang tiga biji dengan eloknya. Hihi. Gak kuku kalau beli semua. Pheeeew!

Bayangkan, Mak, keluar dari kios Tukang Gigi, kerjaku ketawa saja sampai terasa garing nih bibir. Tepatnya nyengir trilili, Bro! Sorenya aku ke Blessing, mau beli charger Laptop yang hilang entah di mana. Saat menanti Mbak melayani itulah, ada suami istri yang mencermatiku dengan tatapan aneh.

Heran kali ada nenek nenek beli charger lapi, tinta printer dan beberapa keperluan buat menulis. Mbak yang sudah kenal dekat denganku bilang. “Ibu ini seorang Sastrawati. Bukunya sudah ratusan. Nama penanya Pipiet Senja.” Wah, pasustri heboh mendadak. Minta selfie segala. Jepreeeet! Jepreeeet!

Merasa sudah pakai Gipal, aku pun iseng pamer. Ketawa cengiran terus saat selfie. Ketularan si Nganu kemeja putih preeeeet kayaknya gw, Kuy? Ketika sudah naik Gojek, tiba tiba baru nyadar, wooow!

Kok gw ompong yeee?

Ya ampuuun, baru ingat lagi. Sebelumnya si Gipal dicopot. Kemudian ditaro di atas meja kerja. Seeeet dah, kelakuan Manini. Harap jangan ditiru, ya anak anak. Kalau masih diizinkan Gusti Allah menulis, insya Allah akan disambung. Ketawa itu sehat, Kuy!

 

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur