Breaking News

World War III Berdampak Besar Terhadap Perekonomian Indonesia

Foto: Demo memprotes tindakan militer AS terhadap Iran (Katie Fyfe/The Journal-Gazette via AP)

thayyibah.com :: Baru saja tahun baru, tapi dunia sudah dihadapkan dengan ancaman meletusnya perang dunia ketiga atau World War III. Semua itu berawal dari kejadian Jumat lalu.

Serangan udara Amerika Serikat (AS) di Irak, menewaskan Komandan Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani, Komandan Pasukan Quds. Sialnya, serangan itu benar-benar diakui oleh AS atas diperintahkan Presiden AS Donald Trump guna ‘melindungi personel AS di luar negeri’ seperti yang disampaikan oleh pihak Pentagon setelah kejadian.

Pihak Iran tak tinggal diam, mereka mengancam akan melakukan pembalasan. AS juga melalui Presiden Trump secara terbuka sudah membidik 52 lokasi di Iran bila Iran melakukan serangan balasan.

Dampak apa yang akan dialami Indonesia khususnya bila perang benar-benar terjadi?

Seperti dikutip dari detikcom, setelah kejadian itu harga minyak dunia naik. Harga minyak brent melonjak 3,6% ke level US$ 68,60 per barel pada Jumat (3/1) kemarin. Minyak berjangka AS juga naik 3,1% ke US$ 63,05 per barel. Ini merupakan kenaikan terbesar dalam sebulan terakhir dan harga tertinggi sejak September 2019.

Bila terus berlanjut, akan mengancam Indonesia yang selama ini masih bergantung dengan impor minyak dan gas. Menteri BUMN Erick Thohir atas perintah Presiden Jokowi diminta mewaspadai persoalan harga minyak ini.

Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bila perang dunia ketiga meletus karena peristiwa tersebut, perekonomian Indonesia terancam.

Melihat proyeksi ekonomi dalam APBN 2020, harga minyak diprediksi US$ 63 per barel. Tentunya, harga minyak yang sudah melampaui prediksi APBN 2020 ini bisa meningkatkan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama non subsidi.

“Dampak ketegangan AS dan Iran paling cepat dirasakan ke harga minyak mentah dunia yg meroket lebih dari 4% dan berimbas pada beban subsidi BBM dan tarif listrik yang bengkak di awal 2020. Di sisi lain, harga bbm non subsidi jenis Pertamax, Pertalite maupun Dex pun berisiko mengalami penyesuaian,” Minggu (5/1/2020).

Pemerintah baru saja menurunkan harga BBM non subsidi di awal 2020 ini. Menurut Bhima, jika perang dunia ketiga meletus, harga BBM diprediksi bisa naik lagi.

“Bisa naik kembali karena harga BBM khususnya non subsidi bergantung pada tren harga minyak dunia,” imbuhnya.

Hal tersebut dapat berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat, yang ujung-ujungnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Ini ujungnya adalah inflasi yang lebih tinggi dibanding tahun 2019. Jika tekanan pada harga kebutuhan pokok naik, ujungnya daya beli tertekan dan pertumbuhan ekonomi diprediksi merosot dibawah 4.8%,” kata Bhima.

Sementara itu, dampaknya di pasar keuangan yakni volatilitas akan terjadi. Investasi seperti surat berharga bisa sangat berisiko sehingga investor memilih bermain aman. Ada kecenderungan makin bermain aman misalnya dengan membeli dolar atau emas. Ia bilang harga emas dunia telah naik 2,19% dibandingkan tahun lalu dan dolar index menguat tipis 0,51% dalam sepekan terakhir.

“Kalau di pasar keuangan dampaknya adalah volatilitas yang membahayakan ekonomi dalam jangka panjang. Investor makin takut berinvestasi ke pasar negara berkembang,” katanya.

Sumber: cnbcindonesia.com

About A Halia