KH. A. Nawawi Abd. Jalil

PERNYATAAN SIKAP PONDOK PESANTREN SIDOGIRI

KH. A. Nawawi Abd. Jalil

 

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد  وعلى آله وصحبه أجمعين.

Sehubungan dengan beredarnya ceramah kontroversial dari Saudara Muwafiq yang saat ini sedang ramai dibicarakan orang, dan setelah menyimak isi pidato tersebut secara utuh dan lengkap, berikut pernyataan tabayun dari yang bersangkutan, kami Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri menyimpulkan bahwa:

  1. Unsur yang terkesan merendahkan kemuliaan Nabi seperti kalimat: Nabi lahir biasa-biasa saja, tidak bersinar; saat kecil rembes; tidak terlalu terurus karena ikut kakeknya; kesenangannya bermain kesana-kemari sehingga tidak sekolah akhirnya tidak bisa baca-tulis; jika saat itu ada jambu maka beliau akan mencuri jambu itu.
  2. Saudara Muwafiq juga terkesan meragukan riwayat tentang keistimewaan Nabi pada masa kecil yang telah diyakini kebenarannya oleh kalangan pesantren, dengan mengatakan “kita tidak boleh angkuh karena semuanya hanya katanya dan tidak menyaksikan peristiwa itu sendiri secara langsung”.
  3. Penjelasan tabayun yang dilakukan oleh Saudara Muwafiq setelah ramainya ceramah tersebut tidak mengandung pernyataan menarik ucapannya dan taubat dari kesalahan itu.

 

Mengingat hal tersebut di atas, serta mengingat:

  1. Adanya sebagian umat Islam yang masih memberikan pembelaan terhadap Saudara Muwafiq terkait hal ini.
  2. Pesan tegas dari Hadratusy-Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dalam “at-Tanbihatul-Wajibat” sebagai berikut:

فَتَأَمَّلْ – وَفَّقَكَ اللهُ – مَا ذَكَرْنَاهُ فيِ هَذِهِ التَّنْبِيْهَاتِ الثَّلَاثِ مِنْ وُجُوبِ حُرْمَةِ النَّبِيِّ  وَتَوْقِيْرِهِ وَتَعْظِيْمِهِ عِنْدَ ذِكْرِ مَوْلِدِهِ وَذِكْرِ حَدِيْثِهِ وَسَمَاعِ اِسْمِهِ وَحُرْمَةِ اسْتِعْمَالِ مَا وُضِعَ لِلتَّعْظِيْمِ فِي غَيْرِ مَحَلِّ التَّعْظِيْمِ، وَأَنَّهُ إِلَى الِإسْتِهْزَاءِ وَالْإِزْرَاءِ أَقْرَبُ، وَقَتْلِ مُتَنَقِّصِهِ  وَمُؤْذِيْهِ بِاْلإِجْمَاعِ – يَظْهَرُ لَكَ – إِنْ كَانَ لَكَ أَدْنَى بَصِيْرَةٍ – قُبْحُ هَذِهِ الْفِعْلَةِ الْمُخْزِيَةِ، وَمَزِيْدُ فُحْشِهَا، وَعَظِيْمُ مَا يَتَرَتَّبُ عَلَيْهَا مِنَ الْعُقُوْبَاتِ. وَإِذَا ظَهَرَ لَكَ ذَلِكَ رَجَعْتَ وَتُبْتَ إِلَى اللهِ تَعَالَى عَنْ هَذِهِ الْفَاحِشَةِ الْمُهْلِكَةِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ.

Artinya: “Renungkanlah apa yang telah kami sampaikan di dalam tiga keterangan pengingat ini mengenai: (1) Wajibnya menghormati, memuliakan dan mengagungkan Nabi Muhammad di saat menyebut kelahiran, menyebut hadits serta nama Beliau; (2) Haramnya menempatkan sesuatu yang wajib diagungkan tidak pada tempatnya, dan bahwa hal itu lebih dekat dengan pelecehan dan penghinaan; (3) Ijmak ulama mengenai hukuman mati untuk orang yang melecehkan dan menyakiti Nabi. Dengan merenungkan hal tersebut, maka akan menjadi jelas bagimu (jika kamu masih punya sedikit mata hati), bahwa perbuatan ini merupakan suatu yang sangat buruk dan tercela, serta memiliki konsekwensi yang sangat berat. Jika kau menyadari hal tersebut, maka kembalilah dan bertaubatlah kepada Allah dari keburukan yang akan membuatmu celaka di dunia dan akhirat.

Dengan pertimbangan di atas, maka Pondok Pesantren Sidogiri menegaskan pernyataan sebagai berikut:

  1. Menyesalkan dan mengecam pernyataan-pernyataan Saudara Muwafiq dalam ceramah dimaksud, yang tidak menjaga adab dan terkesan merendahkan pribadi Rasulullah.
  2. Meminta Saudara Muwafiq untuk segera menarik ucapan-ucapannya tersebut serta mentaubatinya.
  3. Menghimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kecintaan kepada Baginda Nabi, tidak melakukan pembelaan kepada siapapun yang merendahkan martabat Beliau, dengan senantiasa berpegangteguh pada ajaran Ahlusunah wal-Jamaah serta tidak fanatik buta dalam membela maupun membenci figur tertentu.
  4. Menghimbau umat Islam untuk tetap menjaga persatuan umat, kepatuhan terhadap hukum agama dan negara, serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan, dengan tanpa mengurangi ketegasan dalam menolak segala penyimpangan dan penodaan.

Pasuruan, 8 Rabius-Tsani 1441 H

Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri

KH. A. Nawawi Abd. Djalil

About Redaksi Thayyibah

Redaktur