Breaking News
Pemimpin Teladan (Foto : Annajah)

Pemimpin Teladan

Oleh: Inayatullah Hasyim

Pemimpin Teladan (Foto : Annajah)

 

Adakah gubernur seperti Said bin Amir saat ini? Ya, dia adalah gubernur wilayah Homs, Suriah, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Suatu hari, Amirul Mukminin Umar bin Khattab berkunjung ke Suriah dan mendengarkan laporan langsung warga di sana. Umar pun melakukan klarifikasi terhadap Said.

“Mereka berkata, engkau sering telat ke kantor, benarkah demikian?” tanya Umar kepada Said. “Wahai Amirul Mukminin, demi Allah, sebenarnya aku benci menceritakannya, tetapi aku akan mengatakannya demi membela diri. Aku tidak memiliki pembantu. Setiap pagi aku membuat adonan roti untuk keluargaku, kemudian memanggangnya hingga matang. Setelah semuanya selesai, aku berwudhu kemudian keluar melayani mereka.”

“Lalu, mengapa tidak melayani tamu pada malam hari?” tanya Amirul Mukminin.

“Aku telah mengorbankan waktu siangku demi melayani mereka, jadi sudah sewajarnya bila waktu malamku aku khususkan untuk bermunajat kepada Allah”.

“Mengapa selalu absen satu hari dalam sebulan?” tanya Umar.

“Wahai Amirul Mukminin, aku tidak memiliki pembantu yang mencucikan pakaianku dan aku tidak memiliki pakaian kecuali yang menempel di badanku ini. Pada satu hari dalam sebulan itu aku mencucinya, menungguinya hingga mengering dan karena itu aku tak bisa bekerja.”

“Lalu, mengapa sering mendadak pingsan?” tanya Umar.

“Wahai Amirul Mukminin, aku telah menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Khubaib al-Anshory menemui ajalnya. Ketika itu aku masih dalam keadaan musyrik. Aku menyaksikan orang-orang kafir mencincang tubuhnya seraya berkata, ‘Wahai Khubaib! Apa kau rela andai saja Muhammad menggantikan posisimu sekarang ini?’ Khubaib menjawab, ‘Demi Allah, jangankan posisiku sekarang, sedikit pun aku tak rela Muhammad tertusuk duri, sementara aku duduk di rumah bersama anak dan istriku'”.

“Setiap kali aku mengingat peristiwa itu, aku selalu dirundung penyesalan. Menyesal karena aku tidak menolongnya. Menyesal karena aku ketika itu bukan termasuk golongan orang beriman. Aku khawatir Allah tidak akan mengampuni dosaku itu. Itulah yang membuatku sering pingsan,” kata Said.

Amirul Mukminin Umar bin Khattab pun berkata, “Alhamdulillah, perkiraanku telah tepat dengan memilihnya.”

Gubernur dan jabatan publik lainnya memang memiliki implikasi yang luas bagi masyarakat sehingga Rasulallah SAW bersabda, “Ada tiga kelompok orang yang doanya tidak ditolak: pemimpin yang adil, seorang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa seorang yang dizalimi.”

Karena itulah, Rasulullah SAW tidak asal saja memberikan amanah kepada para sahabatnya, terutama terkait jabatan publik, seperti panglima perang.

Imam al-Mawardi menyebutkan, syarat pemimpin wajiblah seorang yang beriman. Lalu, dia mampu berlaku adil, memiliki kapabilitas ilmu, sehat jasmani-ruhani, dan berintegritas. Pemimpin yang paling baik adalah dia yang ikut berbagi bersama rakyatnya.

Pepatah mengatakan, “Seburuk-buruk harta adalah yang tidak diinfakkan. Seburuk-buruk teman adalah yang berlari ketika dibutuhkan. Dan seburuk-buruk pemimpin adalah yang membuat orang-orang baik menghindar ketakutan”.

Sifat lainnya dari seorang pemimpin adalah pandai memaafkan kesalahan anak buah, bukan justru melimpahkan kesalahan kepada anak buahnya.

Aisyah berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah membalas dendam terhadap kezaliman yang dilakukan terhadapnya. Hanya, bila sesuatu dari hukum Allah dilanggar, maka tidak ada satu pun yang dapat menghadang kemarahan beliau SAW”.

Nasihat dari para alim ulama dibutuhkan bagi para pemimpin agar mereka tersadar betapa kekuasaan hanyalah sementara, bukan sebaliknya, menghardik, dan memaki ulama. Ali bin Abi Thalib berkata, “Ulama yang datang ke istana megah penguasa membuat buruk muka ulama dan penguasa. Penguasa yang berkunjung ke rumah sederhana seorang ulama, membuat penguasa dan ulama sama-sama mulia”.

Sikap seperti itu hanya akan lahir dari pejabat publik yang menyadari bahwa akhir dari semua serial kehidupan manusia adalah kematian.

Wallahua’lam bis showab

About Redaksi Thayyibah

Redaktur