Breaking News

Memilih Teman Pergaulan saat Kuliah

Memilih Teman Pergaulan saat Kuliah

thayyibah.com :: Seseorang sangat butuh lingkungan dan pergaulan yang baik agar dapat senantiasa istiqamah dalam melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah Ta’ala, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan maksiat kepada-Nya. Lebih-lebih lagi ketika sedang kuliah, terutama di kota-kota besar, dengan pergaulan di zaman ini yang semakin mengkhawatirkan dan memprihatinkan kita.

Apalagi jika orang tersebut juga berusaha untuk tetap konsisten mempelajari dan mengamalkan ilmu agama ketika sedang kuliah. Sehingga di antara faktor penting yang turut berperan untuk membantu kita semangat dan konsisten dalam menuntut ilmu syar’i adalah memilih teman dan lingkungan pergaulan yang baik. Dalam pepatah Arab dikatakan,

ﺍﻟﺼَّﺎﺣِﺐُ ﺳَﺎﺣِﺐٌ

“Sahabat itu bisa mempengaruhi (menarik).” (Lihat Silsilah Ash-Shahihah, 7: 652)

Memilih tempat tinggal (kos atau kontrakan) sangatlah penting saat kuliah. Jika kita tinggal bersama dengan sahabat yang sama-sama memiliki komitmen untuk melaksanakan ajaran agama dan menuntut ilmu syar’i, maka insyaa Allah, kita pun akan mengikuti mereka. Ketika kita dalam masa-masa kurang semangat, ada sahabat yang mengingatkan. Ketika kita malas mengikuti kajian, ada sahabat yang selalu mengajak dan memotivasi.

Memilih tempat kos atau kontrakan juga membantu kita untuk melaksanakan ajaran agama dengan baik. Misalnya, bersama-sama ke masjid saat waktu shalat tiba. Atau larangan memasukkan teman perempuan yang bukan mahram, larangan merokok, pacaran, larangan memperdengarkan musik, dan sebagainya. Apalagi jika teman-teman kita tersebut sudah lebih dulu menekuni ilmu agama, maka mereka pun akan berusaha membimbing dan mengarahkan kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan perumpamaan tentang pergaulan dengan orang shalih dan pergaulan dengan orang berakhlak buruk. Dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ، وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ، كَحَامِلِ الْمِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

“Hanyalah perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk itu ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak wangi atau Engkau bisa membeli minyak wangi darinya. Dan kalaupun tidak, Engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) akan mengenai (membakar) pakaianmu. Dan kalaupun tidak, Engkau tetap mendapatkan bau asap yang tidak sedap Kamagra without prescription, buy dapoxetine online. .”  buying drugs from the uk. (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Berdasarkan perumpamaan di atas, jika kita tidak hati-hati dalam memilih sahabat, kita akan terjatuh dalam pergaulan yang merusak. Cepat atau lambat, kita akan terseret dalam pola atau gaya hidup mereka yang jauh dari agama. Oleh karena itu, segeralah meninggalkan lingkungan yang buruk, dan carilah lingkungan pengganti yang lebih baik.

Syaikh Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al-Jibrin berkata,

“Penyakit menular yang membinasakan orang-orang yang mendekatinya adalah (penyakit) maksiat. Barangsiapa yang mendekat, bergaul dan terus-menerus bermaksiat, dia akan binasa. Demikian pula ahli maksiat dan orang-orang yang menganggap baik, menghias-hiasi dan mengajak kepada maksiat, mereka adalah setan dari jenis manusia. Mereka itu lebih berbahaya dibandingkan setan dari kalangan jin. Sebagian ulama salaf berkata, ‘Jika Engkau memohon perlindungan kepada Allah dari setan jin, dia akan pergi. Adapun setan manusia, dia akan terus-menerus bersamamu hingga menjerumuskanmu ke dalam maksiat.’” (Tahdziib Tashiil Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah,  kamagra pay with paypal. hal. 148)

Kemudian beliau mengutip sebuah hadits, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu sesuai dengan agama sahabatnya. Oleh karena itu, perhatikanlah siapa yang menjadi sahabat kalian.” (HR. Abu Dawud no. 4833 dan Tirmidzi no. 2378. Dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani.)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ

“Janganlah kalian bersahabat kecuali dengan orang beriman. Dan janganlah (ikut) memakan makananmu, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (HR. Abu Dawud no. 4832, At-Tirmidzi no. 2395 dan Ahmad no. 11337, hadits hasan)

Menjadikan orang yang berakhlak buruk atau bermoral bejat, hanya akan berbuah penyesalan di hari kiamat nanti. Allah Ta’ala berfirman,

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا؛ يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا؛ لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.’ Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan [25]: 27-29)

Menyadari hal ini, saat ini banyak bermunculan wisma-wisma Islami sebagai hunian yang nyaman untuk mahasiswa. Kos-kosan bukanlah hanya sebagai tempat istirahat melepas lelah selesai kuliah. Akan tetapi, kos-kosan adalah “sekolah ke dua” yang ikut menempa agama kita. Ada program hafalan Al-Qur’an dan hadits, program bahasa Arab, program kajian keislaman, dan program bermanfaat lainnya yang dikelola oleh pemilik wisma. Selain itu, orang tua pun merasa lebih aman dan nyaman ketika anaknya tinggal di wisma seperti ini, dibandingkan jika tinggal di kos-kosan yang tanpa pengawasan.

***

@Sint-Jobskade 718 NL, 14 Syawwal 1439/ 28 Juni 2018

Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabb-nya,

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.Or.Id

About A Halia