Breaking News

Strategi Meraih Lailatul Qadar

Ilustrasi Ramadhan

thayyibah.com :: Ada banyak keistimewaan yang diperuntukkan khusus bagi umat Islam. Salah satunya ialah anugerah berupa Lailatul Qadar, Malam Seribu Bulan. Malam ini disebut-sebut memiliki banyak keutamaan dan kelebihan. Alquran diturunkan kali pertama di waktu itu.

Hasan Al Bashri pernah ditanya perihal urgensi malam ini. Menurut dia, Lailatul Qadar datang seiring Ramadhan tiba. Malam ini adalah malam tatkala segala perkara akan didudukkan secara proporsional. Kala itu pulalah, Allah akan menetapkan nasib makhluk, ajal, aktivitas, dan rezeki mereka. Oleh karena itu, anugerah Allah kepada umat Muhammad SAW ini sayang dilewatkan.

Rasulullah, dalam riwayat Ibnu Majah dari Anas bin Malik, bahkan menjadikan Lailatul Qadar sebagai barometer kesuksesan seseorang. Bila berhasil menggapai malam itu, ia sukses di bulan-bulan lainnya. Demikian juga sebaliknya. Jika terhalang, cacatlah hari-hari di luar Ramadhan.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan menyambut malam yang konon, menurut sebagian riwayat, kemungkinan besar jatuh di 10 hari terakhir Ramadhan. Lalu, apa saja aktivitas menjelang Lailatul Qadar?

Prof Dr Lathifah binti Abdullah Al Aljal’ud memaparkan topik ini dalam makalahnya berjudul “Kaifa Taktasib Lailatul Qadar”. Ada sejumlah aktivitas yang bisa dipersiapkan untuk memaksimalkan malam ini. Untuk mengantisipasi ketidakpastian kapan malam ini tiba, ia menyarankan agar mengoptimalkan ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan.

Di 10 hari tersebut, katanya, bisa di awali dengan aktif sejak waktu subuh. Ini bisa dilakukan dengan memaksimalkan ber bagai zikir seusai shalat Subuh. Misalnya, dengan zikir pagi dan petang atau alternatif bacaan lainnya. Ragam zikir ini membantu mendekatkan diri kepada-Nya sehingga bisa lebih terkondisikan.

Berbagi hidangan buka puasa dengan sesama. Aktivitas ini akan lebih meng gandakan pahala. Karena, seperti riwayat Zaid bin Khalid Al Juhni, memberi makan saat orang berbuka, mendapatkan pahala puasa yang sama dengan orang tersebut. Usahakan juga, imbuhnya, agar mengeluarkan sedekah, baik dari jenis sunah maupun wajib di sepanjang 10 hari terakhir itu.

Ia juga menyarankan agar memperbanyak intensitas shalat sunah dan meningkatkan kualitas shalat wajib lima waktu. Optimalisasi shalat tersebut dinilai paling utama, untuk memaksimalkan pencapaian Lailatul Qadar. Hal ini, katanya, akan lebih baik jika disertai dengan doa memohon ampunan, seperti “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Pemaaf dan menyukai permintaan maaf. Maka ampunilah aku.” Doa ini merupakan salah satu opsi redaksi doa yang dianjurkan dalam beberapa riwayat.

Tobat

Syekh Muhammad Abduh Yamani menambahkan deretan kiat agar sukses mem peroleh keberkahan Malam Seribu Bulan ini. Paparannya itu ia tuangkan dalam makalahnya berjudul “Lailat Al Qadar wa Ada buha”.

Hal paling utama yang ia singgung ialah pentingnya bertobat kepada Allah. Ini di buktikan dengan menyegerakan segala amal baik dan komitmen beribadah kepada-Nya serta konsisten berada di jalan yang benar. Di sisi lain, ia hendaknya terbebas dari segala tanggungan manusiawi. Misalnya, mengembalikan segala hak orang lain men cakup utang, nazar, atau hak-hak terhadap sesama lainnya. Tindakan ini akan mendorong aku mulasi kesalehan spiritual dalam dirinya.

Dengan peningkatan itu, katanya, diharap kan akan memunculkan kontrol internal di dalam diri yang bersangkutan. Pengendalian diri selama kurun waktu itu setidaknya efektif untuk tidak mengotori hari-hari tersebut dengan kejahatan lisan, seperti memaki, berbicara kotor, adu domba, hasud, dan penyakit lisan lainnya. Pun termasuk menahan diri dari berbagai bentuk dorongan syahwat dan nafsu.

Syekh Abduh tak lupa menyarankan agar memperkuat tali silaturahim, terutama kepada para kerabat dan keluarga terdekat. Mulai dari kedua orang tua, saudara, dan sanak famili lainnya. Jadi, pelaksanaan ibadah tak terbatas pada ritual-ritual shalat, membaca Alquran, atau berzikir. Sebab, bersilaturahim pun bisa membuat penyambutan Lailatul Qadar semakin ber kualitas dan bermakna. Memperkuat tali sila turahim bisa berupa saling bertandang, memberikan hadiah, membuka pintu maaf, dan berdoa untuk kebaikan mereka.

Sumber: Republika

About A Halia