Wanita Bercadar

Sifat Malu dan Keutamaannya

Sifat Malu dan Keutamaannya

thayyibah.com :: Malu adalah sifat yang terpuji dan merupakan akhlak yang mulia, sifat malu merupakan benteng dari melakukan perbuatan-perbuatan buruk, jika rasa malu telah hilang pada seseorang maka berbagai keburukan akan ia lakukan, seperti membunuh, zina, durhaka pada kedua orang tua dan lain-lain. Sebagaimana pada zaman sekarang betapa banyak manusia dengan tidak ada rasa malu melakukan kemaksiatan, seakan perbuatan tersebut bukan dosa,bahkan menjadi sebuah kebiasaan atau adat.

Saudari muslimah …berikut ini akan kami jelaskan sedikit tentang rasa malu dan keutamaannya agar kita terdorong untuk berusaha menanamkan sifat mulia tersebut, lebih-lebih kita sebagai wanita, karena jika seorang wanita telah hilang rasa malunya maka akan terjadi fitnah yang lebih besar lagi. Nas’alullaha salamah  

 

Definisi Sifat Malu

 Imam An Nawawi menjelaskan:

Ulama berkata : hakikat malu adalah perangai yang mendorong seseorang meninggalkan perbuatan jelek dan mencegah seseorang dari meninggalkan hak-hak orang lain.

Malu adalah akhlak yang utama dan merupakan perhiasan manusia.

Fudhail bin iyadh menasehatkan,

“Lima diantara tanda-tanda kecelakaan : kekerasan hati, mata yang tidak menangis, sedikit sifat malu, cinta dunia dan panjang angan-angan.”

Ibnul Qoyyim menjelaskan dalam Madarijus Salikin :

“Kuatnya sifat malu tergantung kondisi hidup hatinya. Sedikit sifat malu disebabkan oleh kematian hati dan ruh, sehingga semakin hidup hati itu maka sifat malupun semakin sempurna. Beliau juga mengatakan, Sifat malu darinya tergantung kepada pengenalannya terhadap Rabbnya.”

 

Malu ada Dua Macam

Ibnu Rajab  menjelaskan,

“Ketahuilah bahwa malu itu ada dua macam,

Pertama, malu yang menjadi karakter dan tabiat bawaan, dia tidak diusahakan.

Ini merupakan salah satu akhlak mulia yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba-Nya.

Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam bersabda,

الحياء لا يأتى الا بخير

“Sifat malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan ”.(HR. Bukhari 6117).

Malu jenis ini akan menghalangi seorang  dari melakukan perbuatan buruk dan akhlak yang rendah, serta mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang mulia.

Kedua, malu yang diperoleh dari mengenal Allah dan mengenal keagungan-Nya, kedekatan-Nya dengan para hamba-Nya dan karena keyakinan mereka tentang Maha Tahu-nya Allah, mengetahui pandangan khianat dan sesuatu yang terpendam dalam dada manusia.

Allah Ta’ala berfirman,

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Dia mngetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang di sembunyikan oleh hati” (QS. Al Mukmin:19).

Malu jenis ini bagian dari buah iman yang dimiliki seorang hamba, bahkan termasuk derajat ihsan yang paling tinggi.

Selagi seorang hamba mengetahui bahwa Allah melihat dirinya, maka hal ini akan membuatnya malu terhadap Allah, lalu mendorongnya untuk taat. Hal ini seprti seorang hamba yang bekerja di hadapan tuanya,maka dia akan giat dalam bekerja, berbeda jika dia bekerja tanpa di awasi oleh tuanya. Sedangkan Allah  maha mengawasi hamba-hambaNya.

 

Keutamaan-keutamaan Sifat Malu

  • Malu merupakan salah satu dari Sifat Allah Azza wa Jalla Yang Mulia sebagaimana yang terdapat dalam hadits shohih, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallambersabda : “sesungguhnya Rabb kalian Tabaraka wa Ta’ala Maha Malu dan Maha Dermawan, Dia malu terhadap hambaNya yang menadahkan tangan kepadaNya lalu tangan itu kembali turun hampa (tidak dikabulkan doanya). HR. Abu Dawud dinyatakan Shohih oleh Al Albani. Kita menetapkannya (Sifat Malu) sebagaimana Sifat-sifat Allah yang lain.
  • Malu merupakan sunnah para Nabi dan Rasul. Dalam Asshohihain dari Abu Sa’id Al Khudry-semoga Allah meridhainya- bahwasanya Nabi Shallallaahu’alaihi wasallam lebih tinggi sifat malunya daripada seorang gadis pingitan yang bersembunyi dalam kamarnya.
  • Malu merupakan bagian dari keimanan sebagaimana dalam asshohihain dari hadits ibnu umar -semoga Allah meridhainya- dia mengatakan “Rasulullah Shallallaahu‘Alaihi wasallam melewati seorang anshor yg sedang menasehati saudaranya tentang sifat malu sehingga seakan-akan dia berkata “malu itu membahayakanmu” maka Rasulullah Shallallaahu‘alaihi wasallam get viagra online guarantee. bersabda :

دعه  فان الحياء من الايمان

“Biarkanlah dia sesungguhnya sifat malu itu bagian dari keimanan (HR. Bukhari /24 )

  • Malu adalah suatu perangai yang menghasilkan sikap terpuji dan pengaruh yang baik, dalam sebuah hadits Nabi Shallallaahu’alaihi wasallam pernah bersabda : “Malu tidaklah membawa kecuali kebaikan “ (takhrij diatas)
  • Sifat malu mengajak kepada ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

 

Wahai saudari muslimah…malu memiliki kedudukan yang sangat agung dalam syariat Islam terutama bagi kita sebagai seorang wanita. Jika seorang wanita tidak lagi memiliki atau kurang rasa malunya maka berbagai kerusakan akan terjadi dimuka bumi ini, dia tidak malu lagi menampakan aurat, pacaran, ikhtilath dan maksiat lainnya.

Sungguh sifat malu benar-benar merupakan tameng bagi seseorang dari perbuatan buruk, maka pupuklah rasa malu tersebut agar hati selalu terjaga dan tidak terjerumus kedalam perbuatan yang mendatangkan murka Allah Azza wa Jalla.

Ibnul Qoyyim menjelaskan dalam Madarijus Salikin, “Sebagian orang arif berkata

‘Hidupkanlah rasa malu dengan berkumpul bersama orang-orang yang memiliki rasa malu. Hidupkanlah hati dengan kemuliaan dan rasa malu. Jika keduanya hilang dari hati,maka di dalamnya tidak ada kebaikan yang tersisa.’”

 

Saudari muslimah….

Wajib bagi kita untuk mempelajari sebab-sebab yang dapat menumbuhkan rasa malu agar kita menjadi wanita yang menghiasi diri dengan sifat malu baik dalam ucapan dan perbuatan. Semoga Allah memberikan Taufik-Nya dan menjadikan kita wanita yang sholihah dan semoga Allah memasukan kita kedalam surgaNya yang tinggi dan penuh dengan rahmat. Washallallahu ‘ala nabiyina muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

——- Viagra Caps no rx, purchase lioresal buy cialis online fed ex shiping. .

Sumber :

  1. Nasihati linnisa (versi terjemahan) karya Ummu Abdillah Al wadi’iyyah. Cet Pustaka

Ar Rayyan

  1. Madarijus salikin (versi terjemahan) cet. Pustaka Al Kautsar
  2. Shohih Bukhari

 

Penulis: Ummu Khadijah Astuti

Murojaah : Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel muslimah.or.id

 

 

About A Halia