Breaking News

KISAH TRAGEDI : LEPAS DARI TUAN MENEER MASUK PANGKUAN CUKONG

Rakyat Indonesia (foto : istimewa)

Tahukah anda kapan bermulanya penjajahan Belanda di Indonesia? Bukanlah bermula dari invasi militer Belanda ke tanah Nusantara, tapi bermula dari sebuah kantor dagang VOC Nederland, yang bertengger di Batavia (sekarang Museum Fatahillah), pada tahun 1619.

Perusahaan ini menguasai perdagangan rempah-rempah dan memasarkannya ke seluruh dunia. Menjalankan usaha dagang, kontrak ekonomi dengan pribumi, lalu kemudian meluas ke lobi politik, kolaborasi dengan pejabat-pejabat kerajaan Mataram, selanjutnya menjadi penentu kekuatan politik dan kekuasaan, mengangkat raja-raja boneka, sampai akhirnya Mataram bubar dan VOC menguasai teritori. Semula hanya Batavia lalu seluruh Nusantara.

Dari kekuatan ekonomi menguasai pemerintahan.

Tahukah anda, tahun 1900, hanya dengan 16 ribu orang Belanda (0.04%) mampu menguasai 35 juta pribumi alias Inlander. Tahukah anda, tahun 1930 (census of the Dutch East Indies), dengan hanya 240 ribu Belanda (0.4%), mereka menguasai 60 juta penduduk pribumi. Kasta Inlader berada diperingkat terbawah, dibawah kasta Eropah dan kasta Timur Asing (Cina). Inlander hanya sebagai petani, nelayan, buruh, kuli kebon, pelayan di rumah Meneer dan priayi Jawa, menjadi operator mesin produksi, menjadi kawula alit.

Mengapa dengan sejumput orang, hanya 0.04% Belanda mampu menguasai mayoritas? Meneer cukup menguasai Gubernur Jenderal, Residen, Controller. Selebihnya Bupati, Patih, Wedana, diangkat dari pribumi kelas priyayi, yang tak lain adalah boneka dan eksekutor kebijakan Meneer. Para priyayi ini tak lebih dari anjing lokal peliharaan Meneer yang memakan tulang-tulang pribumi, dagingnya diberikan ke Meneer ..!!

Belanda tentu saja juga menguasai hajat hidup ekonomi pribumi Inlander. Meneer bekerjasama dengan etnik Cina untuk menggerakan ekonomi di Hindia-Belanda.

Etnik Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, menjadi dokter, akuntan, guru dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Juga secara hukum, etnik Cina mendapat perlakuan tersendiri urusan pidana dan perdata, lebih tinggi dari pribumi (sebelas duabelas-lah dengan kondisi saat ini)

Di tahun 1930, etnik Cina sudah menguasai ekonomi kelas menengah, di atas pedagang kecil pribumi. Di atasnya adalah pengusaha monopoli Belanda yang menguasai industri dan perkebunan gula, rempah-rempah, teh, coklat, tembakau, kopi, karet.

Pada era kemerdekaan, pengusaha Belanda meninggalkan Indonesia. Kekosongan usaha ini diambil alih oleh pengusaha etnik Cina yang notabene sudah lebih siap. Jadilah mereka naik menjadi pengusaha besar.

Meskipun dijajah secara politik dan ekonomi, dibutuhkan ratusan tahun munculnya kesadaran para pribumi, bahwa mereka terjajah, bahwa mereka harus merebut hak-hak poliknya, bahwa mereka harus merebut hak atas kemerdekaan Indonesia.

Munculah pergerakan masa nasional bermotif kemerdekaan politik dan kekuatan ekonomi pribumi : Budi Utomo, Sarekat Dagang Islam (untuk melawan dominasi ekonomi etnik Cina), Sarekat Islam, Indische Partij (IP), PNI.

Kini Indonesia telah merdeka secara politik. Tapi sadarkah kalian wahai PRIBUMI bahwa anda belum merdeka secara politik ? apalagi secara ekonomi ? Tahukah anda, etnik Cina di Indonesia adalah 5% atau lebih 12 juta jiwa (sensus 2014). Angka ini meningkat pesat dibandingkan sensus tahun 1930 yaitu 2%, pada jaman kolonial. Tahukah anda dengan hanya 0.04% Belanda bisa menguasai 97.4% pribumi? Tahukah anda kini dengan 5% etnik Cina, tentu lebih dari cukup untuk menguasai segala-galanya! segala-galanya, tak hanya menguasai ekonomi, tapi juga politik dan pemerintahan ..!!

Bahkan Liu Yandong, Wakil Perdana Menteri Cina, Rabu 27 Mei 2015, berdiri di depan podium di Auditorium FISIP UI, Depok, dalam pidatonya Liu berani menyatakan akan mengirim 10 juta warganya ke Indonesia untuk menjadi tenaga kerja. Tidak sulit bagi etnik cina mencari kerja di Indonesia, bukankah sebagian besar lapangan kerja dikuasai mereka?

Sadarkah kalian, wahai para pribumi rakyat sebangsa ku, bahwa etnik Cina telah menguasai 80% ekonomi nasional, pemilik 75 % dari perusahaan yang terdaftar di Jakarta Stock Exchange.

Majalah Forbes Des 2015 melansir daftar orang terkaya di Indonesia, 8 dari 10 konglomerat terkaya di Indonesia dan 90% dari 50 orang terkaya di Indonesia adalah etnik Cina . Total kekayaan mereka seluruhnya mencapai US$ 92 miliar atau setara Rp 1.264 triliun (kurs US$13.759 per dolar). Setara dengan 65% APBN Indonesia ..!!. Maka oleh karenanya keuangan mereka sangat mampu untuk menguasai negara.

Sadarkah anda wahai pribumi, etnik Cina menguasai 87% lahan di Jakarta (M.S. Kaban, eks Menteri Kehutanan). Etnik Cina menguasai 74% tanah di Indonesia (real estate, property, mall, pertambangan, perkebunan sawit, HPH) (Prof. Yusril Ihza Mahendra).

Ada 29 Taipan yang menguasai 50% perkebunan sawit di Indonesia, seluas 5,1 juta ha, setara setengah pulau Jawa (Tempo, 13 februari 2015). Sadarkah kalian wahai pribumi saudara ku, bank-bank swasta besar adalah milik etnik cina. BCA, Danamon, Panin, CIMB, Commonwealth, Sinar mas, UOB Buana, OCBC NISP, dan lainnya. Pribumi menabung disana, pengusaha etnik Cina mengemplang uang rakyat pribumi yang disimpan di bank untuk usahanya, lalu pemerintah menggantinya dengan dana pajak yang diambil dari rakyat melalui instrumen BLBI.
Sadarkah kalian wahai pribumi, 80% perusahaan farmasi dan sebagian besar RS besar swasta dimiliki etnik Cina.

Sebagaimana strategi VOC, kini etnik Cina masuk mencengkram jabatan politis di pemerintahan. Sebagian besar pengusaha Cina berkolaborasi untuk mendudukan etnik Cina menjadi Gubernur dan Bupati. Mereka berhasil memenangkan pilkada dengan sokongan dana yang besar. Dengan demikian etnik Cina bisa memelihara “anjing-anjing lokal” yang melayani keinginan ekonomi dan politik majikan. Bahkan kini beberapa etnik Cina sudah berhasil menduduki posisi Bupati, Walikota, Menteri, Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), Ketua Tim Ahli Wakil Presiden dan bahkan beberapa menjadi Jenderal.

Sadarkah kalian wahai pribumi, kekuatan Cina mendorong agar tokoh mereka (Ahok) menjadi Gubernur DKI Jakarta. Skenario ‘cukong’ bertujuan agar ibu kota negara yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat ekonomi, jatuh ke tangan orang-orang Cina.

Secara faktual etnik Cina tidak hanya melakukan penjajahan ekonomi bangsa Indonesia, tapi sudah mulai menguasai pemerintahan. Kaum pribumi hanyalah menjadi “kuli dan jongos” di negerinya sendiri, menggadaikan harta dan hajat hidupnya kepada penjajah baru, majikan baru, kolonial baru, “Cukong danTaci”.

Lepas dari rumah Meneer, masuk ke pangkuan Cukong. Cina menguasai Indonesia, kolonialis baru bercokol. Bukan mustahil dalam waktu yang tidak begitu lama lagi penjajahan Era Baru Indonesia oleh China Raya akan terjadi jika bangsa ini tidak pernah mau belajar dari sejarah masa lalu.

Apakah dibutuhkan ratusan tahun pula untuk menyadarkan pribumi bahwa mereka terjajah secara ekonomi dan politik ? bahwa mereka harus berjuang merebut lagi kemerdekaan ?.

Semoga tulisan di ini menyadarkan kita semua. Jangan hanya memikirkan kesenangan pribadi jangka pendek. Sebagai intelektual pewaris Budi Utomo seharusnya tersentuh untuk memikirkan masyarakat dan anak cucu kita kelak. Saya ucapkan terima kasih kepada pak Gunan Nasution atas sumbang pemikirannya dalam menulis artikel diatas.

Nadya Valose 
(Pegiat Akal Sehat)

Artikel ini dishare oleh Islam Ibrahimov di WAG

About Redaksi Thayyibah

Redaktur