Breaking News

11 Tahun Tsunami, Warga Aceh Doa Akbar

doa akbar

thayyibah.com :: Berselang 11 tahun tragedi tsunami di ‘Serambi Mekah’, Kemarin pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan  Pariwisata Aceh menggelar peringatan ke 11 tahun bencana rakyat Indonesia itu.

Peringatan dipusatkan di Masjid Rahmatullah Lampuuk, Kecamatan Lhok Nga, Aceh Besar.

“Masjid Rahmatullah adalah salah satu bangunan yang berhasil selamat dari gelombang Tsunami. Masjid dengan desain dan arsitekturnya yang indah ini juga telah menjadi masjid yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik nusantara maupun wisatawan asing lainnya khususnya wisatawan Malaysia di kawasan wisata pantai Lampuuk,” jelas Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi MSi, dalam siaran persnya kepada LICOM, jumat (25/12/2015).

Reza menambahkan, peringatan tsunami ini mengusung tema “Memajukan Negeri Membangun Masyarakat Siaga Bencana”.  Diharapkan tidak semata mata hanya untuk berkumpul, mengenang, bernostalgia dan berakhir begitu saja.

“Ada nilai-nilai dari setiap kegiatan peringatan tsunami yang perlu kita sampaikan ke masyarakat, yakni seperti refleksi, apresiasi, mitigasi.” sebutnya, meski juga bertujuan promosi mengembangkan kemanfaatan sektor wisata Aceh.

Pusat peringatan dipilih lokasi daerah Lampuuk, menurut Reza, merupakan daerah terparah dihantam gelobang tsunami dan mengundang perhatian masyarakat internasional. Sedangkan upacra dipusatkan di Masjid Rahmatullah untuk mengingat kebesaran Allah Ta’ala tetap melindungi masjid tergolong tua di Aceh itu sebagai satu-satunya bangunan yang tidak hancur, meski tsunami meluluhlantakkan semua benda diLampuuk. Menakjubkan, masjid ini seperti “anti” bencana lantaran bangunannya tidak tersentuh gelobang tsunami.

Hal senada juga disebutkan Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh Rahmadhani MBus, selain peringatan tsunami dengan menggelar zikir bersama –doa akbar– dan tausyiah, namun dengan momen ini diharapkan masyarakat memahami empat filosofi di balik makna peringatan tsunami.

“Dengan adanya refleksi, kita terus berusaha menghindari perilaku lupa akan kejadian masa lalu yang pernah terjadi di Aceh. Peringatan tsunami juga menjadi momentum penting untuk selalu mengingat dan mengenang kembali keikhlasan, dukungan dan solidaritas yang pernah diberikan masyarakat global,” jelas Rahmadhani, melengkapi siaran pers Disbudpar Aceh.

Tidak boleh dilupakan lainnya, lajut Rahmadhani, masyarakat Aceh harus dapat bersahabat dengan bencana untuk mitigasi. “Mempelajari karakteristik bencana dan membangun kesadaran dan kewaspadaan diri menuju budaya siaga bencana menjadi keniscayaan dalam upaya mengurangi segala risiko.

Dikemas ‘indah’ sebagai program pariwisata tsunami, karena jadi media efektif dalam rangka memperlihatkan kepada masyarakat global’ “Khususnya tentang kekuatan, ketahanan dan ketabahan masyarakat Aceh selama Tsunami,” pungkasnya.

Sumber: http://www.lensaindonesia.com/

About A Halia