Breaking News
Ilustrasi. Kado

Adakah Milad di Jaman Rasullah dan Sahabat? Tahukah Kamu Darimana Kata Milad Muncul?

Ilustrasi. Kado
Ilustrasi. Kado

 

Asal Mula Ultah

(ULang TAHun)

thayyibah.com :: Met milad ukhty…., Met ultah yah…., HBD prend….., Wish u all the best….., dan lain-lain. Begitulah kiranya kaum muda dalam mengekspresikan perayaan ulang tahun temannya. Tapi, pernahkah terbesit dalam pikiran kita, sebenarnya asal usul atau sejarah adanya ulang tahun itu gimana sih? Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah merayakannya? eemmmhh…

Oke ukhti, jadi awal mulanya, dulu tuh pada masa-masa awal Nasrani generasi pertama (Ahlul Kitab / kaum khawariyyun / pengikut nabi Isa) mereka tidak merayakan upacara ulang tahun, karena mereka menganggap bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme. Namun, pada masa Herodeslah acara ulang tahun mulai dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius 14:6 ; “Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, di tengah-tengah meraka akan menyukakan hati Herodes.” (Matius14 : 6)

Dan dalam Injil Markus 6:21 disebutkan juga : “Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada HARI ULANG TAHUNNYA mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.” (Markus 6:21). Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilin pun ditiup. (Bisa dilihat dalam buku : Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)

Pertanyaannya sekarang adalah, lalu apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikuti tradisi ini, sedangkan Herodes sudah hidup pada jaman Nabi Isa ?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shalallah ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Kamu akan mengkuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga”. Para sahabat bertanya,”Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Siapa lagi jika bukan mereka?!”.

Allah Ta`ala berfirman; Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al Baqarah : 120)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran , pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra’:36)

“… dan kamu mengatakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. an-Nuur: 15)

Sehingga dalil-dalil di atas menjawab, bahwa janganlah mudah ikut-ikutan tentang suatu perkara, ikut-ikutan mengucapkan Ulang Tahun, tanpa mengetahui darimana asal-usul perayaan tersebut. Parahnya lagi jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelisihinya, bahkan para sahabat Rasululah & para Tabi’in dan Tabiut tabi’in pun tidak pernah melakukannya. Ingatlah saudariku, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang “tidak ada perintah dari kami padanya” maka amalan tersebut TERTOLAK (yaitu tidak diterima oleh Allah).” [HR. Muslim]. Rasulullah, para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in adalah orang yang paling mengerti agama islam. Mereka tidak mengucapkan dan tidak memperingati Ulang Tahun, walaupun mungkin sebagian manusia menganggapnya baik. Ada kaidah agung yang bisa dijadikan rujukan, “Lau Kaana Khairan Lasabaquuna ilaihi”, “Seandainya perbuatan itu baik, maka Rasulullah, para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in pasti mereka lebih dahulu mengamalkannya daripada kita,renungkanlah hadits berikut ini

إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى

“(Wahai Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”(HR. Bukhari no. 7050).
Didalam hadits lainnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا يَرْضَاهَا اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا

“Barangsiapa yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Tirmidzi no.2677) (put/thayyibah)

About Lurita

Online Drugstore,cialis next day shipping,Free shipping,order cialis black,Discount 10%, dutas buy online