thayyibah :: Dalam dua hari ini, media sosial dihebohkan dengan foto seorang balita tewas terdampar di salah satu pantai Turki. Balita malang itu diyakini sebagai bagian dari belasan warga Suriah yang juga tewas di laut saat dalam perjalanan ke Pulau Kos di Yunani. Kisah memilukan ini jelas memperlihatkan kepada dunia nasib tragis para migran Suriah yang menempuh segala cara untuk mencari kehidupan yang lebih baik, namun mereka justru menemui ajal sebelum sampai pantai harapan.
Foto itu memperlihatkan seorang bocah kecil memakai kaos merah dan celana pendek tergeletak di pinggir pantai dekat resor di Bodrum. Foto kedua memperlihatkan seorang polisi membawa jasad bocah itu. Media Turki mengidentifikasi bocah tersebut sebagai Aylan Kurdi (3) yang berada di kapal bersama kakaknya yang berusia 5 tahun. Dia disebut berasal dari kota Kobani yang ada di sisi utara Suriah. Kota itu dekat dengan perbatasan Turki yang menjadi lokasi pertempuran antara pemberontak ISIS dan Kurdi beberapa bulan lalu.
Seperti yang kita ketahui selama ini, bahwa sudah puluhan ribu warga Suriah melarikan diri dari perang di tanah air mereka dan sudah mencapai Pantai Aegean di Turki pada musim panas ini. Mereka kemudian naik perahu ke Turki yang merupakan gerbang menuju Eropa.
Melihat nasib balita ini dan ratusan ribu pengungsi Suriah, juga ratusan ribu pengungsi dari Yaman, Irak, Palestina, bahkan Rohingnya terlunta-lunta dalam kepanasan, kedinginan, kelaparan, kehausan dan dalam keputusasaan, apa yang ada dalam benak dan hati kita? Apa yang ada dalam benak para pangeran Arab yang hidup bergelimangan kemewahan?
Tentang balita Suriah malang ini, mengingatkan kita pada kata-kata bijak Aidh al Qorni, penulis buku laris La Tahzan itu pernah menulis : “Anakku, tak usahlah kau meminta (pertolongan) dari bangsa Persia, Turki atau Arab. Berlarilah kepada Allah, (sebab Dia-lah) sekekal-kekal tempat mengungsi. Anakku, kau tak mati tenggelam; mereka-lah (para pemimpin itu) yang (mati) tenggelam dalam (jubah) kebesarannya. Atas kebanggaan akan Arab. Mari bershalawat atas (Rasul) yang terpuji, dan yang tersayang”
Tetang kata-kata Aidh al Qorni ini juga mengingatkan kita tengtang cerita tiga laki-laki paling jahat di dunia. Laki-laki pertama sedang memperkosa seorang perempuan dengan kejamnya. Laki-laki kedua selalu sigap memberikan asupan makanan dan minuman kepada laki-laki pertama agar dia tetap memiliki tenaga agar terus meperkosa. Sedangkan laki-laki ketiga duduk dengan santai menonton kelakuan kedua laki-laki itu sambil menikmati lezatnya makanan dan minuman di meja makan, sesekali dia bercengkerama dengan laki-laki kedua.
Siapa sesungguhnya mereka? Perempuan yang diperkosa itu adalah Palestina. Laki-laki pertama adalah Israel. Laki-laki kedua adalah Amerika Serikat dan sekutu Baratnya. Sedangkan laki-laki ketiga adalah Negara-negara Arab tetangga Palestina yang kaya raya dan makmur. Nah, laki-laki ketiga ini yang dimaksud dengan kata-kata bijak Aidh al Qorni itu. (darso arief/thayyibah)