Breaking News

Setiap Ruas Tulang Punya Peluang Bersedekah

kotak-amal

Hadits Arbain Nomo 26:

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda, “Setiap ruas tulang manusia mempunyai peluang bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit, engkau berbuat adil di antara dua orang adalah sedekah, engkau membantu seseorang dalam binatang tunggangannya, lalu engkau menaikkannya ke atasnya, atau engkau mengangkatkan barangnya ke atasnya adalah sedekah, kalimah thayyibah (atau perkataan yang baik) adalah sedekah, dan setiap langkah yang engkau lakukan menuju shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan sesuatu yang menyakitkan dari jalan adalah sedekah.” (HR Bukhari dan Muslim).

 

Takhrij dan kedudukan hadits

thayyibah.com :: Hadits ini adalah hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam hadits no. 2707, 2891, 2989 dan juga diriwayatkan oleh Imam Muslim hadits no. 1009.

Hadits ini, sebagaimana hadits sebelumnya (hadits Arba’in no. 25), merupakan hadits agung yang menjelaskan tentang keluasan pengertian sedekah menurut agama Islam. Bahwasanya juga sedekah tidak hanya berarti menyumbangkan beberapa koin atau beberapa lembar uang di jalan kebaikan, akan tetapi mencakup pengertian yang sangat luas sebagaimana akan dijelaskan nanti.

Hadits ini dengan berbagai perbedaan redaksinya mengandung banyak pelajaran, di antaranya:

  1. Luasnya pengertian sedekah, baik dari sisi cakupan maupun dari sisi potensi tubuh manusia.
  2. Mensyukuri nikmat Allah swt yang sangat melimpah kepada kita dan bahkan tidak dapat kita hitung.
  3. Fadhilah atau keutamaan shalat dhuha.
  4. Semangat Rasulullah saw dalam membuka peluang kebaikan bagi umatnya dan upaya beliau untuk menghilangkan dan menutup kemungkinan munculnya sifat putus asa dan rasa tidak mampu.

 

Sedekahnya tiap ruas tulang

Luasnya cakupan pengertian sedekah dan bahwasanya sedekah ada dua macam, ada yang bersifat intransitif (manfaatnya untuk diri sendiri) dan ada yang bersifat transitif (manfaatnya juga dirasakan oleh sesamanya) telah dijelaskan dalam kajian terhadap hadits ke-25 Arba’in Nawawiyah yang lalu.

Adapun hadits Arba’in Nawawi yang ke-26 ini menjelaskan luasnya cakupan pengertian sedekah dari sisi yang lain, yaitu bahwa setiap ruas tulang manusia mempunyai peluang dan kesempatan untuk bersedekah.

Ada banyak redaksi dari sabda Rasulullah saw terkait dengan hal ini selain dari hadits yang redaksinya menjadi kajian saat ini. Di antaranya adalah:

  1. Setiap salah seorang diantara kamu memasuki pagi harinya, pada setiap ruas tulangnya ada peluang sedekah, setiap ucapan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap hamdalah (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan la ilaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan Allahu akbar) adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, semua itu cukup tergantikan dengan dua rakaat dhuha.” (HR Muslim, hadits no. 720).
  2. Manusia diciptakan memiliki tiga ratus enam puluh (360) ruas, maka siapa saja yang dzikir kepada Allah, memuji Allah (mengucapkan alhamdulillah), mengucapkan la ilaha illallah, mengucapkan subhanallah, menyingkirkan bebatuan atau duri atau tulang dari jalan kaum muslimin, atau melakukan amar ma’ruf, atau melakukan nahi munkar sejumlah tiga ratus enam puluh (360) dari ruas yang dimilikinya, maka pada sore harinya dia telah menjauhkan dirinya dari neraka.” (HR Muslim, hadits no. 1007).
  3. Pada diri manusia terdapat 360 ruas tulang, maka hendaklah ia bersedekah melalui setiap ruas ini. Mereka (para sahabat) bertanya,“Siapakah yang mampu melakukannya wahai Nabi Allah?” Rasulullah saw bersabda, “Engkau meludah di masjid dan menguruknya (di zaman itu lantai masjid masih berupa pasir), sesuatu yang ada di jalan yang engkau singkirkan, jika tidak mampu maka dua rakaat dhuha cukup sebagai gantinya.” (Hadits shahih lighairihi diriwayatkan oleh Ahmad [5/354, 359] dan Abu Daud hadits no. 5242).

 

Hadits-hadits dengan redaksi seperti ini menjelaskan banyak pelajaran terkait dengan luasnya cakupan sedekah dari sisi peluang ruas tulang manusia untuk melaksanakannya. Rasulullah saw menjelaskan bahwa peluang tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Peluang untuk bersedekah ini terbuka setiap hari.
  2. Peluang tersebut bisa mencapai tiga ratus enam puluh (360), sejumlah ruas tulang yang dimiliki oleh semua manusia.
  3. Penggunaan setiap ruas tulang ini untuk bersedekah merupakan satu bentuk syukur kepada Allah swt yang telah banyak melimpahkan kenikmatan kepada manusia, di antaranya adalah adanya ruas-ruas tulang ini.
  4. Bersedekah sebagaimana dimaksud dalam hadits ini berupa berbagai amal kebaikan yang mungkin dilakukan oleh manusia, baik kebaikan yang bersifat intransitif  maupun transitif.
  5. Dalam menjelaskan peluang-peluang bersedekah ini, Rasulullah saw memberikan contoh-contoh bersedekah yang bersifat “ringan” yang sekiranya semua manusia akan mampu melakukannya dan tidak merasa keberatan. Di antara yang disebut oleh beliau saw adalah:
    1. Yang bersifat transitif (manfaatnya dirasakan oleh sesamanya):
  • Mendamaikan dua pihak yang bertikai.
  • Berbuat adil di antara dua pihak yang bertikai.
  • Membantu orang lain menaiki kendaraannya.
  • Membantu orang lain mengangkat barangnya ke atas kendaraannya.
  • Bertutur kata baik kepada orang lain.
  • Menyingkirkan segala hal yang mengganggu yang ada jalan, baik berupa batu, duri, paku dan semacamnya.
  • Memberi penerangan dan petunjuk atau arah kepada seseorang yang tidak mengetahui jalan atau yang sedang tersesat.
  • Amar ma’ruf.
  • Nahi munkar.
  • Tidak menyakiti orang lain.
  • Tidak meludah di sembarang tempat. Kalau memang harus meludah, hendaklah ia tutup ludahnya dengan pasir atau semacamnya, dan lain-lain.
    • Mengucapkan berbagai ucapan dzikir, seperti subhanallah, alhamdulillah, la ilaha illallah, Allahu akbar, dan semacamnya.
    • Berjalan menuju masjid, di mana langkah-langkahnya yang satu menaikkan derajatnya satu tingkatan dan yang lainnya menurunkan keburukan darinya satu tingkatan, dan lain sebagainya.
    1. Yang bersifat intransitif (manfaatnya untuk diri sendiri):
  1. Jika pada setiap hari seorang manusia mampu bersedekah sejumlah ruas tulangnya, maka ia telah menjauhkan dirinya dari api neraka.

 

Adab dan budaya islami

Sikap dan prinsip bersedekah setiap hari sebanyak-banyaknya sebatas kemampuan yang dimiliki manusia ini telah menjadi adab dan budaya kaum muslimin. Hal ini masih tampak dengan sangat jelas di beberapa kampung. Namun sayangnya, adab dan budaya seperti ini sekarang ini mulai berkurang, melemah dan cenderung menghilang.

Sekadar contoh, beberapa tahun yang lalu masih sering kita dapati di depan rumah penduduk kampung, masih banyak kita dapati kendi-kendi tempat air minum. Maksudnya adalah siapa saja yang merasa haus, silakan saja minum dari kendi-kendi tersebut tanpa terlebih dahulu harus meminta izin dari penghuni rumah, sebab kendi-kendi itu memang diperuntukkan untuk tujuan demikian.

Contoh lain, di kampung-kampung, para orangtua selalu mengingatkan putra-putrinya yang membawa benda-benda tajam, semisal pisau, celurit, cangkul dan sebagainya, agar memosisikan bagian tajamnya ke arah yang tersembunyi, agar tidak menyakiti orang lain yang berjalan di depannya, di sampingnya atau di belakangnya.

Masih banyak juga orangtua yang selalu mengajarkan kepada putra putrinya agar pada saat menyerahkan sebuah pisau, misalnya, kepada orang lain yang meminjamnya, untuk menghadapkan  bagian ujungnya kepada dirinya dan dalam pegangannya, serta menyerahkan posisi gagang kepada yang meminjamnya.

Semua ini merupakan bagian praktis dan perwujudan dari salah satu makna hadits Rasulullah saw dan hal ini telah menjadi adab dan budaya kaum muslimin.

Semoga Allah swt memberikan taufik, hidayah dan kekuatan kepada kita semua untuk bisa bersedekah sesuai dengan peluang yang selalu terbuka di hadapan kita. Aamiin.

Sumber: Ummi

About A Halia