thayyibah.com :: DR. Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan, seorang anggota kehormatan dari Komite Tetap untuk Penelitian dan Fatwa Islam di Arab Saudi sejak 15 Rajab 1412 H., dan salah satu ulama paling senior di dunia.
Itulah sosok yang duduk dengan tenang menghadap ratusan penuntut ilmu yang memenuhi masjid pada sore itu. Semua mata tertuju pada beliau.
Ya, beliaulah pembicara di kajian yang mengangkat sebuah tema: Wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mutiara-mutiara hikmah teruntai dan meluncur dengan fasihnya dari lisan beliau, dan tak terasa tibalah sesi tanya jawab. Diantara puluhan pertanyaan yang diangkat, ada 1 pertanyaan yang menggelitik namun dijawab dengan jawaban yang mengundang decak kagum para jamaah.
“Bagaimana cara agar bisa menguasai ilmunya Syaikh Bin Baz (salah satu ulama terbaik abad 20 yang sudah wafat) dan ilmu engkau, Syaikh?”. Itulah bunyi pertanyaan tersebut.
Beliau menjawab:
“Adapun ilmu Syaikh bin Baz maka cara meraihnya adalah dengan belajar yang tekun. Sedangkan saya, saya tidak punya ilmu. Saya hanyalah orang miskin dalam dunia ilmu…”
Dan ada 2 pertanyaan lainnya yang beliau jawab dengan mengatakan:
“….tanyakan masalah ini kepada ulama. Saya tidak tahu…”
Subhanallah. Terlihat dengan jelas sebagian yang hadir tertegun mendengar jawaban tersebut dan sebagian yang lain menggeleng-gelengkan kepalanya. Ekspresi kekaguman mereka kepada ulama kita yang satu ini.
Ya kagum, karena beliau berani mengatakan ‘tidak tahu’, sebuah kalimat yang cukup langka terdengar dari lisan penceramah dewasa ini. Dan puncak kekaguman dari jawaban tersebut adalah saat beliau mengatakan “tanyalah ulama!” Beliau memposisikan diri seakan-akan bukan ulama. Padahal beliaulah salah satu ulama terbaik dan yang paling senior di dunia saat ini. Benar-benar pelajaran yang sangat berharga bagi kita yang sedang belajar berenang di samudera ilmu.
Semoga beliau lalu kita termasuk ke dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidaklah seseorang bersikap rendah hati karena ALLAH kecuali ALLAH akan angkat derajatnya (di dunia dan akhirat)”. HR. Muslim. (put/thayyibah)
Sumber: Ust Muhammad Nuzul Dzikri