Oleh : Joko Intarto
Skandal gelar guru besar sedang ramai. Ternyata oh ternyata banyak tokoh publik yang ketahuan bergelar ‘’professor gadungan’’. Untuk memperoleh gelar palsu itu, mereka memanfaatkan jurnal internasional abal-abal yang disebut jurnal predator.
Jurnal predator tersebut dikelola sindikat pedagang gelar yang beroperasi lintas negara, untuk menampung ‘’karya ilmiah’’ para tokoh sehingga terkesan ‘’berkualitas’’ dan melalui jalur ‘’resmi’’.
Padahal, menulis karya ilmiah di jurnal internasional bukan satu-satunya cara. Proses pengajuan gelar guru besar juga bisa ditempuh dengan cara menulis buku ajar, buku monograf atau buku referensi.
Buku ajar, buku monograf dan buku referensi pasti lebih mudah dibanding karya ilmiah untuk jurnal internasional. Masalahnya buku berpotensi dibaca publik. Kalau isinya plagiat, siap-siap saja di-bully netizen.
Beda dengan jurnal predator di luar negeri. Tidak ada masyarakat yang membacanya. Mau isinya plagiat 70%, ngawur 20% dan salah 10%, tidak ada yang meributkan.
Nah, bagi Anda yang ingin menerbitkan buku, silakan japri saya. Menerbitkan buku tidak harus dengan motif ingin menjadi guru besar. Ketimbang jadi profesor gadungan, lebih asyik kalau menerbitkan buku untuk memperoleh cuan…(jto)