Breaking News

Diferensiasi Produk

Oleh: Joko Intarto

Selesai salat subuh di mushala RS Permata Bunda, Grobogan, saya sempatkan jalan kaki di sekitar rumah sakit. Begitu keluar dari kompleks rumah sakit, pandangan saya tertarik pada x-banner kecil di seberang jalan.

Tampak seorang ibu sedang menunggui dagangannya. Saya pikir ia berjualan bubur. Ternyata nasi tim khusus bayi. Di sekitar RS itu, hanya ibu tersebut yang menjual nasi tim khusus bayi. Harganya Rp 3.000 per porsi.

Di jalan lainnya, masih di sekitar rumah sakit,  ada satu penduduk yang menyulap sebagian rumahnya menjadi kos-kosan dengan paket sewa mingguan. Harganya Rp 350.000 per minggu.

Dua orang itu, menurut saya, bisa disebut pengusaha dengan insting istimewa. Mereka menawarkan produk yang berbeda kepada segmen pasar yang sama: pengunjung rumah sakit.

“Buatlah produk yang unik. Kalau bisa tidak ada duanya. Kalau pun produknya sama, buatlah produk itu berbeda,” kata pakar marketing Hermawan Kartadjaja.

(Foto-foto : JTO)

Saya sering membaca tulisan Pak Hermawan tentang diferensiasi produk itu dalam kolom khusus yang terbit di harian Jawa Pos setiap hari Senin, tahun 1991.

Di sekitar rumah sakit itu banyak warung makan. Tapi hanya ibu itu yang menjual nasi tim khusus bayi. Ada banyak kos-kosan di situ. Tetapi hanya satu yang menyewakan mingguan.

Diferensiasi produk, kata Hermawan, memudahkan kita dalam menjual karena konsumen mendapat pilihan baru yang sama sekali berbeda dengan produk sejenis lainnya.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur