Breaking News
Rempah-rempah, obat herbal (Foto : UGM)

Sari Bambu

Oleh: Joko Intarto

Rempah-rempah, obat herbal (Foto : UGM)

Gara-gara Covid-19 banyak terjadi panic buying. Membeli sesuatu karena rasa cemas. Bukan dengan akal sehat.  Dengar-dengar ada produk yang bisa menyembuhkan Covid-19, produk itu mendadak diserbu konsumen.

Katanya susu beruang bisa membunuh virus Covid-19. Mana ada orang yang jual susu beruang. Yang ada susu sapi cap beruang. Itu pun diborong. Sampai ada video pembeli di supermarket rebutan.

Tadi sore istri saya membeli minuman. Ada enam botol kecil-kecil. Saya minum sebotol. Rasanya aneh. Pedas seperti jahe dengan aroma langu seperti bau dedaunan yang diremas-remas.

”Itu rempah-rempah dicampur sari daun bambu,” kata istri saya sembari tertawa.

Dapat informasi dari mana sari daun bambu bisa melawan Covid-19? Bukannya daun bambu itu makanan untuk panda? ”Kasihan aja sama penjualnya,” jawabnya.

Di tengah mengganasnya virus Covid-19 yang sudah bermutasi menjadi beberapa varian, masyarakat memang bingung. Akses ke fasilitas kesehatan sedang susah. Obat antivirus yang harganya melonjak hingga Rp 23 juta untuk 100 tablet pun diburu.

Kondisi itu menandakan bahwa masyarakat saat ini sedang tidak baik-baik saja. Yang sakit ingin segera sehat. Apa saja yang didengar bisa menyembuhkan langsung dibeli. Yang sehat pun demikian. Membeli untuk jaga-jaga.

Dalam situasi seperti itu, produk-produk yang memosisikan sebagai makanan dan minuman kesehatan memang laku keras. Walau pun mereka tahu, produk itu dibuat tanpa riset ilmiah. Termasuk -mungkin- minuman sari daun bambu itu.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur