Breaking News
(Foto : Davy Byanca)

Kita Hanyalah Musafir

Oleh: Davy Byanca

(Foto : Davy Byanca)

Ketika masih kecil, kebanyakan masyarakat Barat diprogram untuk tidak bahagia. Mereka diajarkan bahwa untuk bahagia harus memiliki uang, harta yang banyak, suami yang tampan atau istri yang cantik, pekerjaan yang baik, dan banyak hal lain. Diajari bahwa jika tidak memiliki hal-hal tersebut, kita tak mungkin bahagia. Ada yang berkata, “Bagaimana saya dapat bahagia jika kondisi kesehatan saya tidak baik?”

Anthony de Mello berkata, bahwa dia pernah bertemu dengan orang yang menunggu kematian karena penyakit, tetapi ia merasa bahagia. Pada kesempatan lain, de Mello pernah bertemu dengan orang yang mempunyai uang sejuta Dollar di bank dan dia merasa tidak terjamin. Sementara ada orang yang benar-benar tidak punya uang, namun dia sama sekali merasa tenang. Mengapa? Karena orang-orang itu telah diprogram secara berbeda sejak kecil.

Bagaimana dengan kehidupan kaum Muslimin? Dikisahkan bahwa suatu hari, Rasulullah saw memegang pundak Ibnu ‘Umar lalu bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” Lalu Ibnu ‘Umar berkata “Apa maksudnya wahai Rasulullah?” Nabi saw melanjutkan, “Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau berada di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore. Dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit dan waktu hidupmu sebelum engkau mati.” (HR. Bukhari)

Sayangnya, banyak orang yang bersikap seolah-olah dunia ini adalah pelabuhan akhirnya. Mereka lupa, dunia sejatinya adalah sebuah halte, tempat persinggahan untuk menuju terminal terakhir. Saat ini kita berkelana di atasnya sebagai seorang pengembara atau musafir yang sedang mengejar kebahagiaan yang sejati. Allah swt berfirman, “Tetapi kamu orang-orang kafir memilih kehidupan dunia. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS al-A’la [87]: 16-17).

Lalu kenapa masih banyak saja yang lalai, padahal sejak kecil kaum Muslimin sudah diprogram untuk mati dalam keadaan Islam. ”Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yaqub. (Ibrahim berkara): ’Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS al-Baqarah [2]: 132).

Bukankah seorang musafir tidak akan membawa koper yang penuh dengan barang-barang bawaannya di dunia ini?  Karena koper itu justru akan membebani dirinya dan cenderung membuat dirinya kelelahan dalam perjalanan, yang pada gilirannya akan membuat dirinya sakit. Sebab lain, bisa jadi, sang koper akan memangsa dirinya sendiri.

Danah Zohar dan Ian Marshall menyebut manusia yang seperti ini, rakus terhadap materi dan mereka memberi istilah sebagai ‘monster yang memangsa dirinya sendiri.’

Aku, kamu dan kita –

adalah musafir di atas bumi ini…

kerana dunia sementara, akherat selamanya

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur