Breaking News
(Foto-foto : Dokumentasi Salim A. Fillah)

ZIARAH BAABULLAH DATUSYAH

Penguasa 72 Jazirah

Oleh: Salim A. Fillah

Aku membayangkanmu di pusaramu yang bersahaja, Paduka. Kau bicara dengan suaramu yang lirih, kata-katamu yang halus.

Aku membayangkanmu pulang malam itu, empat setengah abad lalu, dari Benteng Sao Paulo ke Kedaton. Baju satin putihmu telah menjelma merah. Di pundakmu, jasad Sultan Khairun Jamil ayahandamu terpanggul dengan dada menganga. Gubernur Portugis Lopez de Mesquita telah memerintahkan agar jantung pemimpin Persekutuan Uli Lima itu dicungkil setelah perjamuan laknat yang dengan sangka baik ayahandamu hadiri tanpa pengawal.

Aku membayangkanmu dilantik menjadi Sultan, dengan pakaian yang masih berlumuran darah Khairun sang syahid. Dengan membara, kau aumkan Sumpah Soya-Soya, janji jihad habis-habisan di bawah panji Islam untuk mengusir bangsa kafir yang aniaya dari tanah airmu.

Aku membayangkan dari pemakamanmu yang teduh, kala itu 2000 armada kora-kora dan juanga-mu mengangkuti 120.000 pasukan dipimpin para panglimamu yang perkasa; Raja Jailolo Katarabumi, Kapita Kapilaya, Kapita Kalakinka, dan Kapita Rubuhongi melayari lautan menghantam setiap kedudukan Portugis di timur Nusantara. Benteng Tolucco, Santa Lucia, dan Santo Pedro segera bertekuk lutut. Benteng Sao Paulo kaukepung dengan beradab hingga seluruh bangsa Portugis pergi tanpa disakiti dengan merasa rendah diri di tahun 1575.

Aku membayangkan wajah teduhmu bercahaya melepas kapal terakhir mereka, Paduka.

Engkau Baabullah Datu Syah, penguasa 72 jazirah yang membentang dari Sulawesi Utara, Tengah, dan Tenggara di barat hingga wilayah kepala burung Irian dan kepulauan Marshall di timur. Dari kepulauan Kei-Nusa Tenggara di selatan hingga Mindanao di utara. Mendakwahi I Tunijallo Raja Gowa, membangun persekutuan dengan kesultanan-kesultanan Muslim untuk menjaga Nusantara dari Imperialisme Barat. Benteng jihad yang kaurintis bertahan hingga lebih dari 100 tahun kemudian.

(Foto-foto : Dokumentasi Salim A. Fillah)

Aku membayangkanmu, Paduka, sambil berdoa untukmu dan untuk negeriku, untuk anak-anakku yang kelak mewarisi kegagahanmu. Jayalah negeri ini di gunung dan samudera, seperti dulu engkau kibarkan panjiNya dengan cinta!

About Redaksi Thayyibah

Redaktur