Breaking News
(Foto : Suara)

Negara Menanggung Keluarga Pahlawan  Nanggala

(CATATAN BUAT YUSUF MANSUR)

Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior)

(Foto : Suara)

Awal pekan ini, Yusuf Mansur mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya berniat memberi beasiswa kepada putra-putri dari 53 Pahlawan KRI Nanggala 402.  Kapal selam milik TNI tersebut tenggelam di di perairan utara Bali pada Rabu (21/4) dinihari. Seluruh awaknya yang berjumlah 53 personil dinyatakan tewas.

Kamis (29/4) kemarin, Presiden Jokowi datang ke Surabaya dan menemui para keluarga personil Nanggala 402 tersebut. Kepada pihak keluarga,Presiden Jokowi memberi jaminan, bahwa anak-anak para pahlawan tersebut akan mendapat jaminan melanjutkan pendidikannya sampai ke perguruan tinggi. Mereka boleh menentukan akan sekolah atau kuliah dimana. Semuanya ditanggung oleh negara. Tidak hanya itu, mereka juga mendapatkan santunan berupa rumah. Mereka bisa memilih sendiri lokasinya.

Pernyataan Presiden Jokowi tersebut seakan menjawab keinginan Yusuf Mansur. Menteri Sosial, Tri Risma Maharini, juga memberikan santunan. Bahkan, Risma memberikan jaminan, jika anak-anak para pahlawan tersebut ada yang sudah lulus kuliahnya, akan ditampung dan dipekerjakan di lingkungan Kementrian Sosial. Para isteri pahlawan, jika ingin bekerja, Kementrian Sosial juga membantu untuk memfasilitasinya. Begitu besar perhatian pemerintah kepada keluarga pahlawan Nanggala 402.

Dengan demikian, maka pupuslah rencana Yusuf Mansur yang akan memberikan beasiswa kepada putra-putri pahlawan Nanggala 402 untuk menempuh pendidikannya di Daarul Qur’an, pesantren miliknya. Rupanya, Yusuf Mansur tidak faham, bahwa sudah lazim jika keluarga pahlawan Nanggala 402 akan ditanggung oleh negara. Dengan rencana memberikan beasiswa, Yusuf Mansur akan mengambil-alih peran negara.  Meskipun demikian, masih terbuka lebar bagi masyarakat yang ikut memberikan berbagai bantuan kepada keluarga pahlawan.

Tetapi persoalannya, Yusuf Mansur “memberikan” beasiswa dengan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menanggungnya. Coba simak kalimat bersayap yang ia tulis dalam  fb-nya, “Kebaikan ini harus jadi kebaikan bersama sehingga jadi sebuah kekuatan sosial yang bergerak dan menggerakkan.” Salah satu tafsirnya, akan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menanggung biayanya. Itulah yang membuat jagad media sosial hiruk-pikuk, berbagai tanggaan dengan nada sinis bermunculan.

Jika Yusuf Mansur hendak membantu keluarga para pahlawan Nanggala 402, tentu pintu terbuka lebar. Tetapi dia harus faham, ada kewajiban negara dengan memberikan biaya pendidikan dan perumahan, ada porsi dari masyarakat yang juga berpeluang memberikan bantuan. Sederhananya, jika Yusuf Mansur hendak ikut meringankan beban keluarga pahlawan, dia bisa memberikan santunan diluar beasiswa dan dan perumahan. Dan itu sebaiknya berasal dari kantong sendiri, bukan meminta masyarakat untuk menanggungnya. Selama ini Yusuf Mansur selalu mengaku sebagai pengusaha, maka seharusnya dia tampil sebagai pengusaha yang menyantuni anak-anak dan keluarga pahlawan Nanggala 402, bukan jadi broker sedekah.

Sinisme para netizen di media sosial, bukan tanpa sebab. Masalahnya, selama ini Yusuf Mansur dikenal sebagai orang yang meminta sedekah dan gemar mengajak orang untuk berinvestasi di lini bisnis yang dia geluti. Tetapi, semua investasi yang dia endorse selalu bermasalah. Lalu, setelah bermasalah, uang investor tidak bisa diambil dengann berbagai alasan. Jika pun bisa diambil, prosesnya bisa bertahun-tahun, berliku, dan melelahkan. Sejak tahun 2010 sudah bermasalah dengan investasi batu bara, lalu dilanjutkan dengan Patungan Usaha dan Patungan Aset, Condotel Moya Vidi, Tabung Tanah, Paytren, dan sebagainya.

Jika hendak bersosial, itu sah-sah saja. Tetapi tolong masalah-masalah investasi yang belum selesai, diberesi dulu. Sebab, seratus “kebaikan” yang hendak ia lakukan akan selalu disoal manakala kasus-kasus yang ada tidak ia selesaikan sebagaimana seharusnya. Termasuk rencana memberikan beasiswa ini. Begitu ia muncul dengan beasiswa, selalu ada yang menagih-nagih investasi yang bermasalah. Wallahu A’lam.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur