Oleh: Satria Hadi Lubis
Sering memakan uang haram bisa membuat pelakunya yakin yang benar adalah salah dan yang salah adalah benar. Uang haram adalah uang yang didapat dari menerima suap, korupsi, riba, penyelewengan, penipuan dan semacamnya.
Semakin sering dan lama seseorang makan uang haram, maka semakin kehilangan orientasinya mana yang benar dan salah. Hebatnya, ia masih tetap yakin berada di jalan yang benar. Bahkan berani membela diri.
Itulah sebabnya tidak ada satu pun koruptor yang ditangkap KPK mengakui perbuatannya dan merasa bersalah. Mereka malah membela diri, “Saya dijebak”, “Saya korban politik”, “Saya dizalimi”, dan kata-kata semacamnya.
Maling saja masih ada yang ngaku bersalah, tapi koruptor tidak. Sebab uang haram membuat setan mampu membuat pelakunya pandai berdalih. “Saya kan mengambil sedikit, yang lain lebih banyak”, “Saya hanya disuruh atasan”, Ini darurat, nanti saya akan taubat” (nyatanya keterusan dan ketagihan). Dalam bahasa psikologi, pintar membuat alasan untuk membenarkan perbuatan yang salah disebut dengan rasionalisasi. Sampai akhirnya pelakunya merasa nyaman dalam kesalahan.
Itulah sebabnya kita disuruh bertaqwa. Karena taqwa memunculkan furqon (kemampuan membedakan yang benar dan salah). Sebaliknya, semakin banyak maksiat (termasuk makan uang haram) maka semakin hilang daya furqon-nya. “Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya dia akan memberikan kepadamu furqon.” (Qs. Al Anfal ayat 29).
Bahaya uang haram juga akan terasa pada sifat anak dan istri (suami) yang turut memakan uang haram tersebut. Mereka jadi susah dididik, nakal, ngeyel dan sulit taubat. Rumah seperti neraka, sebelum mendapatkan neraka sebenarnya di akhirat kelak. “Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak baginya.” (HR. Thabrani).
Pelaku uang haram juga akan mengalami fenomena istidroj (lupa diri dalam kesenangan lalu diazab berulang-ulang). Kelihatannya sukses dan bergelimang harta, tapi sebenarnya musibah datang silih berganti. Entah anaknya kena narkoba, anaknya married by accident, pasangannya selingkuh, keluarganya ada yang sakit kronis, kecelakaan lalu cacat seumur hidup, dan lain-lain.
“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.” (Qs. Al-An’am, Ayat 44).
Istidroj adalah hukum kehidupan (hukum Allah) yang wajar. Barang siapa yang zalim pasti akan mendapat balasan. Para koruptor yang belum tertangkap KPK sudah dibalas dengan hidup yang tidak tenang, banyak masalah, penyakitan, dan keluarganya berantakan. Silakan cek disekeliling Anda!
“Orang-orang yang memakan riba (uang haram) tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila…” (Qs. Al-Baqarah, Ayat 275).
Tidak ada jalan lain bagi pemakan uang haram kecuali taubat, sebelum terlambat dan menyesal. Taubatnya koruptor bukan hanya kepada Allah, tapi juga harus mengembalikan uang haram tersebut kepada orang-orang yang dizalimi atau kepada negara.