Breaking News
Pak Was'un (baju putih) dan saya.

Belajar dari Pak Was’un

Oleh: Setiardi Reborn

Pak Was’un (baju putih) dan saya.

Malam ini saya terkesima dengan Pak Was’un Aman, 58 tahun. Pedagang kue putu di depan Sate Maringgi, Jalan Surapati Bandung ini membetot perhatian saya. Ceritanya, setelah memarkir mobil kuning itu, dan menuju Sate Maringgi, saya mendengar Pak Was’un melantunkan hafalan Quran. Dia hafal sebagian besar. “Supaya tak putus melafalkan ayat Allah,” ujarnya.

Pak Was’un bukan sembarang pedagang kue putu. Dia sembilan tahun di Pesantren Kempek, Cirebon. Diasuh langsung Kiai Aqil Siradj, ayah kandung Kiai Said Aqil Siradj yang menjadi Ketua PB Nahdlatul Ulama. Pak Was’un mulai di pesantren tahun 1979. “Saya juga mengajar Alfiyah dan Jurumiyah ke santri,” ujarnya.

Selain berdagang kue putu, kini Pak Was’un juga mengajar kitab kuning ke berbagai kalangan. Ada mahasiswa, juga ada dosen ITB yang berguru padanya. Tapi Pak Was’un tiap malam tetap berjualan kue putu. Kami juga berbincang tentang kue putu. “Putu itu singkatan dari Penghasil Uang Tenaga Uap,” ujarnya, sambil tertawa.

Bandung, 25 Januari 2021

About Redaksi Thayyibah

Redaktur