Oleh: Abdillah Toha
Andai Nabi datang menjengukmu
Di hari maulid yang penuh berkah dan restu
Akankah kau lampiaskan rasa rindumu
Menyambut cahaya benderang ke pangkuanmu
Mencium tangannya yang lembut bersahaja
Menempelkan hidungmu yang berdebu dosa
Atau kau peluk tubuhnya yang semerbak wangi
Dengan jasadmu yang berkeringat maksiat
Sampai hatikah kau katakan ‘aku umatmu’
Meski kau hanya sebuah mesin pelaksana fardhu
Tanpa hati tanpa hayati makna iman
Tanpa akhlak tanpa amal, apalagi ihsan
Tegakah kau katakan nasabmu sampai kepadanya
Hanya untuk berbangga dan menyandang gelar mulianya
Bukan memikul tanggung jawab penerusnya
Atau meneladani setiap langkah sunnahnya
Akankah kau keluhkan kepada Almusthafa
Setelah seribu empat ratus tahun tanpa kehadirannya
Islam dan muslim tak selalu sama
Dalam makna, perilaku maupun pikirannya
Maukah kau kabarkan kekacauan di dunia Islam
Ketika sesama muslim saling menghantam
Akibat serakah, gengsi dan haus kekuasaan
Termakan fitnah, adu domba, korban kebodohan
Kau puja dan puji dalam maulid dan shalawat
Kau baca riwayatnya dalam nada yang syahdu
Ketika sekarang dia ada dihadapanmu
Berita gembira apa yang akan datang darimu
Beranikah kau menatap wajahnya yang suci
Dengan jujur terbuka dan percaya diri
Melapor kondisi muslim saat ini
Yang telah jauh bergeser dari yang mesti
Andai Nabi datang menjengukmu
Akankah kau lampiaskan rasa rindumu
Atau kau akan lari terbirit birit menghindarinya
Karena malu dan tak sampai hati membuatnya kecewa
(Dari buku “Buat Apa Beragama?”)