Rusaknya hati merupakan musibah terbesar bagi orang yang beriman. Sebab, rusaknya hati akan merusak semua kebaikan yang telah kita lakukan. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging. Apabila dia baik maka jasad tersebut akan menjadi baik, dan sebaliknya apabila dia buruk maka jasad tersebut akan menjadi buruk. Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah kalbu, yaitu hati” (HR Bukhori). Oleh karena itu, wajib bagi kita menjaga hati agar tetap baik dan berupaya mengobatinya bila rusak. “Obatilah hatimu karena kebutuhan Allah kepada hamba-Nya terletak pada baiknya hati” (Hilyah Auliya 2/157, lihat Ma’alim fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal 70).
Salah satu cara agar hati kita tidak rusak adalah dengan mencari tahu perkara-perkara yang bisa merusak hati. Karena, bagaimana kita bisa menghindari hal-hal yang merusak hati jika kita tidak mengetahui perkara-perkara yang bisa merusaknya? Dalam kitab Nashaihul ‘Ibad karya Ibnu Hajar Al Asqolani disebutkan bahwa Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Rusaknya hati itu disebabkan oleh enam hal; sengaja berbuat dosa dengan harapan kelak tobatnya diterima, mempunyai ilmu, tapi tidak mengamalkannya, beramal tapi tidak ikhlas, memakan rezeki dari Allah SWT, tapi tidak bersyukur, tidak ridha dengan pemberian Allah SWT, dan menguburkan jenazah, tapi tidak mengambil pelajaran darinya.”
Semua perbuatan itu menjadi perusak hati karena orang yang berbuat dosa dengan harapan tobat yang akan dilakukannya kelak akan diterima oleh Allah akan menjadikan hatinya semakin hitam karena ia hanyut dalam kubangan dosa. “Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertobat; niscaya noda itu akan dihapus. Namun, jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS al-Muthaffifin: 4) (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Begitu pula dengan orang yang memiliki ilmu, tetapi meninggalkan amal akan menjadikan hatinya diliputi dengan kesombongan. Rasulullah SAW bersabda: “Bahaya mengerti adalah sombong.” Adapun beramal, tapi tidak ikhlas bisa menjadi perusak hati karena ketidakikhlasan akan menyebabkan dirinya dirasuki kemusyrikan baik khofi maupun jali.
Begitu pula dengan memakan rezeki Allah, tapi tidak besyukur, ia akan menjadikan hati kita ingkar nikmat. Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS 14: 7). Sementara, tidak ridha dengan pembagian Allah akan merusak hati karena perbuatan tersebut akan menjadikan dirinya buruk sangka kepada Allah SWT. Dan ketidakmampuan mengambil pelajaran dari kematian seseorang akan menjadikan hatinya keras membatu.
Semoga kita semua diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk bisa menjaga hati kita dari sesuatu yang bisa merusaknya dan Allah SWT menetapkan hati kita ada dalam agamanya. “Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu” (HR Tirmidzi). Amin. Wallahu a’lam.
Sumber: republika