KEMARAU DI KOLAM CEBONG

Wartawan Jadi Sasaran Kemarahan

Oleh : Balya Nur

Sewaktu Gubernur Anies mengunjungi korban banjir, diantara kerumunan, seorang warga berteriak, “Pak, lapar…” Staff Anies bilang, “Iya, makanan sedang dikirim.“ Teriakannya cuma sekali. Itu pun nggak keras-keras amat. Tertutup oleh kesibukan masing-masing.

Tapi wartawan Kompas TV menjadikan judul berita, “Saat mengunjungi korban banjir, Anies diteriaki warga“. Membaca judulnya terkesan separuh warga korban banjir meneriaki Anies. Walaupun setelah melihat videonya ternyata tidak demikian. Anies disambut baik oleh warga korban banjir.

Itulah jahatnya framing. Benar ada fakta bahwa ada seorang warga berteriak, tapi itu tidak sama sekali mewakili situasi dan kondisi saat itu. Aniesers cuma kesal saja. Cuma menganggap Kompas TV adalah media kolam. Cuma itu.

Minggu kemarin, Anies bersama warga kerja bakti membersihkan sisa-sisa banjir. Warga mengapresiasi dengan mengatakan, “Anies goodbener rasa presiden.”   Wartawan menulis apa adanya. Faktanya memang ada warga yang teriak, “ goodbener rasa presiden! “ Dijadikan judul berita oleh media online diantaranya Kompas, Detik, Kumparan, Liputan 6. Judul berita itu bikin kandang Bacin gaduh, kolam Cebong bergolak. Mereka menuduh Anies menggelontorkan uang APBD ratusan juta perak buat membayar media-media itu agar memuat tulisan yang sudah disiapkan oleh Humas Pemda DKI. Seolah tidak ada teriakan warga yang mengelu-elukan Anies. Atau jangan-jangan mereka juga menganggap teriakan itu cuma sandiwara.

Bagi Cebong yang rebutan IQ 200 dibagi sekolam kebagian IQ banyakan dikit pasti nggak percaya dengan tuduhan itu. Yunarto Wijaya, tukang survei “pesanan” rela menurunkan marwah keilmuannya dengan ikutan barisan yang menuduh Anies menghamburkan uang ratusan juta buat membeli media online demi pencitraan. Padahal yakin deh, mereka juga tahu kalau tuduhan tak berdasar itu memang hoax yang sengaja dibuat-buat menipu warganet kampung kolam yang kebagian IQ sedikit atau bahkan nggak kebagian. Lha iyalah, jatah 200 sekolam dibagi buat ribuan!

Tuduhan itu cuma buat gertakan pada media online. Pesannya, media jangan sekali-kali memuat kebaikan Anies! Kalau ada warga yang mengelu-elukan Anies, “ Goodbener rasa presiden! “ para wartawan harus pura-pura budeg, kalau perlu pura-pura bolot, beda yang diucapkan, beda yang didengar. Kalau perlu tulis yang terdengar adalah, “ Jokowi 3 periode! “

Dasar tuduhan itu cuma karena judul beritanya sama, isi berita hampir sama. Ya, karena peristiwanya memang sama. Bisa juga karena satu media copas berita media lain. Bukan Cuma 4 media online itu saja yang memuat beritanya.

Jawapos copas dari Kompas. Karena ikut kena serang, mentalnya runtuh. Wartawannya minta maaf dan menghapus beritanya. CNN juga memuat berita itu. Mentalnya juga belum cukup kuat. Dia tahu kalau menulis, “Warga Jerit Gubernur Rasa Presiden” pasti bakal kebagian serangan tujuh hari tujuh malam. Maka dia memilih judul, “Relawan 212 Jerit Gubernur Rasa Presiden.“ Selamatlah dia.

Wartawan Kompas yang dituduh dibayar Anies mengancam akan memperkarakan fitnah mereka. Mereka nggak peduli. Wartawan itu diguyur cacian! Pokoknya gara-gara Anies mereka seperti kerasukan setan apa gitu…

Kasihan juga sih melihat kepanikan mereka. Tapi mereka memang bikin susah diri sendiri. Anies ngomong, mereka berburu obat sakit kepala. Anies kerja bener, mereka kelojotan. Anies dipuji, darah tinggi mereka kumat.

Padahal belum tentu juga kampung tetangga mereka akan mengusung Anies pada pilpres 2024. Masih terlalu dini. Masih banyak kemungkinan yang tidak terduga. Tapi karena wacana Anies for Presiden mereka tanggapi dengan rasa panik, maka setelah Prabowo masuk istana, Anies jadi simbol oposisi buat melawan para Bacin para Cebong yang bikin gemes karena kebal hukum. Ditambah lagi, mereka sampai saat ini belum punya jago yang bisa dielus-elus.

Boleh dibilang, setelah Jokowi mentok di periode kedua, mereka nggak punya stok lagi. Maka nggak heran kalau ada wacana 3 periode walaupun mereka yakin hal itu mustahil. Maka seluruh energi mereka tumpahkan untuk menjegal Anies dengan segala cara, termasuk fitnah Anies membeli media dengan uang APBD! Bukan Anies saja yang mereka fitnah, tapi juga media.

Karena kedunguan, mereka nggak peduli. Tempo sampai sekarang jadi musuh mereka. Sekarang meraka tambah lagi dengan Kompas, Detik, Kumparan, Liputan 6. Padahal Kompas dan detik selama ini berpihak pada mereka. Dan Kumparan adalah milik menteri pariwisata. Mereka nggak peduli! Kalau perlu seluruh media jadi musuh mereka. Mereka nggak peduli! Lebih mirip gila sih daripada panik. Mereka nggak peduli!

Jadi kalau oposisi mau melawan mereka, gampang banget. Bagi oposan yang setuju atau tidak setuju Anies for Presiden, teriakan saja goodbener rasa presiden! Berulang-ulang. Pasti mereka kelojotan. Kandang Bacin terasa terbakar, kolam Cebong terasa kemarau. Tapi sebelumnya siapkan dulu RSJ. Cukup untuk menampung mereka atau tidak? Kalau tidak, ya santai saja. Cukup menonton mereka kelojotan setiap membaca berita tentang Anies. Sambil ngemil kuaci juga boleh.

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur