Oleh : Nasrudin Joha
Sekali lagi, ketika Nasrudin Joha (Nasjo) mengkritik tokoh Anda tidak usah berang dan menyalahkan Nasjo. Tapi, Anda perlu koreksi sebab kritik itu muncul. Nasjo tak pernah mengkritik tanpa sebab, Nasjo hanya mengepulkan asap sementara apinya itu berasal dari pihak yang dikritik.
Seperti artikel yang Anda baca ini, ditulis untuk mengkritik Yusuf Mansur. Jadi, siapapun Anda pecinta Paytren, atau yang maniak baca buku ‘The Miracle Of Giving’, jangan uring-uringan sama Nasjo. Tapi coba teliti apa sebab pisau sosmed Nasjo, menguliti Yusuf Mansur.
Belum lama ini, Yusuf Mansur melalui akun resmi Instagamnya berkomentar terkait kondisi muslim Uighur di Xinjiang. Yusuf Mansur seperti menggambarkan kondisi Xinjiang baik-baik saja, bahkan dia menyebut ada pesantren besar dengan ribuan santri.
“Saya banyak dapat cerita indah tentang Xinjiang. Termasuk sahabat saya, DR. Abu Bakar. Yang punya pesantren di Xinjiang, dengan 1200 santri. Mukim loh. Saya pernah ditunjukkan berbagai video sekolah/madrasah/pesantren DR. Abu Bakar. Ya Xing Education namanya. Ya Xing itu Yaasiin,” kata Yusuf Mansur di akun IG-nya, Rabu (18/12/2019).
Kontan saja, statement ngawur Yusuf Mansur ini dibantah oleh Azam. Azam Izzudin Haq mempertanyakan Pesantren Ya Xing Education di Xinjiang yang diklaim memiliki 1500 santri. Dia meminta Yusuf Mansur tunjukkan di kota mananya saja, akan di datangi. Menurut azam, Di Xinjiang, Yaxing itu nama hotel, mall, supermarket. Demikian kata Azzam di akun twitternya, Rabu (18/12/2019).
Sikap Yusuf Mansur yang tak melakukan kroscek pada informasi seputar muslim Uighur ini bisa dipahami. Karena posisi Yusuf Mansur itu sedang mereduksi opini yang menyudutkan China juga rezim Jokowi.
Kenapa dalam isu muslim Uighur ini rezim Jokowi ikut tersudut? Jelas, karena Jokowi mengambil sikap bungkam. Jokowi, tak berani mengkritik apalagi mengusir dubes China, karena Jokowi banyak utang kepada China.
Sikap Yusuf Mansur adalah sama dengan delegasi ormas yang berkunjung ke Xinjiang, 10 bulan yang lalu. Mereka ini ingin mereduksi kekejaman rezim teroris China dengan mengatakan di Xinjiang tidak ada masalah, semua baik-baik saja. Mereka melegitimasi kebiadaban rezim China.
Kasihan sekali nasib Yusuf Mansur ini, kaki dan tangannya telah terbelenggu kasus. Dia, tak mungkin mengucapkan kata kecuali susunan huruf dan kalimatnya telah dipersiapkan.
Pada kasus muslim Uighur, sebenarnya Yusuf Mansur diam saja umat sudah mempertanyakan. Kenapa diam terhadap kezaliman China terhadap saudara muslim Uighur di Xinjiang ?
Namun, umat semakin jengah karena Yusuf Mansur tak hanya diam tetapi juga bersuara. Bukan bersuara mengutuk rezim komunis China, bukan mengunggah doa untuk keselamatan saudar muslim Uighur, tetapi Yusuf Mansur justru membela rezim China dengan mengumbar narasi ‘Xinjiang baik-baik saja’, Astaghfirullah.
Yusuf Mansur benar-benar telah berenang, diantara kubangan darah muslim Uighur yang menjadi korban kebengisan rezim teroris komunis China. Di akherat kelak, setiap kata dan perbuatan pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.