Breaking News
Macan. Tapi hanya Macan Sirkus (Foto : PNG Download)

Macan

Oleh: Akhlis Suryapati

 

Macan. Tapi hanya Macan Sirkus (Foto : PNG Download)

 

Walau tidak duduk di singgasana, julukan Raja Rimba melekat pada Macan. Sudah peyot sekali pun, taring dan gigi pada rontok, predikat Raja Rimba tak ikut copot. Paling-paling diomongin sebagai Macan Ompong. Bahkan saat Macan mendengkur pulas, penghuni Rimba Raya tetap segan, wanti-wanti: “Awas, jangan membangunkan Macan tidur.”

Tapi Macan –dalam cerita ini – yang indeks ekspektasinya sejajar dengan Harimau dan Singa – sekarang bereskperimen menjadi Macan Sirkus. Berakting dan bergaya di bawah aba-aba sutradara: “Silent, please…” … “Sound?” … “Standby.” … “Camera?”… “Rolling!” … “Action!!!”. Sampai sutradara teriak: “Cut!” Kalau akting dan gaya good; entah antagonis maupun protagonis, atau mbadut sekalipun, – maka satu shoot pun ‘bungkus’, disiapkan shoot berikutnya, jadi scene, baru diedit untuk bisa jadi alur cerita.

Macan, Harimau, dan Singa, tergolong dalam rumpun filum chordata, subfilum vertebrata, kelas mamalia, pemakan daging (karnivora), keluarga felidae (kucing), genus panthera, masuk spesies tigris. Memiliki banyak misteri; hal-hal tersembunyi yang tidak gampang dan langsung bisa ditafsirkan. Ada yang memperlakukannya sebagai makhluk setengah gaib. Beberapa penghuni Rimba Raya menyikapi hati-hati. Karena Macan dikenal ahli siasat dan strategi. Tampilannya yang loreng coklat ke hitam, memberi kesan sebagai tukang tempur. Kalau sudah berburu mangsa, jarang ada yang lolos dari terkamannya.

Kalau ujungnya jadi Macan Sirkus, ya, outputnya hiburan. Maka gegap gempita perjuangan, yang kemarin-kemarin seakan hendak mengubah nasib penghuni Rimba Raya yang mblangsak, jadinya terasa antiklimaks. Keringat, luka-luka, airmata, darah, kematian – yang nggegirisi itu — jadi seperti tumbal percuma; tertanam sebagai benih kekecewaan, keputusasaan, dendam, rasa terkhianati. Apalagi Macan pesta-pestanya dengan sesama hewan sirkus; seperti gajah, banteng, monyet-monyet,

Nah, para pemburu sedang reload; isi ulang peluru. Kancil kehilangan kecerdasannya. Keledai terperosok dari lobang ke lobang. Kelinci dan marmut merumput tanpa harapan. Tikus-tikus makin terus rakus menggerogoti perut bumi, gunung, dan lautan.

Rajawali yang sempat gagah mengitari Rimba Raya, lunglai terjerembab di pengasingan. Sekumpulan merpatih putih kehilangan tiang bertengger. Para reptil dan melata berkeliaran tanpa penuntun menyelusuri semak-semak untuk jadi petarangan baru. Biawak, kadal, trenggiling, bersarang memenuhi gorong-gorong.

Sedangan hewan-hewan seperti elang, bangau, merak, cendrawasih, kakatua, kutilang, dan sejenisnya, yang terlanjur disangkarkan, hanya bisa pasrah; membayangkan matahari terbit, matahari beredar, matahari tenggelam; di saat alam dalam perubahan cuaca ekstrem, membenamkan matahari tanpa harus menunggu malam; namanya gerhana! Itulah saat matahari terhalang rembulan, rembulan tertutup awan, berubah mendung, tersapu angin, mencipta ombak, banjir, longsor, gempa, sampai suatu saat datang tsunami!

Di panggung kekuasaan, Macan Sirkus menari-nari; di atas punggungnya Kodok Bangkong berteyot teblung. Negeri Rimba Raya dalam anomali. Panas dengan dingin tidak beda, kemarau dan penghujan tak berbatas, air dengan minyak bisa menyatu. Dedaunan jadi abu-abu, batang pohon meranggas. Merah cakrawala menghitam, bintang-gemintang menjelma percikan api meteor. Campur aduk antara hiruk pikuk, sorak-sorai, riuh rendah; hewan-hewan berekstasi, mabok, sampai tak mengenali diri sendiri. Berlangsunglah orkestra sumbang; kambing mengeong, kucing mengembik. Ayam berkicau, burung-burung berkokok. Kuda melenguh, kerbau meringkik. Babi mendesis, ular menguik. Tikus mengerik, jangkerik mencicit.

Ketika pertunjukan sirkus jeda untuk dilanjutkan esok hari, yang terdengar adalah adalah auman anjing dan serigala, meredam jerit tangis kawanan luwak yang kelaparan, serta gerakan para musang yang mengkais sisa-sisa pesta. Macan cukup ‘ngeang-ngeong’, di sebelah kucing kebelet kawin dan kambing yang congek.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur