Breaking News

Suami Tidak Shalat, Ini 3 Hal yang Harus Istri Lakukan!

Suami Tidak Shalat, Ini 3 Hal yang Harus Istri Lakukan!

thayyibah.com :: Amal yang akan dihisab pertama kali dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika baik shalatnya, baik pula seluruh amalnya. Jika buruk shalatnya, buruk pula seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi)Tentu amat memprihatinkan jika memiliki pasangan hidup yang malas shalat, jarang shalat, atau bahkan tak mau shalat. Apabila istri yang demikian, sudah pasti suami lah yang bertanggungjawab untuk memimpin istri agar mau melaksanakan shalat. Akan tetapi bagaimana jika suami yang tidak mau shalat?Berikut ini beberapa hal yang dianjurkan untuk dilakukan oleh istri tanpa rasa lelah dan jemu, karena bagaimana pun, batas antara seorang muslim dengan kekafiran adalah mengerjakan shalat.

Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan sholat.” (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu‘anhuma)

3 hal yang harus istri lakukan jika suami tidak shalat:

1. Menasehatinya secara langsung ataupun tidak langsung
Agama itu nasihat, ”kami (para sahabat) menjawab,”bagi siapa, ya Rasul?”, maka Beliau saw bersabda,”Bagi Allah, Rasul-Nya, pemimpin umat Islam dan setiap orang Islam” (HRMuslim).

Suami adalah pemimpin, mungkin akan gengsi jika dinasehati terang-terangan oleh istri. Oleh karena itu istri perlu pintar-pintar ‘merayu’ agar suami mau shalat.

“Mas, shalat doong bareng aku!”

Untuk pengantin baru, bisa dengan mengatakan, “Aku dari dulu pengen banget shalat jamaah sama suami tiap hari!”

Atau, bisa juga dengan menunjukkan buku tentang pentingnya shalat, ayat dan hadits mengenai shalat, dan meminta suami membacanya.

2. Pertemukan suami dengan pengajian/ guru ngaji yang bijak dan mampu membimbing

Minta bantuan saudara dan teman untuk mempengaruhi suami agar memahami agama dan menyadari pentingnya kedudukan shalat dalam Islam. Bahkan tanpa shalat, seseorang bisa dianggap tidak memiliki bagian apapun dalam agama ini.

Amirul Mukminin, Umar bin Al Khoththob –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Sesungguhnya di antara perkara terpenting bagi kalian adalah shalat. Barangsiapa menjaga shalat, berarti dia telah menjaga agama. Barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka untuk amalan lainnya akan lebih disia-siakan lagi. Tidak ada bagian dalam Islam, bagi orang yang meninggalkan shalat.“

Imam Ahmad –rahimahullah- juga mengatakan perkataan yang serupa, “Setiap orang yang meremehkan perkara shalat, berarti telah meremehkan agama. Seseorang memiliki bagian dalam Islam sebanding dengan penjagaannya terhadap shalat lima waktu. Seseorang yang dikatakan semangat dalam Islam adalah orang yang betul-betul memperhatikan shalat lima waktu. Kenalilah dirimu, wahai hamba Allah. Waspadalah! Janganlah engkau menemui Allah, sedangkan engkau tidak memiliki bagian dalam Islam. Kadar Islam dalam hatimu, sesuai dengan kadar shalat dalam hatimu.“ (Lihat Ash Sholah, hal. 12)

3. Doakan suami tiap sujud dalam shalat dan kapan pun di mana pun

Hati itu milik Allah, hanya Allah yang berhak memberikan hidayah, sedangkan ranah kita hanyalah ikhtiar sebaik-baiknya.

Salah satu senjata yang harus dioptimalkan adalah dengan doa. Insya Allah dengan kesungguhan doa istri, sesuatu yang awalnya terlihat tidak mungkin, akan menjadi mungkin.

Sebagai istri perlu untuk mempertebal keyakinan bahwa suami kita dapat berubah, percaya dan yakin 100% bahwa suatu saat nanti suami kita akan mengerjakan shalat 5 waktu dan menjadi imam yang baik untuk istri dan anak-anak.

Ibnul Qoyyim mengatakan, “Iman adalah dengan membenarkan (tashdiq). Namun bukan hanya sekedar membenarkan (meyakini) saja, tanpa melaksanakannya (inqiyad). Kalau iman hanyalah membenarkan (tashdiq) saja, tentu iblis, Fir’aun dan kaumnya, kaum sholeh, dan orang Yahudi yang membenarkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah (mereka meyakini  hal ini sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka), tentu mereka semua akan disebut orang yang beriman (mu’min-mushoddiq).“

Al Hasan mengatakan, “Iman bukanlah hanya dengan angan-angan (tanpa ada amalan). Namun iman adalah sesuatu yang menancap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan.“ (Lihat Ash Sholah, 35-36).

Sumber: Ummi

About A Halia