Breaking News
Suasana Baghdad akhir Oktober 2019 (Foto : Haaretz)

BAGHDADI MATI

Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik)

Suasana Baghdad akhir Oktober 2019 (Foto : Haaretz)

 

Setelah lelah mengolah mainan ISIS akhirnya selesai “life time” Abubakar Al Baghdadi. Di Idlib dibunuh dengan pengeboman, konon “bunuh diri”. Amerika teriak telah sukses menghancurkan markas ISIS. Dunia sebenarnya senyum-senyum saja meski jengkel luar biasa atas perilaku Amerika yang untuk kesekian kali sukses menghancurkan dunia Islam. Babak permainan selesai dulu.

Saat menciptakan “monster” Al Qaida dahulu AS asyik otak-atik isu terorisme. Setelah Aghanistan dan Irak hancur, maka Osama bin Laden tokoh Al Qaida pun dimatikan juga. Biaya yang dikeluarkan sudah “break even point” bahkan sudah untung besar dengan menyedot dana ketakutan dunia Islam oleh hantu terorisme.

ISIS adalah ciptaan baru yang dimulai dari deklarasi kekhalifahan Al Baghdadi. Suriah negara yang ditakuti Israel, seperti Irak masa Saddam Husein dulu, akhirnya dihancurkan pula. Luluh lantak.

Baik di Irak maupun di Suriah bersamaan dengan Al Qaida dan ISIS maka kelompok Syi’ah menjadi “pion strategis” Amerika. Intelijen Israel sangat aktif turut mengolah dan “membina”. Hilary Clinton membuka aib Amerika soal Al Qaida dan ISIS, Vladimir Putin dengan enteng menyebut terorisme sebagai produk Amerika dan (umat) Islam menjadi tertuduh yang empuk.

Kemana arah permainan Amerika selanjutnya dan monster apa yang akan diciptakan lagi, masih perlu pemantauan seksama. Iran atau Asia Tenggara? Iran bisa jadi proyek untuk “pemerasan” pada Saudi dan negara Islam kaya di Timur Tengah. Untuk Asia Tenggara tergantung kepentingan Amerika yang hendak diperkuat atau kepentingannya terganggu. Apapun itu, faktanya adalah bahwa Syi’ah selalu menjadi modal konflik. Senantiasa strategis bagi mainan Amerika.

Syiah yang ditutup di Brunei atau Malaysia adalah wujud kewaspadaan tinggi akan permainan global. Indonesia terbuka terhadap perkembangan Syiah dan berakrab-akrab dengan Iran. Justru ini akan menjadi kebodohan nyata bagi peluang terbukanya konflik dan masuknya Amerika untuk lebih menancapkan kuku. Ditambah dengan diundangnya Cina bercokol di negeri Pancasila ini, maka Amerika semakin kuat untuk bermain. AS sedang beradu pengaruh dagang dan politik dengan Cina.

Baghdadi telah dimatikan. Ceritra ISIS di berbagai belahan dunia akan menjadi “out of date” termasuk di Indonesia. Terorisme akan kehilangan “greget” yang ditakuti. Amerika sudah tidak akan membiayai lagi. Berbagai proposal akan dikembalikan kosong. Bom-boman berhenti sesaat.

Adakah isu radikalisme menjadi metamorfosa dari upaya untuk memorakporandakan negara negara mayoritas muslim? Nampaknya kelak sejarah akan mencatat kebodohan kita sendiri.

 

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur