AJARAN SESAT YUSUF MANSUR (10)

Aqidah Tidak Selamat, Ajaran Tauhid Yusuf Mansur

Oleh Tabrani Sabirin. Lc. M.Ag.

وان هذا صراحة مستقيما فاتبعواه وقد تتبعوا السبلة فتفرق بكم عن سبيله. ذا لكم ولكن به لعلكم هتقوم.

“Dan sungguh inilah jalanKu yang lurus. Maka ikutilah, jangan kamu ikuti Jalan-jalan yang lain, yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al-An’am: 153).

Unsur terpenting untuk menilai suatu ajaran adalah masalah akidah atau tauhid yang di ajarkan oleh seseorang. Perbedaan prinsip antara Islam dengan Kristen dan agama lain adalah masalah akidah. Kaum Kristen beriman dengan Trinitas. Sementara kita umat Islam mengimani akan tauhid dimana Allah itu Esa. Baik dalam perbuatan maupun dalam peribadatan. Tauhid merupakan prinsip dasar ajaran Islam.

Dalam keyakinan tauhid pun masih harus ada kejelasan lagi. Seseorang yang mempelajari keyakinan Tauhid Islam, maka tauhid itu di bagi dua: 1. Tauhid yang menyelamatkan. 2. Tauhid yang tidak menyelamatkan.

Tauhid yang diajarkan oleh Yusuf Mansur adalah Tauhid yang tidak menyelamatkan seseorang dari azab Allah nanti di akhirat. Kenapa demikian?

Tauhid yang menyelamatkan seseorang dari Allah adalah yang terkandung dua hal. Yaitu menyakini bahwa Allah pencipta satunya alam jagad raya ini. Dialah yang memelihara. Allah juga yang menciptakan manusia, menentukan rejekinya. Ajalnya. Dan nanti akan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT di yaumil mahsyar. Tauhid ini dinamakan juga dengan Tauhid ar-rubbubiyah. التوحيد الربوبية.

Inti terpenting dari ajaran Tauhid yang menyelamatkan adalah bahwa ibadah hanyalah untuk Allah semata. Buah dari sikap patuh dan tunduk kepada Allah adalah juga menjauhi kesyirikan dan segala sesuatu yang melekat dengannya.

Karena itu akan timbulnya rasa takut akan siksaan Allah baik di dunia maupun diakhirat. Rasa takut kepada Allah akan mebuat dirinya menjauh segala amal dan perbuatan yang akan menjerumuskannya ke neraka. Pada sisi lain sikap takut ini juga akan menyatu adanya rasa berharap untuk mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah.

Jadi dalam siapa beragama dalam ajaran Tauhid yang benar adalah sabar dan syukur itu berjalan dalam diri seseorang secara bersamaan. Praktek kesehariannya adalah patuh dan tunduk (ibadah) hanya kepada Allah semata. Inilah yang disebut yang disebut dengan Tauhid Uluhiyah التوحيد الألولوهية.

Sabar dan syukur itu nilainya sama. Kuduanya sama-sama mendapat pahala dan balasan dari Allah.

Maksudnya, seseorang memperoleh karunia berupa rejeki dari Allah yang sangat banyak. Lalu dia bersyukur dengan rejekinya itu maka dia akan memperoleh ridho dan kasih sayang Allah.

Adapun sabar. Seseorang mengalami ujian hidup, rejekinya seret terus, pada hal segala ikhtiyar sudah dilakukan, tapi hidup kok masih susah. Nah, disaat melalui kesusahan itu dia bersabar dengan terus berikhtiar, maka sikapnya yang bersabar itu juga mendapat pahala dan balasan dari Allah. Bahkan ampunan Allah itu bisa datang di saat seseorang berada di jalan penderitaan.

Ada yang mengalami sakit yang cukup lama. Dia bersabar, terus berupaya untuk kesembuhannya. Saat dia menderita sakit lalu bersabar, saat itu dia mendapatkan ampunan dari Allah. Karena itu Umar bin Khattab radhiyallahu anhu mengatakan, “Kalau syukur dan sabar itu ibarat dua kendaraan menuju sorga, saya tidak tahu akan menaiki kendaraan yang mana. Kerena keduanya akan membawa ke sorga”. Inilah salah bentuk Tauhid yang akan menyelamatkan seseorang dalam hidupnya.

Selain itu seorang wajib menolak semua sifat yang tidak pantas dilekatkan kepada Allah. Dalam peribadatan dan ketaatan kepada Allah seseorang wajib pula beriman dengan nama-nama dan sifat Allah yang terdapat di dalam Al-Quran maupun hadist dan yang diajarkan kepada nabi Muhammad SAW. Ulama Tauhid menyebutnya dengan bertauhid dengan nama-nama Allah dan sifat-sifatnya. التوحيد بالأسماء و الصفات.

Ketaatan kepada Allah harus mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Suatu ibadah yang tidak diajarkan oleh Rasulullah pasti akan ditolak oleh Allah walaupun tujuannya baik. Misalnya dalam tatacara shalat. Shalat subuh itu hanya 2 rakaat. Sekarang demi kepatuhan, seseorang melaksanakan shalat 10 rakaat. Ini jelas ditolak walaupun bertujuan baik. Semakin sesuai peribadatan dan ketaatan seseorang dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW makan akan selamat lah dia.

Adapun ajaran Tauhid yang diajarkan oleh Yusuf Mansur seperti yang kita ikuti dari buku tauhidnya tidak menyelamatkan seseorang dari Azab Allah.

Kalau seseorang beriman kepada Allah dalam arti percaya adanya Allah. Yakin Allah itu yang mengatur rejeki. Allah yang menghidupkan dan memerikan seseorang akan tetapi tidak diikuti dengan keputusan dan peribadahan kepada Allah maka seseorang tidak akan selamat baik di dunia maupun di akhirat.

Yusuf Mansur mengajarkan ilmu yakin bahwa seseorang pasti akan dikasih rejeki berlipat ganda oleh Allah kalau dia sedekah yang banyak.

Bahkan Yusuf Mansur berani menjamin kalau bersedekah lalu diiringi dengan ibadah yang tekun selama 40 hari maka akan terjadi sesuatu kejutan.

Yusuf Mansur telah menempatkan Allah sebagai raja judi. Dimana yang banyak taruhannya akan dapat keuntungan lebih banyak. Sementara dalam Islam sedekah itu adalah bukti Tauhid. Bukan bertauhid supaya dapat balasan harta.

Kalau Tauhid hanya sebatas keyakinan tapi tanpa kepatuhan dan tidak menjauhi kesyirikan maka iblis juga bertauhid kepada Allah. Iblis juga beriman kepada Allah akan tetapi iblis tidak mau patuh dan tunduk kepada Allah. Maka iblis nanti akan jadi penghuni neraka.

Begitu juga ucapan di dalam bahasa Arab, “Ya Allah!” Walaupun diucapkan seringkali, tapi dia tidak patuh kepada Allah maka dia belum Islam. Di dunia Barat juga biasa ada ucapan “Oh, my god!” Sekedar ucapan tidak akan membuat seseorang selamat. Jadi inilah kenapa ajaran Tauhid yang diajarkan Yusuf Mansur tidak membawa keselamatan di sisi Allah. Wallahu a’lam.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur