Breaking News
Janji Yusuf Mansur lakukan road show mengembalikan uang investor pada November 2019 tak terlaksana hingga hari ini (Foto : Istimewa)

Menunggu Yusuf Mansur, Menunggu Godot?

Oleh: HM Joesoef (Wartawan Senior)

Janji Yusuf Mansur lakukan road show mengembalikan uang investor pada November 2019 tak terlaksana hingga hari ini (Foto : Istimewa)

 

Ahad (6/10/2019) lalu, penulis bertemu dengan sekelompok ibu-ibu di Kota Pahlawan, Surabaya. Mereka adalah peserta patungan usaha dan patungan aset yang diinisiasi Yusuf Mansur pada 2013 lalu. Mereka menanti-nanti janji dari Yusuf Mansur yang katanya hendak keliling ke 8 kota dan akan menyelesaikan segala persoalan yang berkaitan dengan patungan usaha dan patungan aset tersebut.

Yusuf Mansur menjanjikan pada bulan Novemver 2017 akan melakukan road show ke 8 kota, salah satunya Surabaya. Dalam road show tersebut ia akan menjelaskan kepada para investor tentang nasib dan masa depan investasi yang telah ditanam. Banyak orang yang menanti-nanti hari H. termasuk para investor yang ada di kota Surabaya. “Dalam road show nanti, akan kami jelaskan perkambangan investasi. Kami juga menyiapkan kalau ada yang mau mencairkan (dananya),” kata Yusuf Mansur (19/10/2017).

Ternyata, di hari H, untuk kota Surabaya jatuh pada tanggal 11 November 2017, tidak ada kabar kelanjutannya. Acara pun tidak ada. Begitulah, sampai dengan Ahad lalu, nasib dari investasinya ibu-ibu di Surabaya itu juga gelap. “Mau menuntut kemana? Webnya sudah tidak aktif, telepon Yusuf Mansur juga sudah ganti,” tutur salah seorang dari ibu-ibu tersebut.

Patungan usaha dan patungan aset adalah bentuk investasi yang dilakukan oleh Yusuf Mansur untuk menghimpun dana masyarakat. Yusuf Mansur sudah mengkampanyekan sejak 2012. Di bulan Juli 2013, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegur Yusuf Mansur dan menghentikan patungan usaha dan patungan aset. Alasannya, karena apa yang dilakukan oleh Yusuf Mansur menyalahi perundang-undangan. Hanya perseroan, koperasi atau yayasan yang boleh menghimpun dana masyarakat. Padahal, waktu itu, sudah ada 2900 investor. Apa boleh buat, investasi distop. Menurut Pengakuan Yusuf waktu itu, dana yang terkumpul mencapai Rp 40 milyar, dan itu hanya cukup untuk membeli Hotel Siti di Tangerang.

Para investor yang ikut patungan usaha dan patungan aset dijanjikan keuntungan, laporan keuangan akan selalu diberikan secara periodik. Dan seterusnya. Faktanya, pasca disemprit oleh OJK, jangankan pembagian keuntungan, laporan kuntungan secara periodik yang dijanjikan juga tidak terjadi, sampai bulan Oktober 2019, ini.
***
Mengapa banyak orang tertarik dan tergiur mempercayakan uangnya untuk dikelola oleh Yusuf Mansur? Ini bab yang juga menarik. Para jamaah tertarik karena melihat penampilannya di televisi. “Masih muda, wajah (nampak) polos nyaris tanpa dosa, dan membangkitkan motivasi untuk bersedekah,” begitu sebagian investor memberi alasan mengapa mereka tertarik dengan program-program Yusuf Mansur.

Rata-rata para investor bertemu dengan Yusuf Mansur ketika yang bersangkutan melakukan tablig akbar atau pengajian di suatu kota. Tetapi hanya sebatas itu. Kekaguman mereka lebih karena Yusuf Mansur selalu membawa-bawa proyek Darul Quran dan sedekah untuk mengatasi berbagai persoalan hidup. Setelah mengalami sendiri bahwa mereka merasa tertipu, baru sadar dengan apa yang terjadi. Rata-rata dari mereka tidak tahu latar-belakang dari Yusuf Mansur yang bernama asli Jam’an Nurkhotib Mansur itu. Bahwa si Jam’an pernah masuk penjara 2 kali karena kasus penipuan (tahun 1998 dan 1999), investasi batu bara yang berantakan (tahun 2010), semunya nyaris tak terdengar dan diketahui oleh para investor. Yang mereka tahu: Yusuf Mansur adalah ustadz yang selalu mengajak kepada kebaikan untuk sesama, memotivasi orang untuk selalu bersedekah.

Menanti janji-janji yang diberikan oleh Yusuf Mansur mengingatkan pada naskah drama dua babak karya Samuel Beckett. Drama absurd yang menampilkan lima aktor itu berkisah tentang Estragon dan Vladimir yang sedang menantikan kedatangan Godot, sebuah tokoh sentral yang jutru tidak pernah muncul sepanjang drama dipentaskan.

Para penonton (dalam hal ini investor) sedang menanti-nanti kehadiran Yusuf Mansur, sebagai tokoh sentral, untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang menjeratnya. Dan, penantian itu ibarat menunggu Godot, yang tak juga muncul. Sebuah penantian yang sia-sia.

Di alam nyata, penantian yang sia-sia itu, sepanjang tokohnya masih hidup, masih bisa dihadirkan di depan hakim. Ya, di panggung drama yang dua babak itu, Godot tak pernah muncul. Tetapi di alam nyata, Godot bisa dihadirkan, di panggung pengadilan. Godot yang ditunggu-tunggu, akan muncul di pengadilan manusia dan dilanjut di pengadilan akhirat.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur