Hotel Yasier (Hotel 110) yang tadinya ditinggali oleh jamaah haji Indonesia asal embarkasi Batam, terlihat sepi. Jamah hajinya telah meninggalkan Kota Makkah ke Tanah Air sejak beberapa hari lalu.
Melihat Hotel di Makkah Setelah Ditinggal Pergi Jamaah Haji
Oleh Muhammad Hafil dari Makkah, Arab Saudi
thayyibah.com :: MAKKAH – Jamaah haji Indonesia sudah mulai banyak yang meninggalkan Kota Makkah sejak 17 Agustus 2019 lalu. Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) pada Ahad (25/8) pukul 13.00 WAS, sudah 57.923 jamaah yang meninggalkan Arab Saudi dan yang sudah tiba di Tanah Air sudah 51.082 jamaah.
Sementara, ribuan jamaah lainnya sudah meninggalkan Kota Makkah menujuk ke Madinah sejak beberapa hari terakhir. Lalu, seperti apa kondisi hotel-hotel setelah ditinggal pergi jamaah haji Indonesia? Republika.co.idmenelusuri sejumlah hotel yang ditinggalkan jamaah haji Indonesia pada malam hari di sekitar wilayah Syisah.
Kondisinya terlihat kosong dan hanya lampu luar hotel di lobi saja yang dibiarkan menyala. Selebihnya, gelap gulita. Selain itu, hanya terlihat satu atau dua orang petugas hotel yang berjaga-jaga.
Misalnya, di Hotel Yasier yang diberi nomor 110 yang tadinya ditinggali oleh jamaah haji asal embarkasi Batam. Kemudian, di Hotel 320 (Ru’ya Al Mina Hotel) dan 321 (Al Qimmah Atlas Hotel) yang tadinya ditinggali oleh jamaah asal embarkasi Padang.
Hotel-hotel di kawasan Syisah itu memang kebanyakan ditempati oleh jamaah dari embarkasi Sumatra. Dan, Syisah itu jaraknya sekitar 3-4 kilometer dari Masjid Al Haram. Kawasan Syisah ini lebih dekat dengan kawasan Jamarat, tempat melempar jumrah.
Menurut Kepala PPIH Arab Saudi Daker Makkah, Subhan Cholid, hotel-hotel yang jauh dari Masjid Al Haram biasanya hanya akan dipakai setahun dua kali. Yaitu, musim ramadhan dan musim haji. Selebihnya, hotel-hotel itu akan kosong dan tidak terpakai.
“Hotel yang aktif sepanjang tahun itu biasanya di sekitar Masjid Al Haram di luar musim haji,” kata Subhan, Ahad (25/8).
Kemudian, hotel-hotel yang aktif sepanjang tahun aktif ada di wilayah sebelum jembatan Misfalah. Lokasinya di belakang Zamzam Tower. Kedua, yang banyak atau favorit yang ke arah misfalah, dari belakang Hilton sampai ke jembatan misfalah, itu sepanjang tahun aktif.
“Nah, untuk hotel-hotel lain yang jauh setelah musim haji itu ya tutup, tidak aktif, lalu kemudian aktif lagi Ramadhan, “ kata Subhan.
Menurut Subhan, umrah Ramadhan ini jamaah memadati Kota Makkah. Karena selain jamaah dari luar negeri termasuk Indonesia, juga jamaah dari Arab Saudi. Jumlahnya bisa sama seperti musim haji. “Selama Ramadhan, jamaah umrah melakukan ibadah tarawih dan tahajud di Masjid Al Haram.
Menurut Subhan, para pemilik hotel yang ditinggali oleh jamaah haji Indonesia itu, umumnya berharap tahun depan bisa bekerja sama lagi dengan pihak PPIH Arab Saudi. Tujuannya, agar hotelnya tetap didiami oleh jamaah Indonesia selama musim haji.
Subhan kerap mendengar pengakuan dari pemilik hotel di mana mereka senang jika hotelnya ditempati jamaah Indonesia. Karena, setelah ditinggal pergi tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk perbaikan sarana hotel.
Ini berbeda dengan jamaah haji dari negara lain yang tak familiar dengan menggunakan sarana di hotel. Akibatnya, ketika jamaah haji itu sudah keluar hotel dan kembali ke negaranya, pihak hotel harus mengeluarkan banyak uang untuk memperbaiki fasilitas-fasilitas yang rusak.
Padahal, banyak juga jamaah haji Indonesia yang belum pernah keluar negeri atau masuk hotel, tapi karena diberi pelatihan selama di Tanah Air soal menggunakan fasilitas di hotel, maka mereka tak merusak fasilitas hotel di Arab Saudi.
Namun, Subhan mengatakan, setiap tahun pihaknya melakukan penilaian terhadap hotel-hotel yang disinggahi oleh jamaah haji Indonesia. Evaluasi itu melihat apakah pihak hotel hanya memberikan pelayanan kepada jamaah sekadarnya, ada yang sangat maksimal memberikan layanan, dan ada yang sesuai kontraknya saja.
“Tiap tahun evaluasi. Untuk hotel yang tahun lalu saja, ada 15-20 persen hotel yang tidak bagus dan tidak dipakai untuk tahun ini,” kata Subhan.
Namun, ada juga pihak hotel yang bagus dan PPIH ingin memakainya lagi untuk hotel jamaah haji Indonesia , tapi tidak mau. Biasanya, yang tidak mau ini karena masalah ganti kepemilikan.
“Bisa jadi dia cari yang mau bayar lebih tinggi atau dia ingin menyewakan kepada jamaah haji dari negara lain. Ini pertimbangan subyektif,” kata Subhan.
Sumber: ihram.co.id