Breaking News
Menu sarapan (Foto : Nusakini)

Fitri dan Sarapan

Menu sarapan (Foto : Nusakini)

Kita sering sekali menerjemahkan kata “Fitri” sebagai “Suci”. Sehingga, ada film berjudul “Cinta Fitri” atau “Cinta yang Suci”. Bahkan banyak anak perempuan yang diberi nama Fitri atau Fitriyah dengan pemahaman “anak perempuan yang suci”.

Padahal, kata fitri itu sebenarnya berarti “pecah”. Maksudnya, setelah sebulan kita menahan diri (shaum/berpuasa), di hari raya kita “pecahkan” puasa kita dengan sarapan di pagi hari. Karena itu pula, sarapan pagi (dalam bahasa Arab) disebut “futur”, atau makan pertama sebelum beraktifitas. Rasulallah SAW berkata,

للصَّائِمِ فَرْحَتَانِ ، يَفْرَحُ بِهِمَا : إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ بِفِطْرِهِ ، وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِه

(Bagi yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Apabila berbuka, maka dia bahagia dengan buka puasanya itu, dan apabila berjumpa Tuhanya, maka dia bahagia dengan puasanya).

Dalam bahasa Inggris, sarapan pagi disebut “break-fast” yang berarti sama: “pecahkan puasa”. Hal itu karena dalam ajaran Nabi Isa (alaihi salam) dahulu ada puasa yang ditunaikan hingga malam hari.

Memberi makan orang berpuasa pun disebut “iftaar”. Artinya, kita tuntaskan puasa seseorang dengan memberinya makanan. Semua kata itu memiliki akar kata yang sama, yaitu “f-t-r”. Zakat yang kita bayarkan sebelum shalat raya pun disebut “zakat fitr” atau “memberikan sejumlah makanan kepada fakir miskin disebabkan kita kembali sarapan setelah sebulan menahan diri.”

Jadi, ucapan SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI, kalau diterjemahkan secara harfiah berarti “SELAMAT HARI RAYA (DIMANA ANDA) KEMBALI SARAPAN PAGI”. Wallahua’lam bis showab.

Inayatullah Hasyim

About Redaksi Thayyibah

Redaktur