Breaking News
People Power mahasiswa tahun 1998 menjatuhkan Soeharto (Foto : Merdeka)

Abdullah Hehamahua : Saya Menunggu Tampilnya Mahasiswa

People Power mahasiswa tahun 1998 menjatuhkan Soeharto (Foto : Merdeka)

Sebenarnya, sebagian besar kalangan termasuk saya pribadi sudah melupakan kecurangan yang terjadi pada pilpres 2014 yang lalu. Ditakdirkan, Ketua MK yang mengadili sengketa pilpres 2014 itu, yunior saya di UNHAS sehingga saya tau jalan cerita kecurangan pilpres 2014 itu. Lalu sebagian masyarakat termasuk saya pribadi tenggelam dalam kesibukan rutin masing-masing sehingga kecurangan pilpres 2014 itu terlupakan. Namun, ada sekitar 700 orang petugas KPPS meninggal dunia dalam waktu relatif bersamaan pasca pilpres 2019. Lalu Menkes melarang autopsi mayat mereka. Kemudian ditemukan ratusan selongsong peluru tajam yang dilepaskan Brimob dalam menghalau demonstran tgl 21 – 22 Mei.

Saya lalu melihat pengakuan mahasiswi Indonesia yang belajar di Perancis, bahwa kesalahan yang dilakukan sebagai persoalan sepele, sama seperti pengakuan KPU, Bawaslu, Presiden, menteri dan penegak hukum. Apakah DNA mahasiswi itu sama dengan yang dipunyai Menkes, Brimob dan Presiden yang merasa bangga dapat menipu sistem yang ada demi mencapai ambisi pribadi? Lalu kita harus terima presiden hasil kecurangan yang kedua kalinya? Bangsa ini betul-betul sedang sakit parah. Lalu terbayang masa muda saya sebagai mahasiswa di Makassar yang sering masuk keluar sel dan penjara karena memperjuangkan aspirasi rakyat.

Saya menunggu dan menunggu tampilnya mahasiswa seperti tahun 1965 – 1967, 1974, dan 1998 yang karena people power mereka, dua presiden fenomenal dilengserkan. Saya lalu menghayal, apakah dalam usia senja ini, saya harus turun ke jalanan lagi untuk merasakan bagaimana makanan di sel dan penjara.

Bahkan saya juga menghayal bagaimana nikmatnya Hasan Albana, Sayid Kutub, dan pahlawan dari kampung saya sendiri, Ahmad Lusi (Patimura) meninggal di tiang gantungan karena keteguhan melawan penguasa yang curang dan zalim. Apalagi memerhatikan Piagam Wira Karya saya yang dianugerahkan pemerintah karena memiliki andil dalam pembangunan integritas nasional, khususnya di KPK. Lalu muncul pertanyaan dahsyat, “Hei, Abdullah Hehamahua, kamu salah seorang cucu Pattimura, masihkah kamu berintegritas?” Ya, Allah aku rindu menjumpaiMu sebagai seorang syuhada. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin..!

 

 

 

About Redaksi Thayyibah

Redaktur